Veto di DK-PBB di tengah Serangan Brutal Israel ke Gaza
Sementara pemboman sadis dan besar-besaran terhadap warga Gaza oleh Israel terus berlanjut, dan rezim ini menghalangi pengiriman bantuan kebutuhan mendasar ke kawasan ini, DK-PBB kembali gagal mengesahkan resolusi terkait hal ini.
Mengingat veto resolusi usulan AS dan Rusia, kini isi resolusi yang diusulkan Brasil sebagai ketua periodik Dewan Keamanan PBB ditetapkan dalam agenda kerja.
Resolusi usulan Rusia di Dewan Keamanan untuk menghentikan serangan brutal Zionis ke Gaza, Rabu sore gagal disahkan karena sabotase Barat. Selaras dengan sikap dukungan negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat atas kejahatan rezim Zionis terhadap warga Palestina, resolusi ini menghadapi veto dari Amerika Serikat. Wakil tetap Rusia di PBB, Vasily Nebenzya dalam pertemuan tersebut mengatakan, "Kami menyesal bahwa Dewan tidak dapat menggunakan kesempatan lain untuk mengatasi krisis Timur Tengah."
Seraya menjelaskan bahwa kepentingan terbatas Barat dalam mendukung Tel Aviv mencegah dihentikannya krisis di Gaza, Nebenzya mengungkapkan, "Amerika Serikat tidak ingin resolusi Dewan Keamanan berdampak terhadap Israel."
Padahal sebelumnya, upaya AS untuk menyetujui usulan resolusi mengenai Gaza, yang menyiratkan dukungan penuh terhadap rezim Zionis dan oposisi terhadap Palestina, juga terhalang oleh veto Rusia dan Cina. Resolusi ini menyebutkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, namun tidak disebutkan menghentikan serangan dan kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Gaza. Resolusi AS juga menyerukan agar Hamas dikutuk atas operasi Badai Al-Aqsa dan menekankan hak Israel untuk mempertahankan diri.
"Resolusi usulan Amerika sama halnya dengan ijin Dewan Keamanan kepada Israel untuk melanjutkan serangannya ke Gaza," papar Nebenzya.
Sementara itu, wakil tetap Cina di PBB menekankan bahwa resolusi usulan Amerika membenarkan penggunaan kekerasan dan senjata terhadap warga sipil di Jalur Gaza. Ia menambahkan, setiap resolusi tak jelas mengenai perang dan perdamaian adalah tindakan tidak bertanggung jawab dan berbahaya, serta melapangkan jalan serangan militer besar-besaran.
Posisi Rusia dan Cina yang menentang tindakan Barat yang dipimpin Amerika Serikat untuk mendukung tindakan kriminal rezim Zionis membuat Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, mengapresiasi kedua negara tersebut dan seluruh negara anggota dan non-anggota Dewan Keamanan, yang menuntut penghentian segera serangan dan kejahatan terhadap rakyat Gaza.
Haniyah meminta komunitas internasional untuk menekan rezim Zionis agar menjaga hak asasi manusia dan melaksanaknan hukum serta resolusi internasional dan kemanusiaan terhadap bangsa Palestina, khususnya warga Gaza.
Tampaknya Dewan Keamanan PBB telah gagal dalam tugas utamanya menjaga perdamaian dan keamanan internasional serta mengakhiri konflik regional. Mengingat hak veto dari 5 anggota tetap dewan ini yaitu Amerika, Inggris, Prancis, Rusia dan Cina, maka nampaknya sangat sulit untuk mencapai kesamaan pandangan mengenai perang Gaza, yang menjamin konsensus negara-negara tersebut dan negara-negara non-anggota Dewan Keamanan.
Sementara itu, peran negara-negara Barat, anggota Dewan Keamanan, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dalam mencegah berlanjutnya pembunuhan terhadap rakyat Gaza oleh rezim Zionis sudah jelas. Amerika Serikat, sebagai pendukung tanpa syarat Israel, secara praktis telah memberikan lampu hijau kepada Tel Aviv untuk melakukan pembunuhan dan penghancuran di Gaza dengan memveto resolusi yang mencakup gencatan senjata di Gaza.
Vasily Nebenzya dalam sidang Dewan Keamanan terkait kondisi di Asia Barat mengatakan, "Peristiwa tragis di kawasan ini berakar pada peran destruktif jangka panjang yang dimainkan oleh Washington dan kebijakannya dalam menghancurkan proses penyelesaian isu-isu mendasar dari perang lama di kawasan ini."
Rezim Zionis saat merespon kekalahan nyata militer, keamanan dan intelijen dari Hamas dan faksi muqawama Palestina lainnya dalam operasi Badai Al Aqsa, mulai melancarkan serangan udara besar-besaran ke kawasan pemukiman dan instalasi publik di Jalur Gaza, dan sampai saat ini lebih dari enam ribu warga Palestina gugur dan 20 ribu lainnya terluka.
Berlanjutnya kondisi ini dan kebungkaman serta sikap pasif Dewan Keamanan PBB dapat berujung pada munculnya salah satu tragedi kemanusiaan terbeas di abad 21. (MF)