Kelangkaan Pangan Global dan Konsekuensinya
https://parstoday.ir/id/news/world-i121620-kelangkaan_pangan_global_dan_konsekuensinya
Seiring dengan berlanjutnya perang Rusia-Ukraina, krisis pangan di dunia sangat mengkhawatirkan.
(last modified 2025-11-30T14:38:07+00:00 )
May 22, 2022 17:09 Asia/Jakarta
  • Kelangkaan Pangan Global
    Kelangkaan Pangan Global

Seiring dengan berlanjutnya perang Rusia-Ukraina, krisis pangan di dunia sangat mengkhawatirkan.

Sekaitan dengan ini, Wakil Amerika di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Linda Thomas-Greenfield menyatakan, "Peringatan kelangkaan pangan global karena perang Ukraina dan Rusia sampai pada titik tertinggi, dan kondisi akses makanan sangat sulit bagi banyak penduduk dunia."

Wakil AS di PBB mengatakan, "Dalam skala satu sampai  sepuluh, peringatan kekurangan pangan global mungkin telah mencapai level 10 karena krisis perang telah memperburuk kerawanan pangan yang serius."

Masalah pasokan makanan telah menjadi perhatian global yang serius, terutama dalam beberapa dekade terakhir, dengan faktor-faktor seperti perubahan iklim, wabah COVID-19, dan konflik geopolitik, tetapi sekarang perang Ukraina telah memperburuk situasi. Sekaitan dengan ini Televisi CNN melaporkan bahwa 811 juta orang tidur dalam keadaan lapar di malam hari dan 44 juta orang di 38 negara kelaparan.

Kelangkaan pangan di dunia

Sementara itu, Program Pangan Dunia memprediksikan bahwa harga internasional untuk gandum dan jagung akan naik 18 hingga 30 persen, tergantung pada durasi perang Ukraina. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan pangan dan kenaikan harga pangan di seluruh dunia, terutama di negara-negara lemah di benua Afrika. Diperkirakan 346 juta orang di Afrika menghadapi kerawanan pangan yang parah.

Rusia dan Ukraina tercatat sebagai eksportir gandum terbesar dan kelima di dunia. Perang Ukraina membuat transportasi dari Laut Hitam menghadapi kesulitan; Banyak ladang pertanian terbengkalai karena instabilitas dan pengungsian warga, dan bahkan tidak ada peluang untuk pengiriman produk karena pelabuhan ditutup.

Di kondisi seperti ini, pejabat Amerika berusaha mengenalkan Rusia sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kelangkaan pangan di dunia. Padahal intervensi Amerika dan tensi politik negara ini dengan Moskow, justru menjadi pemicu perang antara Rusia dan Ukraina. Pejabat AS dengan menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia dan memprovokasi negara-negara Eropa, berusaha untuk mengucilkan Moskow dan merealisaikan kepentingan politiknya terhadap Rusia.

Dubes Rusia di AS, Anatoly Antonov terkait hal ini mengatakan, "Krisis pangan meningkat setelah gelombang sanksi sepihak dan ilegal terhadap Rusia, yang merusak kredibilitas pemerintah Barat karena ketidakpastian mereka, serta menghancurkan rantai pasokan dan memutus aliran keuangan internasional."

Komite Pakar Internasional untuk Pangan Berkelanjutan di bidang ini memperingatkan, perang di Ukraina memicu badai krisis pangan baru dan serius, krisis yang seharusnya dapat dihindari.

Meski demikian, pejabat Amerika dan Eropa yang saat ini mereka sendiri terlilit kenaikan harga bahan bakar dan makanan serta kelangkaannya, berusaha menjadikan Rusia sebagai pihak yang bersalah dan bertanggung jawab atas kondisi ini.

Antonov seraya menyebut pernyataan negara-negara Barat soal larangan tersebut tidak mencakup bahan pangan dan pupuk sebagai penipuan, mengatakan, sanksi di bidang finansial dan transportasi berdampak secara langsung atas kondisi pasar pangan global.

Bagaimanapun juga, peringatan mulai bergema di dunia, dan sepertinya berlanjutnya proses ini akan memperparah krisis makanan di dunia, di mana hasilnya adalah ribuan orang akan menjadi korban akibat kelaparan. (MF)