Harapan Yang Salah
-
Imam Musa bin Jakfar as
Imam Musa Kazhim as mendengar bahwa ada seorang lelaki berharap mati. Kepadanya beliau berkata, “Apakah ada seseorang di antara kamu dan Allah yang akan menolongmu?”
Dia berkata, “Tidak.”
Imam as berkata, “Apakah engkau punya amalan yang baik yang sudah engkau kirim dan lebih banyak dari dosa-dosamu?”
Dia berkata, “Tidak.”
Imam as berkata, “Lalu, apa sebabnya engkau berharap untuk binasa selamanya?”
Jawaban Kepada Harun Rasyid
Harun, khalifah kelima Abbasiah bertanya kepada Imam Musa bin Jakfar as, “Apa dalilnya Anda mengklaim bahwa Anda lebih dekat dari sisi keturunan kepada Rasulullah Saw daripada kami kepada beliau?
Imam as berkata, “Bila Rasulullah Saw bangkit dan melamar putrimu, apakah engkau menerimanya?”
Harun menjawab, “Tentu saja. Saya bangga atas Arab dan Ajam.”
Imam as berkata, “Tapi Rasulullah Saw tidak akan melamar putriku. Bagiku juga tidak boleh menjadikan putriku sebagai istri beliau [beliau adalah mahram dengan putriku] kelahiran kami dari beliau, tapi kelahiran kalian bukan dari beliau.”
Perkawinan Cahaya Dengan Cahaya
Imam Musa bin Jakfar as berkata, “Suatu hari Rasulullah Saw duduk di sebuah tempat, tiba-tiba malaikat yang memiliki dua puluh empat wajah datang kepada beliau.”
Rasulullah Saw berkata, “Hai sahabatku Jibril, aku tidak pernah melihatmu dalam bentuk seperti ini. Mengapa sekarang aku melihatmu dalam bentuk ini?”
Malaikat berkata, “Aku bukan Jibril, namaku “Mahmud”. Allah telah mengutusku untuk mengawinkan cahaya dengan cahaya.”
Rasulullah saw bertanya, “Siapa dengan siapa?”
Malaikat berkata, “Fathimah dengan Ali.”
Ketika malaikat mau pergi dan membelakangi, di antara dua pundaknya tertulis “Muhammad Rasul Allah dan Ali adalah washinya [penggantinya]”.
Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Sejak kapan tulisan ini ditulis di antara dua pundakmu?”
Malaikat menjawab, “Dua puluh dua ribu tahun sebelum diciptakannya Adam as.”
Teguran Serius Terkait Bersahabat Dengan Orang-Orang Jelek
Jakfari mengatakan, “Imam Musa bin Jakfar berkata kepadaku, “Ada apa sehingga aku melihat engkau ada di sisinya Abdurrahman bin Ya’qub?”
Saya katakan, “Dia adalah paman saya [paman dari ibu].”
Imam as berkata, “Dia menyebutkan sifat-sifat Allah yang tidak ada pada-Nya. Bersahabatlah dengannya dan tinggalkan kami atau bersahabatlah dengan kami dan tinggalkanlah dia!”
Saya katakan, “Dia katakan apa saja sesukanya, tapi saya tidak meyakini akidahnya. Apa masalahnya?”
Imam as berkata, “Apakah engkau tidak takut dia terkena azab dan meliputi kalian juga?
Apakah engkau tidak tahu ada salah satu sahabat Musa bin Imran as yang bapaknya sebagai salah satu sahabat Firaun? Ketika Firaun dan para jemaahnya dalam kondisi tenggelam di laut, anak itu pergi menuju ke ayah untuk menasihatinya dan bergabung dengan Musa as. Tapi ayahnya tidak mau. Sang anak memikirkannya dan akhirnya lautan menelan kedua ayah dan anaknya. Keduanya tenggelam. Kabar ini sampai kepada Musa as. Beliau berkata, “Sang anak ada dalam rahmatnya Allah. Tapi ketika datang musibah, maka ia akan meliputi orang-orang yang berada di dekat si pendosa dan tidak ada jalan untuk bertahan baginya. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as