Pelanggan, Pesaing atau Musuh; Seperti Apa Diplomasi Mafia Trump?
(last modified Fri, 07 Feb 2025 09:29:49 GMT )
Feb 07, 2025 16:29 Asia/Jakarta
  • Presiden AS, Donald Trump
    Presiden AS, Donald Trump

Parstoday- Media Inggris, The Guardian seraya mengisyaratkan kebijakan luar negeri Trump, mengingatkan bahwa presiden Amerika menerapkan sebuah diplomasi bergaya mafia.

Guardian dalam sebuah artikel terkait kebijakan luar negeri Donald Trump, presiden Amerika dengan tema "Sistem baru dan Mengkhawatirkan tengah Terbentuk", menulis bahwa mantan sekutu Amerika tidak boleh menormalisasi atau melegitimasi konsep Trump tentang pelanggaran hukum dalam hubungan internasional.

 

Menurut Parstoday mengutip ISNA, dalam artikel ini, penulis, mengacu pada pernyataan provokatif Trump terhadap Gaza dan ancaman untuk mengusir warga Palestina dari tanah leluhur mereka, mencatat: "Tidak ada satu pun gagasan Donald Trump bahwa Gaza harus berada di bawah kendali Amerika yang sesuai dengan aturan dan kebiasaan hubungan internasional yang berlaku, tetapi pemerintahan Gedung Putih saat ini menentang metode tradisional dan bermaksud untuk mengubah dunia secara mendasar, sehingga kembali ke tatanan sebelum Trump akan menjadi mustahil."

 

Media Inggris ini meyakini bahwa tuntutan Trump untuk memindahkan secara paksa 2,2 juta warga Palestina ke negara-negara Arab tetangga sebuah pembenaran nyata atas sebuah kejahatan dan pembersihan etnis.

 

Menurut Guardian: "Ide Gaza diubah menjadi ‘resor Mediterania’ setelah pengambilalihan AS, meski meresahkan, sangat jauh dari kenyataan. Trump memperlakukan kawasan yang dilanda perang di jantung salah satu kawasan paling kompleks di dunia seperti kawasan terbengkalai di Manhattan. Dia mempermainkan kehidupan jutaan orang dengan bahasa jual-beli yang korup dan dengan metode serta moral seorang bos mafia."

 

The Guardian menekankan bahwa pendekatan seperti itu akan meningkatkan ketidakstabilan yang tidak perlu pada saat pendekatan yang sama sekali berbeda dibutuhkan untuk mempertahankan gencatan senjata yang rapuh di Gaza. Semua pemerintahan di kawasan Asia Barat, kecuali koalisi ekstremis Benjamin Netanyahu di wilayah pendudukan, menganggap intervensi Trump berbahaya dan merusak.

 

The Guardian menulis: “Pandangan ini juga berlaku di antara sekutu-sekutu Amerika di Eropa – negara-negara yang sama yang hingga beberapa minggu lalu menganggap diri mereka sebagai sekutu independen AS, tetapi sekarang menyadari bahwa konsep seperti itu tidak ada dalam benak presiden AS. Dia hanya mengenali tiga kategori; Pelanggan, pesaing dan musuh. Bergerak di antara kategori-kategori ini hanya mungkin dilakukan melalui sanjungan dan pemberian hak istimewa. Tetapi aliansi abadi yang didasarkan pada kepentingan bersama, kewajiban perjanjian hukum, dan nilai-nilai demokrasi tidak lagi memiliki tempat di Gedung Putih."

 

Media Inggris ini menyimpulkan laporannya dengan menyatakan: “Dalam sejarah, ada banyak contoh pemimpin otokratis yang telah menyebarkan kekacauan baik di dalam negeri mereka sendiri maupun di luar negeri, tetapi tidak ada catatan tentang situasi seperti itu yang terjadi di negara demokrasi paling kuat di dunia, dan tidak ada petunjuk yang tersedia untuk membantu mantan sekutunya menghadapi situasi ini. Namun satu hal sekarang menjadi jelas; Berharap Amerika di bawah Trump bisa tetap berpegang pada aturan lama, adalah strategi yang tidak menjanjikan." (MF)