Rencana Scholz untuk Mengubah Militer Jerman Menjadi yang Terbesar di Eropa
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengumumkan bahwa Jerman berencana untuk menginvestasikan 100 miliar euro di militer Jerman yang akan memungkinkan Berlin untuk secara signifikan memperluas kekuatan tempurnya. Dia menambahkan bahwa langkah itu akan membuat militer Jerman menjadi yang terbesar di Eropa di antara anggota NATO.
Faksi-faksi utama parlemen Jerman pada Minggu (29/05/2022) malam sepakat untuk berinvestasi dalam memperkuat dan mempersenjatai militer Jerman.
Scholz menyambut baik pengesahan RUU tersebut, dengan mengatakan bahwa miliaran euro tambahan akan mengubah militer Jerman menjadi kekuatan tempur yang dapat melaksanakan misi pertahanannya lebih baik dari sebelumnya.
Pada akhir Februari 2022, beberapa hari setelah invasi Rusia ke Ukraina, Kanselir Jerman mengusulkan pembentukan dana militer khusus.
Jerman saat ini memiliki kekuatan militer terbesar keempat di antara anggota NATO. Dua negara non-Eropa, Amerika Serikat dan Turki, berada di posisi pertama dan kedua.
Jerman harus menyalib Prancis untuk memenuhi janji Scholz. Sementara militer Prancis memiliki 240.000 tentara aktif dan cadangan, tentara Jerman memiliki 199.000 tentara aktif dan cadangan.
Telah ada perubahan mendasar dalam pendekatan militer dan keamanan Jerman sejak invasi Rusia ke Ukraina. Sebelum itu, pemerintahan mantan Kanselir Angela Merkel, meskipun banyak janji, menolak untuk memenuhi komitmennya sebagai anggota NATO untuk mengalokasikan 2% dari PDB untuk urusan militer.
Ini menjadi salah satu perselisihan utama antara Berlin dan Washington, terutama pada masa kepresidenan mantan Presiden AS Donald Trump, dan bahkan Trump memerintahkan penarikan sejumlah besar pasukan Amerika yang ditempatkan di Jerman untuk menghukum negara ini.
Selama kepresidenan Joe Biden, karena pendekatannya untuk menghidupkan kembali konvergensi transatlantik, pemerintah Berlin menunjukkan lebih banyak fleksibilitas di bidang ini dan meningkatkan anggaran militernya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengumumkan bahwa Jerman berencana untuk menginvestasikan 100 miliar euro di militer Jerman yang akan memungkinkan Berlin untuk secara signifikan memperluas kekuatan tempurnya. Dia menambahkan bahwa langkah itu akan membuat militer Jerman menjadi yang terbesar di Eropa di antara anggota NATO.
Namun, perang Ukraina bertindak sebagai akselerator dalam pembahasan pengeluaran militer Jerman.
Dari sudut pandang Berlin, invasi ini menunjukkan bahwa, bertentangan dengan pandangan yang berlaku bahwa kemungkinan perang klasik di benua Eropa setelah Perang Dunia II sangat rendah, tapi perkembangan politik dan militer membuat ketidakmungkinan justru terjadi.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesiapan militernya menghadapi ancaman saat ini dan masa depan, terutama dari Rusia, Berlin bermaksud membuat semacam lompatan dalam kemampuan militernya dengan mengalokasikan anggaran sebesar 100 miliar euro.
Menariknya, jumlah ini bahkan telah melampaui kriteria yang ditetapkan NATO. Langkah ini disambut baik oleh Washington, terutama karena pemerintah Jerman dalam putaran yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan telah meminta untuk membeli sejumlah besar pesawat tempur generasi kelima F-35, dari Amerika Serikat.
Tentu saja, perubahan pendekatan militer Jerman mendapat kritik. Dietmar Bartsch, ketua kelompok parlemen dari Partai Kiri Jerman, menyebut rencana pemerintah Jerman untuk menghabiskan 100 miliar euro demi mempersenjatai kembali militer Jerman adalah gila, seraya mencatat bahwa langkah itu dapat menyebabkan pengurangan bantuan sosial.
"Rencana € 100 miliar untuk mempersenjatai kembali militer Jerman adalah kegilaan yang akan ditentang oleh kaum kiri. Karena langkah ini dapat menyebabkan pengurangan bantuan sosial kepada rakyat Jerman. Anggaran ini merupakan anugerah bagi industri pertahanan, tetapi itu adalah uang yang banyak bagi mereka yang berjuang untuk mencari nafkah," kata Bartsch dalam sebuah pernyataan.
Isu lain yang muncul dari perdagangan masa lalu negara-negara Eropa selama dua perang dunia, di mana Jerman memainkan peran penting dalam menggelar perang tersebut, adalah bahwa mempersenjatai dan memperluas kekuatan militer Jerman berpotensi sekali lagi menimbulkan ancaman keamanan bagi negara-negara tetangga seperti Polandia dan Prancis yang memiliki kenangan pahit ini dalam perang abad kesembilan belas dan kedua puluh.
Meskipun dalam situasi saat ini hal seperti itu tampaknya sangat tidak mungkin dan jauh dari pikiran, tetapi dalam jangka panjang dan mengingat perubahan perimbangan keamanan dan situasi di benua Eropa, ini berarti mengubah Jerman menjadi kekuatan militer terbesar di Eropa. Sebuah masalah yang dianggap mengkhawatirkan.(sl)