Upaya untuk Menutup Pusat Islam Hamburg di Jerman
Sebagai kelanjutan dari mendukung kekacauan dan kerusuhan di Iran, partai-partai yang berkuasa di Jerman menuntut penutupan pusat budaya dan intelektual kuno Iran di negara ini.
Dalam hal ini, partai-partai yang membentuk pemerintah koalisi Jerman telah mengajukan rencana kepada parlemen, menuntut penutupan Hamburg Islamic Center, dan parlemen negara ini juga akan memilih rencana ini apakah pusat ini harus ditutup atau tidak dan bagaimana itu harus ditutup.
Pusat Islam Hamburg adalah salah satu pusat Islam penting dan tua di Jerman, yang didirikan di Hamburg pada 1953 dengan dukungan Ayatullah Al-Udzma Boroujerdi, Marji Taklid Syiah.
Menerbitkan majalah dalam bahasa Jerman dan Persia serta menyediakan layanan konsultasi adalah bagian dari kegiatan pusat ini.
Islamic Center Hamburg ini memiliki perpustakaan dengan lebih dari 6 ribu judul buku tentang berbagai tema Islam dan Syiah.
Pusat ini telah memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jerman dan juga dianggap sebagai tempat berkumpulnya umat Islam di negara ini.
Karena adanya lobi-lobi rezim Zionis dan aktivitas kelompok teroris Munafikin (MKO) di Jerman, berbagai tuduhan dan agitas terhadap lembaga dan organisasi agama dan budaya ini dari waktu ke waktu dilakukan di media Jerman, tetapi pada akhirnya dua bulan dan setelah ketidakamanan dan kerusuhan di beberapa kota Iran, serangan media dan politik terhadap Pusat Islam Hamburg meningkat.
Terlebih lagi ketika pemerintah Jerman, bersama dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, secara terbuka mendukung kerusuhan di Iran.
Menurut pemerintah Jerman, Islamic Senter ini bekerja sejalan dengan kebijakan Iran, dan oleh karena itu, diyakini bahwa dengan menutupnya, salah satu cara untuk menghalangi pengaruh Iran di negara ini.
Permintaan untuk menutup Pusat Islam Hamburg adalah salah satu klausul dari rencana 22 poin partai-partai pemerintah koalisi Jerman melawan Iran. Rencana yang diberi judul “Pembelaan Hak Asasi Manusia” ini dikembangkan sejalan dengan dukungan terhadap para perusuh dan kelanjutan dari kekacauan dan kerusuhan di Iran, antara lain menyerukan “peningkatan sanksi terhadap Iran dan dukungan terhadap kekuatan oposisi Iran di Jerman".
Sejak awal kerusuhan di Iran, negara-negara Barat termasuk Jerman telah menghasut dan mendorong para perusuh sambil menjatuhkan sanksi terhadap para pejabat hukum dan individu Iran.
Sebagai kelanjutan dari mendukung kekacauan dan kerusuhan di Iran, partai-partai yang berkuasa di Jerman menuntut penutupan pusat budaya dan intelektual kuno Iran di negara ini.
Isu penting adalah negara-negara Eropa, termasuk Jerman, selalu mengklaim mendukung kebebasan dan hak asasi manusia, serta kebebasan berekspresi.
Sementara tindakan pemerintah koalisi Jerman untuk menutup Hamburg Islamic Center yang memiliki rekam jejak cemerlang di bidang kegiatan keagamaan dan budaya, merupakan contoh nyata penentangan kebebasan berekspresi dan tindakan diskriminatif.
Selain itu, partai-partai pemerintah koalisi Jerman telah menuntut untuk menutup Pusat Islam di Hamburg, sementara dalam kontradiksi yang jelas dengan slogan "membela kebebasan berbicara", mereka secara terbuka mendukung kerusuhan dan tindakan teroris di Iran dengan mencampuri urusan internal Iran dan telah menuntut kelanjutannya.
Tentu saja, pemerintah koalisi Jerman tidak puas dengan hal ini sejalan dengan kebijakan anti-Iran dan berusaha untuk memberikan lebih banyak sanksi terhadap Iran.
Dalam hal ini, Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman sekali lagi membuat tuduhan terhadap pemerintah Iran secara intervensionis dan pada saat yang sama mengumumkan klaim mendukung para perusuh.
Pada hari Rabu 09/11/2022), ia mengumumkan dalam sebuah tweet bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi baru sebagai protes terhadap apa yang disebutnya penindasan terhadap pengunjuk rasa di Iran.
Baerbock di Twitter menulis, Bekerja pada serangkaian sanksi baru sedang berlangsung dan "kami berencana untuk menerapkannya minggu depan".
"Kami mencoba untuk memastikan bahwa sesi khusus tentang Iran diadakan di Dewan Hak Asasi Manusia PBB," klaim Baerbock.
Tindakan Jerman yang sejalan dengan sikap anti-Iran telah diikuti oleh reaksi serius Tehran. Iran telah berulang kali memperingatkan pihak-pihak Eropa bahwa mereka akan menindak dengan keras setiap campur tangan dalam urusan internalnya.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menulis dalam sebuah tweet, Menteri Luar Negeri Jerman, sikap provokatif, intervensionis dan non-diplomatik tidak menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Merusak ikatan lama memiliki konsekuensi jangka panjang. Jerman dapat memilih interaksi untuk menghadapi tantangan bersama atau mengambil jalur konfrontasi. Tanggapan kami akan proporsional dan tegas.(sl)