Tantangan Biden di Pilpres 2024
Setelah beredar berbagai rumor, akhirnya Presiden AS saat ini, Joe Biden secara resmi mengumumkan pencalonan dirinya di pilpres 2024, dan jika ia menang maka akan kembali berkuasa di Gedung Putih untuk periode kedua.
Biden dan pendukungnya optimis akan mampu menjadi pemenang di pilpres yang bakal digelar 5 November 2024 dan kembali berkuasa di Gedung Putih. Sementara itu, hanya 26 persen warga Amerika yang mendukung pencalonan kembali Biden oleh Partai Demokrat di pilpres mendatang negara ini.
Biden dalam sebuah video yang dirilis meminta pemilih Amerika memberi waktu lebih banyak kepadanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang ia janjikan ketika pertama kali menjabat presiden, dan mereka tidak perlu khawatir akan periode kedua presiden tertua Amerika ini untuk empat tahun lagi.
Di sisi lain, ada kemungkinan besar bahwa Donald Trump akan menjadi rival utama Biden di pemilu kali ini. Trump sejak lama mengkonfirmasi minatnya untuk mencalonkan diri di pemilu mendatang dan juga memberi janji untuk memulihkan kondisi di Amerika Serikat.
Pemilu yang akan datang adalah pemilu dengan banyak tantangan. Kenaikan harga, konsekuensi perang di Ukraina dan partisipasi Amerika Serikat dalam perang ini, meningkatnya ketegangan di dalam Amerika Serikat, dan penarikan pasukan Amerika yang tidak direncanakan dan tiba-tiba dari Afghanistan adalah beberapa alasan yang ditekankan oleh lawan Biden, dan mereka tidak tahan dengan pencalonan kembali Biden di pemilu yang akan datang.
Di sisi lain, selama beberapa bulan terakhir, Biden mengingat kondisi mentalnya juga banyak mendapat kritikan dari warga negara ini.
Tim Scott, senator Amerika terkait hal ini memperingatkan, manajemen ekonomi Biden menghancurkan masa depan ekonomi keluarga Amerika.
Namun, para pendukung Biden melihat pencapaian pemerintahannya. Menurut mereka, keberhasilan yang signifikan dari pemerintahan Biden dalam meluasnya vaksinasi terhadap penyakit Covid-19, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah infeksi dan kematian yang disebabkan oleh virus corona, pemulihan relatif ekonomi Amerika dan pengurangan cepat pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat, adalah termasuk pencapaian Biden.
Di sisi lain, pemerintah Biden dengan menyuntikkan beberapa triliun dolar dalam bentuk paket ekonomi anti-corona untuk membantu kelompok yang rentan, telah berhasil meningkatkan popularitasnya di kalangan warga penerima upah menengah ke bawah.
Namun, menurut beberapa jajak pendapat, banyak pemilih Amerika menginginkan transisi dari Joe Biden dan Donald Trump dalam pemilihan dan tidak ingin keduanya bersaing lagi. Menurut jajak pendapat Yahoo News terbaru, pemilih Amerika sangat tidak tertarik dengan kemungkinan pertandingan ulang antara Presiden Joe Biden saat ini dan mantan Presiden Donald Trump dalam pemilu 2024. Trump telah memasuki kampanye pemilihan saat dituduh memiliki hubungan tidak bermoral dengan seorang aktor dalam film porno dan memberinya uang suap 130 ribu dolar sebelum pemilihan presiden 2016. Kasus ini sedang diselidiki oleh jaksa Manhattan di New York.
Bernie Sanders, senator independen Amerika mengatakan, hal terakhir yang dibutuhkan negara ini adalah Donald Trump atau demagog sayap kanan lainnya yang akan mencoba merusak demokrasi Amerika atau mengambil hak perempuan untuk memilih, atau tidak mengatasi krisis kekerasan senjata, atau rasisme, seksisme atau homofobia.
Bagaimana pun juga, pemilu presiden 2024 di Amerika adalah pemilu dengan banyak tantangan ekonomi dan politik, dan tidak menutup kemungkinan peristiwa kekerasan yang terjadi selama pemilu presiden 2020 di Amerika Serikat akan terulang atau bahkan lebih intens di tahun 2024. (MF)