Pendeta Yang Masuk Islam
-
Imam Musa bin Jakfar as
Imam Musa bin Jakfar as masuk ke sebuah goa di salah satu desa di Syam secara tidak dikenal dan di sana ada seorang pendeta yang setiap tahun memberi wejangan kepada masyarakat. Pendeta itu merasa ketakutan saat melihat Imam yang penuh dengan keagungan dan kewibawaan.
Kemudian dia bertanya kepada Imam, “Anda orang asing?”
Imam menjawab, “Iya.”
Dia berkata, “Anda bagian dari kami ataukah musuh kami?”
Imam menjawab, “Saya bukan bagian dari Anda.”
Dia berkata, “Anda termasuk umat yang mendapatkan rahmat?”
Imam menjawab, “Iya.”
Dia berkata, “Anda termasuk ulamanya ataukah orang bodohnya?”
Imam menjawab, “Saya bukan dari orang-orang bodohnya.”
Dia berkata, “Bagaimana mungkin menurut keyakinan kami, pohon tuba akarnya ada di rumah Isa as dan menurut Anda di rumah Muhammad, sementara cabangnya ada di semua rumah-rumah surga?”
Imam menjawab, “Sebagaimana matahari, cahayanya sampai ke semua tempat, dan menerangi setiap tempat, padahal aslinya ada di langit.”
Pendeta itu berkata, “Bagaimana mungkin makanan surga tidak bisa habis dan dimakan seberapa banyakpun tidak akan berkurang.”
Imam menjawab, “Sebagaimana lampu di dunia, seberapa banyakpun dia memberikan cahaya, tidak akan berkurang darinya.”
Pendeta berkata, “Di surga, naungannya memanjang, yang manakah contohnya di dunia?
Imam menjawab, “Sebelum terbitnya matahari naungan memanjang.”
Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin di surga ada makan dan minum tapi tidak ada kencing dan buang air besar?”
Imam menjawab, “Sebagaimana janin yang ada di dalam rahim ibunya, dia makan dan minum tapi tidak kencing dan tidak buang air besar.”
Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin penghuni surga memiliki pembantu yang mengambilkan segala yang diinginkan tanpa harus diperintahkan?”
Imam menjawab, “Sebagaimana setiap kali manusia memerlukan sesuatu, anggota badannya memahaminya dan mengerjakan apa yang diinginkannya tanpa perintahnya.”
Pendeta berkata, “Kunci surga dari emas ataukah perak?”
Imam menjawab, “Kunci surga adalah lisan hamba yang mengatakan “La Ilaha Illallah”
Pendeta berkata, “Anda benar.” Akhirnya dia menerima Islam bersama orang-orang yang bersamanya.
Tanda-Tanda Wafatnya Imam Musa bin Jakfar as
Pembantu rumahnya Imam Kazhim as mengatakan, “Ketika Imam Kazhim as dibawa dari Madinah menuju ke Bagdad atas perintah Harus Rasyid, beliau berkata kepada putranya; Imam Ridha as, “Tidurlah di rumahku sampai ketika datang kabar wafatku.”
Setiap malam kami menghamparkan tempat tidur di lorong rumah dan Imam Ridha datang setiap malam setelah isya dan tidur di sana dan paginya kembali ke rumahnya. Kondisi ini berlanjut sampai empat tahun. Sebagaimana biasanya, tempat tidur Imam Ridha dihamparkan, tapi beliau tidak datang sampai pagi. Para penghuni rumah khawatir dan ketakutan. Kami juga merasa kepikiran karena beliau tidak datang. Besok malamnya beliau datang dan berkata kepada Ummu Ahmad [pembantu pilihan dan terhormat Imam Kazhim as], “Berikan kepadaku apa yang dititipkan ayahku kepadamu.”
Ummu Ahmad paham bahwa Imam Kazhim as telah meninggal dunia. Dia menjerit dan memukuli wajahnya dan berkata, “Ya Allah! Maulaku telah meninggal dunia!”
Dia diminta untuk tenang dan Imam Ridha berkata kepadanya, “Jangan tampakkan ucapanmu. Jangan sampaikan kepada siapa-siapa sampai kabar ini sampai kepada penguasa Madinah.”
Kemudian Ummu Ahmad membawa tas keranjang yang berisi dua ribu atau empat ribu dinar dan menyerahkannya kepada Imam Ridha as.
Ummu Ahmad menceritakan tentang kejadian tas keranjang dan uang itu demikian, “Suatu hari Imam Kazhim as menitipkan uang itu kepada saya dan berkata, “Jagalah amanat ini dan jangan kasih tahu kepada siapapun sampai ketika aku meninggal dunia. Ketika aku sudah meninggal dunia, dan siapa saja dari anak-anakku yang memintanya kepadamu maka berikanlah kepadanya. Inilah tanda bahwa aku telah meninggal dunia.” Demi Allah! Tanda itu sekarang telah jelas.”
Imam Ridha as telah mengambil amanat itu, dan memerintahkan kepada semua anggota keluarga dan pembantunya untuk menyembunyikan masalah wafatnya Imam Kazhim as dan jangan katakan kepada siapapun sampai ketika kabar dari Bagdad sampai ke Madinah.
Kemudian Imam Ridha as kembali ke rumahnya dan malam berikutnya tidak lagi datang ke rumah Imam Kazhim as. Setelah beberapa hari datang sebuah surat yang mengabarkan akan wafatnya Imam Kazhim as. Kami menghitung hari-hari dan ketahuan bahwa Imam Kazhim as telah meninggal dunia sejak Imam Ridha tidak datang lagi untuk tidur. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as