Pemimpin Negara Asia Tengah Masih Mengkhawatirkan Terorisme dari Afghanistan
Terlepas dari beberapa pernyataan positif dari pejabat Taliban tentang penyelesaian masalah dengan negara-negara Asia Tengah, tetapi masalah ini terus berlanjut dan tampaknya tidak dapat diselesaikan.
Sejalan dengan ketegangan antara pemerintah sementara Taliban dan para pemimpin Asia Tengah, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon sekali lagi mengidentifikasi provinsi utara Afghanistan sebagai tempat berkembang biak terorisme internasional.
Pada saat yang sama, sementara Taliban terus-menerus mengungkap rencananya untuk budidaya alternatif pengganti poppy dan mengintensifkan perang melawan narkoba, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon menekankan dalam pertemuan kedua para pemimpin Asia Tengah dan Uni Eropa di kota Cholpon Ata di Kyrgyzstan, Afghanistan masih menjadi salah satu produsen narkoba terbesar di dunia, hingga kini di bawah kekuasaan Taliban, produksi narkoba di negara ini meningkat beberapa kali lipat.
Pernyataan Presiden Tajikistan tak luput dari jawaban para pejabat Taliban.
Zabihullah Mujahid, Juru Bicara Taliban menyebut pernyataan Presiden Tajikistan, bahwa provinsi utara Afghanistan telah menjadi tempat berkembang biak teroris internasional, tidak berdasar, dan untuk menyelesaikan masalah ini, dia meminta dialog dengan pemerintah Tajikistan.
Reaksi Taliban terhadap pernyataan Presiden Tajikistan baru-baru ini dan komentar juru bicara kelompok ini adalah bahwa pada tanggal 8 Mei tahun lalu, Tajikistan diserang oleh kelompok tak dikenal untuk kedua kalinya dari Afghanistan.
Akibat serangan ini, Taliban menyatakan Daesh (ISIS) bertanggung jawab atas serangan rudal ini. Menyusul munculnya masalah di perbatasan Tajikistan dan Afghanistan, Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi mengatakan, Masalah yang ada antara Afghanistan dan Tajikistan telah diselesaikan.
Terlepas dari janji-janji yang disampaikan Taliban secara berturut-turut, Ahmadshah Kumail dan Khiyalat Shahi Mahmoud, para ahli Tajik yang terkenal waktu itu telah menekankan kepada pemerintah Dushanbe, Tajikistan harus menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat kontrol perbatasannya dengan Afghanistan secepat mungkin.
Dengan latar belakang sepert ini, pernyataan optimis dan pandangan bersahabat dari para pejabat Taliban, tampaknya upaya untuk menciptakan ketidakamanan di dalam Afghanistan dan di perbatasan negara ini dengan negara-negara tetangga masih terus berlangsung.
Faktanya adalah bahwa berkuasanya Taliban dan kepergian aneh militer AS dan NATO dari Afghanistan bertepatan dengan keprihatinan negara-negara tetangga, terutama karena penyebaran terorisme di negara ini.
Sejak memperoleh kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus 2021, pejabat Taliban berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan negara lain, terutama tetangga Afghanistan, diancam dari wilayah negaranya.
Terlepas dari beberapa pernyataan positif dari pejabat Taliban tentang penyelesaian masalah dengan negara-negara Asia Tengah, tetapi masalah ini terus berlanjut dan tampaknya tidak dapat diselesaikan.
Namun, serangan ekstremis di dalam Afghanistan dan serangan teroris ke negara tetangga dari wilayah negara ini menunjukkan ketidakmampuan Taliban untuk memenuhi janji tersebut.
Nyatanya, banyak kalangan politik independen menganggap kekhawatiran akibat berpindahnya rasa tidak aman dari Afghanistan ke negara tetangga, terutama Tajikistan, akibat kinerja dan masa lalu Taliban.
Kelompok lingkaran politik independen ini juga menilai kehadiran Taliban di Afghanistan efektif memperkuat ekstremisme di Asia Tengah.
Kekhawatiran dan keraguan ini muncul sementara juru bicara kelompok Taliban sebelumnya tidak menganggap Afghanistan sebagai ancaman bagi negara lain di kawasan dan dunia.
Fakta lain yang tampaknya sengaja diabaikan oleh pemerintah sementara Taliban adalah masalah pembentukan pemerintahan inklusif di Afghanistan.
Pejabat Taliban telah berulang kali menekankan bahwa setelah membangun stabilitas di Afghanistan, pembentukan pemerintahan yang inklusif menjadi agenda.
Namun kini pejabat Taliban terus mengulangi bahwa pembentukan pemerintahan yang komprehensif adalah masalah internal Afghanistan dan negara lain tidak boleh ikut campur dalam masalah ini.
Jelas jika tren saat ini berlanjut, banyak kelompok di Afghanistan akan mencegah terciptanya keamanan di negara ini.
Selain itu, gerakan ISIS terorganisir dan sangat aktif di Afghanistan dengan bantuan Amerika dan beberapa sekutunya.
Dalam konteks ini, pemerintah sementara Taliban telah mengalami ancaman serius dan upaya pembunuhan bahkan oleh kelompok teroris Takfiri ISIS.
Secara keseluruhan, tampaknya sampai pemerintahan inklusif dari semua suku Afghanistan didirikan di Kabul, kecil kemungkinan rakyat Afghanistan akan merasa aman.
Apalagi ketidakamanan sejauh ini telah menyebabkan banyak kerusakan pada negara-negara tetangga selain pemerintahan sementara Taliban.(sl)