Newsweek: Ancaman Baru Bagi AS, Iran Perkuat Negara-Negara Afrika
Jun 02, 2024 14:07 Asia/Jakarta
Media Amerika Serikat, sebagaimana juga media-media afiliasi Pentagon, lain, menyalahkan Iran, atas krisis-krisis yang terjadi di Afrika.
Newsweek, Selasa (28/5/2024) mengunggah sebuah artikel yang ditulis beberapa penulis afiliasi Israel, yang mengatakan bahwa Iran, sedang membangun kekuatan lokal lain, dan tidak lama lagi akan mengancam Amerika Serikat.
"Di saat AS, dan Israel, memusatkan perhatian pada ancaman kekuatan-kekuatan lokal yang terkait dengan Iran, mulai dari Lebanon hingga Yaman, Tehran, diam-diam membangun kekuatan lokal baru yang lain, dan tidak lama lagi akan menjadi ancaman serius bagi kepentingan AS," kata Newsweek.
Kekuatan lokal baru ini, imbuhnya, dibangun di wilayah strategis pesisir Afrika, dan Iran, memanfaatkan kelemahan Barat, untuk memperkuat pengaruh ekonomi dan militer, akses terhadap bahan-bahan langka, mengancam rezim-rezim moderat, dan merusak normalisasi Arab-Israel.
Newsweek menyarankan kepada para pejabat AS, dan Israel, supaya segera mengambil tindakan-tindakan tegas untuk mencegah bertambah kuatnya kekuatan lokal baru ini sebelum terlambat.
Wilayah Sahel Afrika, atau pesisir pantai Afrika, sampai saat ini terus menjadi bulan-bulanan kekuatan penjajah Barat, dan intervensi AS, dan harus menanggung kerugian besar karena tidak memiliki kekuatan dalam negeri sehingga menciptakan instabilitas luas sejak tahun 2020.
Negara-negara seperti Mali, Burkina Faso, Guinea, Niger, Chad, Gabon, dan Sudan, semuanya dilanda kudeta atau kemunculan pemerintahan-pemerintahan militer yang dipengaruhi warisan politik-ekonomi penjajah.
Warisan, dan intervensi Barat ini, terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, juga mengizinkan kelompok-kelompok fiktif yang menyalahgunakan nama serta identitas Islam, untuk muncul.
Sebelum ini misalnya, Israel, melalui lembaga-lembaga Barat, di Sudan, melakukan infiltrasi, dan menyebabkan negara itu terpecah. Hal yang menarik adalah Newsweek, sebagaimana media-media afiliasi Pentagon lainnya, menuduh Iran, berada di balik krisis-krisis di Afrika.
Sudan di bawah kepemimpinan Abdel Fattah Al Burhan, Ketua Dewan Kedaulatan Transisi Sudan, pada Oktober 2020 bergabung dengan Kesepakatan Abraham, dengan iming-iming dukungan AS.
Meskipun demikian, setelah Dewan Kedaulatan Transisi Sudan, dibubarkan oleh Al Burhan, pada tahun 2021, AS, menekan Israel, untuk mempererat hubungan dengan Sudan, dan setelah itu secara luar biasa, api perang saudara di Sudan, justru semakin membara pada tahun 2023.
Menurut klaim para penulis artikel di Newsweek, Al Burhan, dikarenakan rekam jejak Barat, terhadap Sudan, tidak punya pilihan lain selain mendatangi Iran, untuk mendapatkan bantuan keamanan dan bantuan lain.
Para penulis di Newsweek itu mengatakan bahwa Iran, berusaha memperkuat kemampuan Niger, di bidang produksi uranium. Lebih dari itu, para penulis Newsweek, juga mengklaim bahwa hal ini dapat membantu program nuklir Iran.
Artikel yang dirilis Newsweek, memperingatkan bahaya lain bagi AS, yang muncul dari upaya serupa, bahwa Iran, mempererat hubungan dengan Mali, Burkina Faso, dan negara pesisir pantai Afrika lainnya. Masalah ini sangat bertolak belakang dengan imperialisme Barat.
Selain itu, para penulis Newsweek, mengingatkan AS, terkait ancaman lain Iran, bahwa Republik Islam, membantu Chad dan Mauritania, untuk mencapai independensi ekonomi.
Hal yang lebih menarik adalah para penulis Newsweek, hanya untuk tidak mengutip nama Israel, sendirian, membawa-bawa nama Mesir dan Arab Saudi bersama rezim itu, dan mengatakan bahwa ancaman Iran, mengarah pada ketiganya.
Republik Islam Iran, sejak era Presiden Syahid Ebrahim Raisi, telah berupaya mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan Arab Saudi, dan Mesir, secara serius.
Artikel Newsweek, yang terkadang terang-terangan menunjukkan kepatuhan pada Pentagon, mendesak AS dan sekutu-sekutunya termasuk Israel, untuk melemahkan hubungan negara-negara pesisir pantai Afrika, dengan wilayah dunia lain selain Barat, seperti Iran, Cina dan Rusia.
Pada saat yang sama, artikel Newsweek, mendesak AS, dan sekutu-sekutunya untuk lebih menekan negara-negara pesisir pantai Afrika, melalui berbagai isu seperti demokrasi, dan hak asasi manusia.
Para penulis artikel di Newsweek ini di antaranya adalah Ronen Levi, mantan Dirjen Kementerian Luar Negeri Israel, yang juga anggota Institut untuk Keamanan Nasional dan Strategi Zionis, Misgav, dan Asher Fredman, Direktur Institut Perdamaian Kesepakatan Abraham. (HS)