Peringatan Meningkatnya Kekerasan dan Ketakutan di Amerika Serikat
"Terlalu banyak kekerasan, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak kesedihan". Ini adalah deskripsi yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat tentang negara ini.
Joe Biden, Presiden AS dalam pidatonya di acara wisuda mahasiswa Universitas Delaware terkait aksi penembakan terbaru di AS yang berujung pada tewasnya 19 siswa di Texas mengatakan, "Saat saya berbicara di sini, orang tua dari anak-anak ini sedang mempersiapkan dirinya untuk mengebumikan anak-anak mereka. Mereka menguburkan anak-anaknya di Amerika Serikat. Terlalu banyak kekerasan, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak kesedihan."

Seraya menekankan tekadnya untuk melawan kekerasan bersenjata yang meningkat di AS, Biden mengatakan, "Saya tahu kita tidak bisa membuat bencana itu ilegal, tapi kita bisa membuat Amerika Serikat lebih aman."
Sekalipun demikian, pengalaman beberapa dekade terakhir di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tekad pemerintah untuk menghadapi ketidakamanan dan kekerasan bersenjata di negara ini tidak realistis atau tidak efektif.
Untuk alasan ini, setiap kali setelah penembakan yang mengejutkan di sudut Amerika Serikat, beberapa negarawan dan politisi membuat pernyataan emosional mengutuk kekerasan dan berjanji untuk melawannya. Namun seiring waktu, ketika situasi kembali normal, mungkin saja kekerasan yang lebih kejam akan terjadi.
Sementara itu, beberapa negarawan dan politisi Amerika lainnya sangat mendukung kebebasan membawa senjata, terlepas dari pembantaian yang terjadi di jalanan Amerika Serikat.
Kelompok ini bahkan percaya bahwa warga negara ini harus lebih dipersenjatai untuk melawan penembakan membabi buta di tengah masyarakat.
Beberapa dari mereka, seperti mantan Presiden AS Donald Trump, bahkan menyarankan agar para personil sekolah di Amerika Serikat dipersenjatai sejauh mungkin dan bahwa langkah-langkah keamanan yang ketat harus diterapkan di sekolah-sekolah Amerika.
"Terlalu banyak kekerasan, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak kesedihan". Ini adalah deskripsi yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat tentang negara ini.
Sementara kelompok lain, seperti Senator Bernie Sanders, menyerukan larangan penggunaan senjata semi-otomatis di Amerika Serikat.
"Tidak ada yang membutuhkan AR-15 atau senjata ofensif lainnya yang dirancang untuk membunuh orang," cuit Sanders.
Perbedaan politik yang mendalam antara pendukung kebebasan senjata dan pendukung pembatasan hukum kepemilikan senjata telah memudahkan manusia sakit, anti-sosial dan kriminal untuk mengirim orang lain ke kematian mereka. Mereka bahkan tidak ragu untuk melakukan kejahatan di sekolah dan terhadap anak-anak yang tidak bersalah.
Contoh terbaru pembunuhan, ketidakamanan dan teror di masyarakat Amerika terjadi beberapa hari yang lalu di Robb Elementary School di Uvalde, Texas, di mana seorang anak laki-laki berusia 18 tahun masuk sekolah dengan senapan mesin semi-otomatis dan menembak siapa saja yang berujung pada meninggalnya 22 orang, di mana 19 orang di antaranya adalah anak-anak.
Sementara itu, para petugas polisi dalam kinerjanya yang sangat buruk memberi penyerang kesempatan hampir satu jam untuk menyelesaikan kejahatannya di sekolah ini.

Sekarang, dalam suasana yang sangat emosional dan tragis dari pembunuhan 19 anak tak berdosa, sebagian besar politisi Demokrat, satu demi satu, menyatakan simpatinya dengan keluarga para korban dan berjanji untuk tidak membiarkan peristiwa tragis seperti itu terjadi lagi.
Namun, sampai undang-undang kepemilikan senjata yang lebih efektif disahkan di Amerika Serikat kemudian dilaksanakan dan selama budaya kekerasan di Amerika Serikat ditangani, dikhawatirkan akan terulangnya kembali apa yang disebutkan presiden AS "terlalu banyak kekerasan, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak kesedihan".(sl)