Penutupan Pemerintah Berlanjut, Pekerja AS Hadapi Tekanan Finansial Hebat
-
Penutupan pemerintah AS
Setelah satu bulan penutupan pemerintah federal AS berlalu, ribuan pegawai pemerintah yang telah kehilangan gaji selama dua bulan kini menghadapi utang yang terus menumpuk, hilangnya layanan penting, dan bahkan penyitaan mobil mereka.
Menurut laporan IRIB hari Minggu (02/11/2025) mengutip surat kabar Washington Post yang menulis, "Banyak pegawai federal terpaksa menggunakan kartu kredit, mengunjungi bank makanan, dan menjual aset mereka untuk membayar tagihan dan biaya hidup."
"Cynthia Brown, 53, seorang pegawai penerbitan pemerintah yang masih bekerja tanpa bayaran, mengatakan ia hidup dengan kopi dan minuman protein dan hampir tidak punya apa-apa untuk dimakan. Ia bahkan terpaksa menjual barang-barang pribadinya dan dua ponsel lamanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan mobilnya disita karena ketidakmampuannya membayar."
Brown, yang merupakan pencatat resmi proses kongres, menyatakan keprihatinannya tentang kebuntuan politik di Washington, dengan mengatakan, "Tidak ada kemajuan. Para politisi saling membenci dan kita, rakyat, terjebak di tengah kebencian ini."
The Washington Post menulis, Penutupan pemerintah dimulai pada 1 Oktober, ketika anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Republik gagal mencapai kesepakatan tentang perpanjangan dana federal. Partai Demokrat telah menjadikan perpanjangan Obamacare sebagai syarat pembukaan kembali pemerintahan, sementara Partai Republik mengatakan mereka tidak akan bernegosiasi sampai pemerintahan dibuka kembali sepenuhnya.
Kebuntuan ini kini telah berdampak langsung terhadap jutaan warga Amerika berpenghasilan rendah yang bergantung pada dana pemerintah untuk kupon makanan (SNAP) atau untuk pendidikan dan layanan kesehatan anak-anak mereka dalam program federal seperti Head Start.
Pemerintahan Trump telah menyatakan bahwa tunjangan ini tidak dapat dibayarkan karena penutupan pemerintah, meskipun dua pengadilan federal telah memutuskan bahwa beberapa pembayaran harus dilakukan.
Koran Washington Post menambahkan, "Kita telah mencapai batasnya. Kita tidak punya apa-apa lagi untuk dibelanjakan."
Dari 2,1 juta pegawai federal, lebih dari 750.000 telah dirumahkan selama sebulan, dan ratusan ribu lainnya bekerja tanpa gaji. Namun, pemerintahan Trump telah memberikan dana penggajian kepada beberapa personel penegak hukum dan militer.
Laporan itu juga menyatakan bahwa kekhawatiran meningkat ketika pemerintah mengancam akan menahan pembayaran tunggakan dari para pegawai, meskipun undang-undang yang ditandatangani Trump pada tahun 2019 mewajibkan pegawai untuk menerima semua pembayaran tunggakan setelah penutupan pemerintah berakhir.
"Saya punya tagihan, sewa, pinjaman mahasiswa, dan saya hanya punya beberapa minggu lagi untuk bertahan hidup sebelum harus mengambil pinjaman besar," kata James Kirwan, seorang pengacara berusia 31 tahun dari Dewan Hubungan Perburuhan Nasional yang tidak memiliki penghasilan sejak penutupan pemerintah dimulai.
Banyak pegawai pemerintah berada dalam situasi serupa. Sekitar seperenam pegawai federal di cabang eksekutif berpenghasilan kurang dari rata-rata nasional sebesar $62.000 per tahun, menurut analisis Washington Post.
Sebuah badan amal yang dulu memberikan tunjangan $150 kepada pegawai federal mengatakan anggaran $1 juta mereka telah habis setelah menerima lebih dari 10.000 aplikasi.
"Sebagian besar pegawai pemerintah, seperti warga Amerika lainnya, hidup pas-pasan dan sekarang bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka," kata Robin Kehoe, direktur badan amal tersebut.
Washington Post melaporkan, Di beberapa kantor, karyawan berusaha saling membantu. Di kantor Jaminan Sosial di Albany, New York, karyawan telah menyiapkan meja untuk menyumbangkan makanan dan perlengkapan rumah tangga.
"Kami semua berusaha saling membantu melewati masa sulit ini, tetapi ini sungguh menakutkan," kata Jessica Sweet, seorang perwakilan serikat pekerja.
Ia menambahkan bahwa banyak koleganya mempertimbangkan untuk meninggalkan layanan pemerintah, sementara yang lain mencari pekerjaan sampingan. Namun, perusahaan enggan mempekerjakan pegawai federal, karena khawatir mereka akan pergi begitu penutupan pemerintah berakhir.
Banyak pegawai federal terpaksa mengambil pekerjaan sementara, seperti mengemudi untuk layanan daring atau toko ritel, untuk memenuhi kebutuhan hidup, menurut Washington Post. Di beberapa keluarga, bahkan sesi psikoterapi dipersingkat karena mereka tidak mampu membayar.
Surat kabar Amerika ini menyimpulkan, "Penutupan pemerintah yang sedang berlangsung bukan hanya melumpuhkan sistem administrasi Amerika, tetapi juga menempatkan jutaan keluarga di ambang kehancuran finansial dan emosional, sebuah krisis yang semakin dalam setiap hari, tanpa akhir yang terlihat."(sl)