Protes Luas di Eropa, Dampak Dukung Ukraina
Tepat sembilan bulan perang Ukraina berlangsung dan dampaknya serta pengaruh negatif kebijakan dan dukungan Eropa terhadap Ukraina, khususnya dampak negatif ekonomi dan sosialnya, protes akan masalah ini di benua Eropa meluas.
Sekaitan dengan ini, ribuan orang di Berlin, Jerman hari Sabtu (12/11/2022) tumpah ke jalan-jalan memprotes kenaikan harga makanan dan energi serta penggunaan dana miliaran dolar pemerintah aliansi Jerman untuk membeli senjata. Aksi demo ini digelar untuk memprotes kenaikan harga dan pengiriman senjata untuk mengobarkan konfrontasi bersenjata di Ukraina.
Demonstran seraya membawa plakat yang bertulisan "Eropa telah jatuh ke jurang bencana oleh Amerika" mengumumkan kebencian mereka atas kebijakan para pemimpin Eropa. Organisasi yang meseponsori aksi protes ini menegaskan bahwa pejabat Jerman dan NATO memprovokasi bentrokan bersenjata dengan harga kesejahteraan warganya. Para demonstran juga memprotes pengiriman senjata Barat ke Ukraina. Sementara itu, media-media Jerman sebelumnya mengkonfirmasikan resesi ekonomi di negara ini telah dimulai.
Perkembangan lain di Eropa, puluhan orang nasionalis dan anggota kelompok sayap kanan ekstrim Polandia Jumat (11/11/2022) bertepatan dengan hari kemerdekaan negara ini menggelar aksi demo di Warsawa, ibu kota negara ini. Di aksi demo yang digelar bertepatan dengan peringatan berakhirnya Perang Dunia Pertama, pendukung sayap kanan radikal, meneriakkan yel-yel anti-Ukraina dan Uni Eropa. Polandia meski memiliki friksi dengan Ukraina terkait isu etnis, tapi negara ini tetap bersedia menampung banyak pengungsi Ukraina. Sejumlah kelompok sayap kanan radikal yang berusaha mempertahankan friksi ini, membawa poster yang berisi tulisan " Hentikan Ukrainaisasi Polandia ".
Meluasnya aksi protes di negara-negara Eropa menentang pendekatan mendukung Ukraina dan keterlibatan lebih besar Eropa di konfrontasi saat ini antara Rusia dan Ukraina terjadi mengingat kian nyata dampak pendekatan anti-Rusia negara-negara Eropa dan penerapan sanksi terhadap Moskow dari statu sisi dan meningkatnya anggaran militer dengan harga pengurangan anggaran kesejahteraan dan sosial di samping proses negatif ekonomi negara-negara ini seperti inflasi dan resesi ekonomi.
Menyusul meletusnya perang di Ukraina, negara-negara Eropa dengan alasan mendukung Kiev, menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap sektor ekonomi Rusia. Selain itu, negara-negara ini mengirim miliaran Euro senjata kepada Ukraina. Eropa dengan mengikuti Amerika secara membabi buta dan dengan memandang kepentingan jangka pendek serta risiko tindakan anti-Rusia, menjatuhkan sanksi luas terhadap Rusia yang kemudian menuai respon balasan dari Moskow serta berujung pada penuruan drastis minyak dan gas yang ekspor ke Eropa, peningkatan inflasi dan dimulainya proses resesi ekonomi di kebanyakan negara-negara Eropa, termasuk Jerman, Prancis dan Jerman.
Kini pemerintah Jerman sedikit banyak mundur dari sikap sebelumnya. Sekaitan dengan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, "Kami tidak menjatuhkan sanksi terhadap gas Rusia. Tidak ada sanksi terhadap sumber gas ini. Tidak Jerman, dan juga tidak ada negara Uni Eropa serta negara-negara G7 yang menjatuhkan sanksi terhadap gas Rusia." Tapi ternyata klaim Olaf Scholz ini sepenuhnya bertentangan dengan pendekatan dan langkah Eropa dan Amerika terkait Rusia serta ekspor gas. Hal ini karena dengan sanksi Uni Eropa secara praktis ekspor pipa gas Nord Stream 1 ditangguhkan. Tentunya ini sebelum aksi destruktif terbaru di jalur pipa gas ini yang menurut Rusia dilakukan Inggris dengan koordinasi Amerika.
Pejabat berbagai negara Eropa sangat khawatir atas meluasnya protes sosial. Para pemimpin negara-negara Eropa berusaha menuding Rusia sebagai pihak yang bersalah atas kondisi buruk ekonomi dan memburuknya kehidupan warga Eropa. Pejabat Eropa mengklaim bahwa Moskow memanfaatkan gas sebagai senjata perang dan mengobarkan perang gas.
Para pakar ekonomi meyakini bahwa dampak ekonomi akibat perang Ukraina bagi negara-negara Eropa khususnya Jerman akan berlangsung lama, dan akan berlanjut lebih dari 20 tahun. Kondisi Eropa saat ini sejatinya hasil dari sikap negara-negara ini yang mengiringi kebijakan Amerika dalam mendukung Ukraina di perang dengan Rusia. Harga yang harus dibayar dari sikap ini adalah kesejahteraan warga Eropa menurun drastis dan juga inflasi tinggi serta krisis ekonomi dan sosial. Mereka menghadapi pengurangan layanan sosial, krisis energi, kenaikan harga bahan bakar dan makanan, dan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan prospek yang tidak menguntungkan menanti mereka di musim dingin 2022. (MF)