Rusia Memperingatkan Kemungkinan Konflik Militer Langsung dengan Barat
(last modified Sat, 11 Jun 2022 03:16:52 GMT )
Jun 11, 2022 10:16 Asia/Jakarta

Rusia telah memperingatkan Barat bahwa serangan siber terhadap infrastrukturnya bakal menimbulkan konfrontasi militer langsung. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa infrastruktur vital dan lembaga pemerintah telah diserang oleh peretas dan kelompok hacker di Amerika Serikat dan Ukraina bertanggung jawab atas serangan ini.

"Rusia tidak akan membiarkan serangan itu tanpa balasan. Semua langkah kami akan terukur dan terarah sesuai dengan hukum Rusia dan hukum internasional. Moskow juga memperingatkan bahwa upaya untuk menantang Rusia di dunia siber akan mendapat pembalasan," kata pernyataan itu.

Rusia telah membunyikan lonceng bahaya serius atas munculnya konfrontasi militer langsung dengan Barat, mengingat eskalasi tindakan bermusuhan blok Barat pimpinan AS sejak dimulainya perang Ukraina.

Rusia sedang berhadap-hadapan dengan Barat

Saat ini, selain perang proksi dengan Rusia, Barat telah memasuki perang dunia siber dengan Rusia dengan mengirimkan miliaran dolar bantuan militer dan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina.

Perang ini dilakukan melalui peretasan ke pusat-pusat strategis Rusia dan menonaktifkan atau mengganggu server pusat atau mencuri data dan informasi Rusia.

Sebelumnya, pejabat Rusia mengatakan bahwa Rusia dan Barat telah memasuki perang proksi, yang bisa berubah menjadi perang langsung, mengingat perkembangan di Ukraina.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, banyak situs perusahaan milik negara dan organisasi berita di Rusia telah diretas. Itulah sebabnya Moskow mengeluarkan peringatan setelah situs Kementerian Luar Negeri Rusia diretas pada hari Minggu (5/6) dan pesan "Hidup Ukraina" telah diposting di situs tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada bulan Mei bahwa jumlah serangan siber ke Rusia oleh "lembaga pemerintah" asing telah berlipat ganda dan meminta lembaga-lembaga Rusia untuk memperkuat keamanan IT mereka untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap serangan.

Pada saat yang sama, peringatan serius Moskow tentang konsekuensi dari tindakan perusakan siber dan kemungkinan perang langsung antara Rusia dan Barat menunjukkan pentingnya dan kepekaan Rusia yang tinggi terhadap tindakan permusuhan semacam itu.

Rusia telah memperingatkan Barat bahwa serangan siber terhadap infrastrukturnya bakal menimbulkan konfrontasi militer langsung. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa infrastruktur vital dan lembaga pemerintah telah diserang oleh peretas dan kelompok hacker di Amerika Serikat dan Ukraina bertanggung jawab atas serangan ini.

Di masa lalu, Amerika Serikat telah berulang kali menuduh Rusia melakukan serangan siber dan meretas pusat-pusat sensitif AS dan mengancam akan melakukan pembalasan.

Faktanya, bersama dengan perselisihan lain antara Amerika Serikat dan Rusia, masalah serangan siber, terutama ransomware terhadap Amerika Serikat, di mana Washington menganggap Rusia sebagai penyebab serangan ini, telah menjadi salah satu masalah ketegangan yang paling penting antara kedua negara.

Sekarang tampaknya Baratlah yang telah mengambil inisiatif dalam hal ini dan telah mengambil pendekatan agresif yang serupa dengan aspek lain dari tindakan ofensif mereka terhadap Rusia, dan kali ini di bidang siber.

“Strategi keamanan siber AS yang baru menyerukan tanggapan agresif terhadap negara mana pun yang menargetkan Amerika Serikat. Setiap negara yang terlibat dalam aktivitas siber melawan Amerika Serikat harus juga menanti balasan kami secara agresif dan defensif,” kata John Bolton, mantan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih.

Mungkin inilah mengapa bagian lain dari pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia secara eksplisit menyatakan, "Washington telah dengan sengaja menurunkan ambang batas penggunaan teknologi siber untuk pertempuran dan militerisasi Barat atas dunia siber dan upaya untuk mengubahnya menjadi sebuah arena konflik antarnegara telah sangat meningkatkan risiko konfrontasi militer langsung dengan konsekuensi yang tidak terduga."

Presiden Rusia Vladimir Putin

Tentu saja, tindakan Barat ini tidak akan dibiarkan tanpa jawaban oleh Rusia, dan kita harus menunggu tindakan siber Moskow terhadap Ukraina dan negara-negara pendukung lainnya.

Faktanya, serangan siber dianggap sebagai pedang bermata dua yang dapat digunakan secara efektif oleh orang lain terhadap Barat.(sl)

Tags