May 10, 2024 18:08 Asia/Jakarta
  • Senjata dan amunisi Amerika
    Senjata dan amunisi Amerika

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin Rabu (8/5/2024) di Senat negara ini mengklaim bahwa pengiriman senjata ke Israel dihentikan karena serangan ke Rafah, dan kami belum mengambil keputusan final terkait nasib pengiriman ini.

Kepala Pentagon seraya mengisyaratkan bahwa AS dengan transparan mengatakan bahwa Israel harus memperhatikan warga sipil dalam operasi militer, menekankan, Washington tidak ingin menyaksikan sebuah operasi militer beasr di kota ini, dan fokus untuk melindungi warga sipil.

 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller hari Rabu seraya menjelaskan bahwa Washington tidak membenarkan serangan Israel ke Rafah, terkait penangguhan pengiriman bom 2000 pon dan 500 pon ke Israel, mengatakan, "Kami menghentikan paket pengiriman bantuan jangka pendek, dan tengah mengkaji seluruh pengiriman. Paket ini termasuk 1800 bom 2000 pon dan 500 pon."

 

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam wawancara dengan CNN, Rabu malam, dalam sikap barunya, mengklaim jika Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, memerintahkan serangan besar-besaran terhadap Rafah di Jalur Gaza, maka dia akan menghentikan transfer senjata Amerika ke rezim ini. Dia menambahkan, “Saya dengan jelas menyatakan bahwa jika mereka (Israel) memasuki Rafah – mereka belum memasuki Rafah – saya tidak akan memasok senjata yang secara historis digunakan dalam kaitannya dengan Rafah dan kota-kota lain.” Biden mengatakan AS akan terus memasok senjata pertahanan ke Israel, termasuk sistem pertahanan udara Iron Dome, namun akan berhenti mengirimkan seluruh senjata lain jika serangan darat skala besar di Rafah dimulai.

 

Gilad Erdan, duta besar rezim Zionis untuk PBB, menyebutnya “sangat mengecewakan” sebagai tanggapan atas penghentian sementara pengiriman senjata oleh Amerika Serikat ke Israel menyusul serangan darat rezim tersebut di Rafah.

 

Klaim Amerika mengenai penangguhan pengiriman senjata ke Israel, yang menurut Menteri Pertahanan Israel, sejauh ini telah dilaksanakan untuk satu pengiriman senjata, menunjukkan bahwa Gedung Putih telah memutuskan untuk menggunakan tekanan terhadap Netanyahu untuk memaksanya mengubah kebijakan dan strateginya tentang perang di Gaza. Washington dan Tel Aviv telah lama berselisih dengan kabinet perang Israel mengenai bagaimana melanjutkan operasi militer rezim Zionis di Gaza, terutama kemungkinan serangan tentara rezim ini terhadap Rafah di selatan Gaza.

Pengungsi Gaza di Rafah

Netanyahu, yang telah mengikat kehidupan politiknya dengan perang Gaza dan telah membuat banyak janji sejak awal operasi militer rezim Zionis di Jalur Gaza, termasuk pembebasan tahanan Zionis yang berada di tangan kelompok perlawanan dan penghancuran kelompok perlawanan, khususnya Hamas, kini setelah tujuh bulan berlalu sejak perang di Gaza menemui jalan buntu yang serius dan solusinya adalah menyerang Rafah dengan tujuan menghancurkan sisa anggota Hamas dan kelompok perlawanan serta membebaskan para tahanan Zionis.

 

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hari yang lalu, mereka memulai pemboman besar-besaran baik dari udara maupun darat di Rafah dan meminta warga Gaza, yang mengungsi di kota ini setelah hancurnya Jalur Gaza bagian utara dan tengah, untuk pergi ke tempat lain. Namun, mengingat kepadatan populasi manusia di Rafah, setiap serangan darat berskala besar terhadap kota ini akan menyebabkan banyak korban jiwa, dan masalah ini telah menyebabkan PBB memperingatkan mengenai pelaksanaan serangan tersebut dan konsekuensi bencana yang ditimbulkannya. Selain itu, pandangan serupa juga diungkapkan oleh pemerintah Amerika, antara lain, Senator Dick Durbin, ketua Komite Kehakiman Senat AS, menggambarkan pembelaan terhadap serangan rezim Zionis di Jalur Gaza sebagai hal yang "sulit" dan menuntut agar rezim tersebut mematuhi standar kemanusiaan.

 

Akibat meluasnya penentangan dunia internasional terhadap serangan darat besar-besaran tentara rezim Zionis di Rafah dan sikapnya yang tidak dapat dimaafkan, kini Washington terpaksa mengambil sikap yang tidak biasa, mengancam akan menangguhkan pengiriman senjata ke Israel dan bahkan menghentikan pengirimannya. Sebelumnya, 88 perwakilan Partai Demokrat di Kongres AS telah meminta larangan penjualan senjata ofensif ke Israel melalui surat kepada Presiden AS Joe Biden.

 

Pada saat yang sama, isu berlanjutnya demonstrasi mahasiswa di Amerika Serikat, yang meluas dan belum pernah terjadi sebelumnya, telah memaksa pemerintahan Biden untuk mengubah sikap biasanya, yaitu memberikan dukungan politik dan militer menyeluruh kepada Tel Aviv. Gerakan mahasiswa besar-besaran di Amerika untuk mendukung rakyat Palestina telah dimulai dan berlanjut sementara terdapat posisi-posisi di dalam Kongres yang memprotes kejahatan rezim Zionis di Gaza dan dukungan pemerintah Amerika atas kejahatan-kejahatan ini. Senator Independen Bernie Sanders menulis tweet kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menuduh mahasiswa Amerika anti-Semitisme, dengan mengatakan: "Tidak, Tuan Netanyahu, ini bukan anti-Semitisme. Dalam lebih dari enam bulan, kabinet ekstrem Anda membantai 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 77 ribu orang dan 70 persen dari korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak Gaza."

 

Selain itu, tim sukses Joe Biden, mengingat semakin dekatnya pemilu presiden pada November 2024, khawatir rontoknya suara Biden di antara pemilih tradisional kepada kandidat Partai Demokrat, yakni pemuda, kubu minoritas dan kaum perempuan karena sikap dan langkahnya dalam mendukung rezim Zionis di perang Gaza.

 

Isu penting lainnya adalah pengakuan Biden atas peran senjata Amerika di perang Gaza dan pembantaian warga Palestina. Dalam wawancaranya dengan CNN, Biden seraya mengisyaratkan bom 2000 pon yang diberikan AS kepada Israel, mengungkapkan, "Warga Gaza terbunuh oleh bom-bom ini."

 

Amerika Serikat sebagai pendukung penuh Israel dalam beberapa bulan terakhir mengirim senjata dan berbagai amunisi untuk membombardir warga tertindas Gaza jeoada Tel Aviv. Dan baru-baru ini, Kongres AS juga meratifikasi paket bantuan militer sebesar 26 miliar dolar kepada Israel, dan menjadi undang-undang dengan tandatangan Biden. Dengan demikian, Amerika Serikat harus disebut sebagai mitra kejahatan rezim Zionis di perang Gaa dan genosida warga Palestina. (MF)

 

Tags