Mencermati Kunjungan Presiden Prancis ke Aljazair
Menyusul berlanjutnya ketegangan antara Prancis dan Aljazair, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Aljazair dengan tujuan memulihkan hubungan bilateral dan membuka "halaman baru" dalam hubungan bilateral.
Kunjungan Macron ke Aljazair terjadi setelah ketegangan politik antara kedua negara meningkat karena interpretasi dan narasi yang berbeda tentang perang berdarah bagi kemerdekaan Aljazair.
Akhir tahun lalu, Aljazair menarik duta besarnya dari Prancis karena masalah yang sama.
Pada Oktober tahun lalu, Emmanuel Macron menuduh "sistem politik-militer yang berkuasa" di Aljazair mengeksploitasi kenangan perang kemerdekaan untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya dan membenarkan keberadaannya.
Presiden Prancis juga mempertanyakan keberadaan "bangsa Aljazair sebelum kolonialisme Prancis" dan menekankan perlunya mengatasi masalah ini untuk mencapai "rekonsiliasi antara rakyat".
Sekarang, setelah berbulan-bulan, Macron telah melakukan perjalanan ke Aljazair sambil mencoba mengembalikan situasi menjadi normal.
Sebenarnya, perjalanan Macron merupakan upaya untuk menutupi kembali kejahatan Prancis di Aljazair dan kegagalan otoritas Prancis untuk meminta maaf atas kejahatan mereka selama Perang Kemerdekaan Aljazair.
Selama bertahun-tahun, dengan menjajah Aljazair, Prancis melakukan kejahatan terburuk terhadap hak-hak orang Aljazair sambil menjarah sumber daya negara, termasuk melakukan uji coba nuklir di bagian negara ini dan pada penduduknya.
Oleh karena itu, otoritas Aljazair berulang kali menuntut permintaan maaf resmi dari otoritas Paris.
Namun bukan hanya pihak berwenang Prancis tidak meminta maaf, tetapi sekarang Macron mencoba menyebut peristiwa ini sebagai distorsi sejarah.
Menyusul berlanjutnya ketegangan antara Prancis dan Aljazair, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Aljazair dengan tujuan memulihkan hubungan bilateral dan membuka "halaman baru" dalam hubungan bilateral.
Fokus lain dari perjalanan Macron ke Aljazair adalah tawar menawar energi. Kini, di tengah perang Ukraina-Rusia dan Eropa menghadapi krisis bahan bakar yang serius, Macron berusaha memperbaiki hubungan antara Paris dan Aljir.
Tentu saja, presiden Prancis tidak membicarakan kebutuhan sumber daya gas negara ini selama kunjungannya ke Aljazair. Namun selama berbulan-bulan, otoritas Eropa telah mencari pasokan gas dari negara pengekspor minyak lainnya.
Konsultasi untuk pasokan gas ke Prancis dalam situasi di mana Eropa sangat khawatir tentang kekurangan gas dan musim dingin yang akan datang adalah masalah yang sangat serius, seperti yang dikatakan Macron di akhir perjalanan ini, "Kami yakin akan memasok energi ke Prancis musim dingin ini, dan Aljazair juga percaya diri dalam menciptakan keragaman yang akan membantu sumber ekspor gas ke Eropa."
Hasni Abidi, Direktur Pusat Studi Dunia Arab dan Wilayah Mediterania, mengatakan dalam hal ini, "Aljazair berada dalam posisi penting dengan cadangan minyak dan gas yang besar serta jaringan pipa yang menghubungkan negara ini dengan Italia dan Spanyol. Meskipun sumber gas Aljazair tidak dapat sepenuhnya menggantikan Rusia, itu pasti akan efektif dalam memasok energi ke Eropa dalam jangka menengah."
Fokus lain dari perjalanan Macron ke Aljazair adalah masalah keamanannya. Bahkan, dengan perubahan dan transformasi negara-negara Afrika, beberapa di antaranya tidak menyambut pasukan militer Prancis.
Oleh karena itu, dalam situasi saat ini, Prancis sangat khawatir kehilangan mantan sekutu di Afrika dan menyerahkan benua yang kaya ini ke Rusia dan Cina.
Jafar Ghannadbashi pakar masalah ini mengatakan, "Paris khawatir tentang hambatan pengaruhnya dalam geografi ini. Jadi, dengan berada di Aljazair, yang merupakan negara penting Afrika, Macron berusaha mengubahnya menjadi model untuk mengembangkan hubungan dengan negara-negara ini dan memperbaiki hubungan yang rusak."
Berdasarkan perkembangan tersebut, tampaknya Presiden Prancis berusaha menjadikan Aljazair sebagai salah satu sekutu utama Paris di Afrika. Sejarah kolonial dan berdarah kehadiran Prancis di Aljazair merupakan hambatan besar untuk mewujudkan tujuan ini.(sl)