Politico: Amerika Serikat di Ambang Gelombang Baru Kekerasan Politik
https://parstoday.ir/id/news/world-i179682-politico_amerika_serikat_di_ambang_gelombang_baru_kekerasan_politik
Amerika Serikat tengah memasuki fase baru perpecahan politik yang tajam, dan mayoritas warganya kini meyakini bahwa kemungkinan terjadinya pembunuhan bermotif politik dalam beberapa tahun mendatang sangat nyata.
(last modified 2025-11-06T03:02:38+00:00 )
Nov 06, 2025 10:00 Asia/Jakarta
  • Politico: Amerika Serikat di Ambang Gelombang Baru Kekerasan Politik

Amerika Serikat tengah memasuki fase baru perpecahan politik yang tajam, dan mayoritas warganya kini meyakini bahwa kemungkinan terjadinya pembunuhan bermotif politik dalam beberapa tahun mendatang sangat nyata.

Tehran, Parstoday- Ketakutan akan meningkatnya kekerasan politik kini menjadi kekhawatiran bersama bagi sebagian besar masyarakat Amerika. Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga Public First bekerja sama dengan majalah Politico menunjukkan bahwa 55 persen warga Amerika memperkirakan tingkat kekerasan politik akan meningkat dalam waktu dekat.

Angka ini mencerminkan kekhawatiran mendalam pasca serangkaian serangan politik belakangan ini, termasuk pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk pada awal tahun ini, serta dua upaya gagal untuk membunuh Presiden Donald Trump pada tahun 2024.

Kekhawatiran yang Melintasi Partai Politik

Kekhawatiran ini tidak terbatas pada satu kubu politik saja. Baik pemilih Partai Republik maupun Partai Demokrat mengakui bahwa negara mereka sedang berada di jalur yang berbahaya.

Namun yang paling mengkhawatirkan, 24 persen responden menyatakan bahwa dalam situasi tertentu, penggunaan kekerasan politik dapat dibenarkan. Pandangan ini tidak jauh berbeda antara dua kubu politik, namun terdapat perbedaan mencolok antar generasi: lebih dari sepertiga warga Amerika di bawah usia 45 tahun beranggapan bahwa kekerasan dapat diterima dalam kondisi tertentu — jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lanjut.

Serangkaian Serangan Berdarah

Dalam beberapa tahun terakhir, daftar ancaman dan serangan bermotif politik di Amerika Serikat semakin panjang.Mulai dari serangan terhadap Paul Pelosi, suami mantan Ketua DPR yang menyebabkan cedera serius di bagian kepala; rencana pembunuhan terhadap Hakim Agung Brett Kavanaugh; hingga upaya penculikan terhadap Gubernur Michigan Gretchen Whitmer pada tahun 2020.

Pada Juni tahun ini, Melissa Hortman, mantan Ketua DPR Negara Bagian Minnesota, dan suaminya diserang di rumah mereka oleh seorang pria yang mengaku sebagai petugas polisi. Jaksa federal menyatakan bahwa serangan tersebut bermotif politik dan penyelidikannya masih berlangsung.

Sementara itu, Kantor Polisi Kongres AS melaporkan bahwa pada tahun lalu terdapat hampir 10.000 ancaman dan pesan intimidasi yang ditujukan kepada anggota parlemen, keluarga, serta staf mereka. Hanya dua minggu lalu, seseorang ditangkap karena mengancam akan membunuh Hakeem Jeffries, pemimpin fraksi Demokrat di DPR.

Dari Peringatan ke Kenyataan: "Kita Hidup di Era Populisme yang Brutal"

Menurut Robert Pape, profesor ilmu politik di Universitas Chicago yang telah meneliti kekerasan politik selama lebih dari tiga dekade,

“Kita tidak lagi berada di ambang era kekerasan — kita sudah sepenuhnya tenggelam di dalamnya. Amerika telah memasuki masa populisme yang brutal.”

Ia memperingatkan bahwa dukungan terhadap kekerasan politik kini menyebar ke arus utama masyarakat:

“Semakin luas penerimaan terhadap kekerasan, semakin mudah bagi individu dengan kecenderungan ekstrem untuk melakukan tindakan nyata. Kekerasan politik kini bukan lagi pengecualian — melainkan gejala dari penyakit sosial yang mengakar dalam sistem politik Amerika.”

Dengan meningkatnya polarisasi politik, retorika kebencian, dan normalisasi kekerasan di ruang publik, Amerika Serikat tampaknya berdiri di ambang gelombang baru kekerasan politik — sebuah fenomena yang mencerminkan krisis moral dan sosial terdalam dalam sejarah modern negara tersebut.(PH)