Menelisik Standar Ganda Eropa Mengenai Terorisme
Pengadilan Banding Denmark, yang dikenal sebagai Pengadilan Timur, pada hari Jumat (12/01/2024), mengukuhkan hukuman penjara terhadap tiga anggota kelompok separatis Al-Ahwazia yang dituduh mempromosikan terorisme di Iran dan mengumpulkan informasi untuk badan intelijen Saudi. Ketiga orang ini divonis enam, tujuh, dan delapan tahun penjara oleh pengadilan pada tahun 2022.
Di sisi lain, pengadilan ini mengukuhkan hukuman Februari 2022 terhadap para terpidana di bidang pendanaan terorisme dengan menerima 15 juta krona (setara dengan 2.200.000 dolar) dan berusaha mendapatkan 15 juta krona lagi dari Arab Saudi untuk kelompok separatis ini.
Sebelumnya, pada Selasa, pengadilan ini mengukuhkan putusan pengadilan setempat di bidang propaganda terorisme terhadap tiga anggota kelompok teroris separatis Al-Ahwazia dan spionase mereka untuk Arab Saudi.
Pengadilan Timur Kopenhagen mengumumkan bahwa para narapidana ini sibuk mengumpulkan informasi tentang individu dan organisasi di Denmark dan luar negeri, termasuk urusan militer terkait Iran dan mentransfernya ke organisasi intelijen Saudi.
Menurut undang-undang Denmark, hukuman bagi orang-orang tersebut adalah maksimal 12 tahun penjara. Pengadilan Timur di Kopenhagen memutuskan bahwa orang-orang ini akan dideportasi dari Denmark.
Para terdakwa akan menjalani hukumannya di penjara Denmark, tapi belum jelas kapan mereka akan dideportasi.
Menurut Finn Borch Andersen, Direktur Badan Intelijen Denmark, Ketiga orang ini telah menjadi mata-mata Arab Saudi sejak 2012.
Terpidana anggota kelompok Al-Ahwazia, yang namanya tidak disebutkan, ditangkap pada Februari 2020 di kota Rigsted, terletak 60 kilometer barat daya Kopenhagen.
Tuduhan terhadap orang-orang tersebut dalam bidang propaganda terorisme terbukti pasca terjadinya serangan teroris pada 22 September 2018 di parade militer Ahvaz.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok teroris dan separatis Al-Ahwazia telah menerapkan beberapa langkah untuk membuat Khuzestan tidak aman dan ingin mempersiapkan landasan bagi pemisahan Khuzestan dari Iran dengan mendestabilisasi kawasan.
Tindakan serupa yang coba dilakukan rezim Baath Irak dengan menyerang Iran, tapi gagal. Organisasi tersebut telah melakukan banyak pemboman, termasuk di provinsi Ahvaz dan beberapa sumur dan fasilitas minyak.
Pengadilan Banding Denmark, yang dikenal sebagai Pengadilan Timur, pada hari Jumat (12/01/2024), mengukuhkan hukuman penjara terhadap tiga anggota kelompok separatis Al-Ahwazia yang dituduh mempromosikan terorisme di Iran dan mengumpulkan informasi untuk badan intelijen Saudi. Ketiga orang ini divonis enam, tujuh, dan delapan tahun penjara oleh pengadilan pada tahun 2022.
Salah satu kejahatan terbesar kelompok teroris Al-Ahwazia adalah penyerangan yang dilakukan oleh beberapa elemen bersenjata anggotanya pada parade angkatan bersenjata Iran di Ahvaz pada tanggal 22 September 2018, ketika mereka menembaki orang-orang dan tentara yang berbaris dalam parade tersebut sehingga menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai sekitar 70 orang.
Setelah serangan ini, kelompok Al-Ahwazia secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut di televisi satelit Alarabiya milik rezim Arab Saudi. Media Saudi ini tidak menyebutkan sifat teroris dari serangan terhadap parade angkatan bersenjata di Ahvaz dan hanya menyebut itu serangan bersenjata.
Negara-negara Eropa tempat tinggal para pemimpin dan anggota kelompok ini, yakni Denmark, Swedia, dan Belanda, tidak melakukan tindakan apa pun untuk mengutuk atau menangkap mereka.
Masalah ini mendapat protes keras dari Republik Islam Iran.
Menurut Bahram Ghasemi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran pada saat itu, Tidak dapat diterima bahwa Uni Eropa tidak menyebut kelompok-kelompok ini sebagai teroris sampai mereka melakukan operasi teroris di wilayah Eropa.
Namun setelah isu keamanan nasional beberapa negara Eropa seperti Denmark diangkat karena adanya spionase anggota kelompok teroris Al-Ahwazia untuk kepentingan Arab Saudi, mereka ditangkap dan diadili.
Padahal isu terorisme telah menjadi masalah besar bagi banyak negara Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masyarakat Eropa punya pendekatan ganda dalam menghadapi fenomena mengerikan ini.
Contoh nyata dari hal ini adalah perlakuan ganda negara-negara Eropa terhadap kelompok teroris Al-Ahwazia, yang telah melakukan banyak aksi teroris dan menyerukan separatisme serta menginginkan pemisahan provinsi Khuzestan dari Iran.
Ketika kelompok teroris ini melakukan aksi teroris terhadap Republik Islam Iran, negara-negara Eropa menutup mata terhadap hal tersebut dan membiarkan aktivitasnya tanpa hambatan apapun. Namun ketika tindakan dan aktivitas Al-Ahwazia bertentangan dengan kepentingan dan keamanan nasional mereka, maka mereka akan menindaknya.
Selain itu, dukungan jangka panjang beberapa negara Eropa, khususnya Prancis, terhadap Kelompok Teroris Munafikin (MKO) merupakan tanda hitam lain bagi negara-negara tersebut dalam mendukung terorisme karena penentangan kelompok ini terhadap Republik Islam Iran.
Meskipun pemerintah Prancis mengetahui sepenuhnya kejahatan luas yang dilakukan kelompok ini terhadap rakyat Iran dan Irak, kelompok teroris MKO masih terus beroperasi dan mengadakan pertemuan dan acara di Prancis dengan dukungan terbuka dan tersembunyi dari Paris.(sl)