Pembantaian Warga Palestina di Hari Nakba
(last modified Tue, 15 May 2018 08:43:03 GMT )
May 15, 2018 15:43 Asia/Jakarta
  • Demonstrasi peringatan Hari Nakba di Jalur Gaza.
    Demonstrasi peringatan Hari Nakba di Jalur Gaza.

Tindakan brutal Israel dalam membantai warga Palestina pada Senin kemarin – bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendudukan Palestina (Hari Nakba) dan upacara pemindahan Kedutaan AS ke Quds – semakin menyingkap dimensi ketertindasan rakyat Palestina di mata dunia.

Setidaknya 59 warga Palestina gugur syahid dan 2.771 lainnya terluka dalam demonstrasi peringatan Hari Nakba dan pemindahan Kedutaan AS ke Quds di Jalur Gaza. Ribuan orang Palestina gugur dan cidera sebagai akibat dari intensifikasi kejahatan tentara Zionis dalam beberapa pekan terakhir.

Transformasi Palestina pada peringatan Hari Malapetaka menunjukkan bahwa penindasan rakyat Palestina oleh Israel dan pendukung Baratnya, bukannya tidak berakhir, tapi malah semakin mengganas dari waktu ke waktu.

Kata Nakba mengingatkan akan dua kenangan yang sangat getir dalam memori publik Palestina. Pertama, pembentukan rezim Israel pada tahun 1948 dan kedua, pengusiran lebih dari 800.000 orang Palestina dari tanah airnya, dan saat ini jumlah pengungsi Palestina telah mencapai sekitar enam juta orang.

Hari Nakba tidak hanya merupakan simbol malapetaka yang terjadi tahun 1948 di Palestina, tetapi juga mencerminkan penderitaan yang dipikul oleh bangsa ini selama beberapa dekade terakhir. Pada dasarnya, Hari Nakba adalah narasi dari sebuah tragedi kemanusiaan yang telah menghancurkan sebagian besar pondasi politik, ekonomi, budaya, dan hak-hak rakyat Palestina demi membuka jalan bagi munculnya sebuah rezim ilegal.

Di antara tindakan Israel sejak 1948 adalah penghancuran lebih dari 675 kota dan desa, perampasan tanah Palestina, pembangunan distrik-distrik Zionis, pengusiran penduduk Palestina, penghancuran warisan dan identitas nasional Palestina, dan penggantian nama-nama Arab dengan Ibrani.

Hari Nakba juga menyimpan kisah tentang puluhan kasus pembantaian massal dan kejahatan brutal rezim Zionis terhadap ribuan wanita, pria, dan anak-anak Palestina, seperti pembantaian yang dilakukan Israel di Kafr Qasim dan Deir Yassin.

Pada 29 April 1956, sebanyak 48 warga Palestina, termasuk enam wanita dan 23 anak-anak di desa Kafr Qasim, Tepi Barat, gugur syahid karena tanpa sebab diberondong oleh tentara Zionis. Sebelum ini pada 9 April 1948, dua organisasi teroris Zionis (Irgun dan Lehi) menyerang desa Deir Yassin di barat Quds dan membunuh 360 warga sipil Palestina.

Tentu saja, kejahatan Israel dan perampasan tanah Palestina tidak pernah berhenti sejak pembentukan rezim ilegal ini sampai sekarang, dan contoh terbaru dari kejahatan dan penjajahan ini adalah pembantaian warga Palestina di Gaza dengan lampu hijau AS.

Surat kabar al-Quds al-Arabi cetakan London menyebut pembukaan Kedutaan AS di Quds sebagai malapetaka baru bagi bangsa Palestina, keadilan, dan legitimasi internasional. Israel – sebagai kekuatan pendudukan dan dengan dukungan AS – terus menindas orang-orang Palestina.

Di sini, kebijakan provokatif Amerika, terutama keputusan Trump memindahkan Kedutaan AS ke Quds, memuat pesan bahwa rakyat Palestina akan terus merasakan petaka akibat dari kebijakan imperialis AS dan Israel. Dampak dari kebijakan dan konspirasi seperti ini adalah pembantaian lebih lanjut orang-orang Palestina. (RM)