Patrick Clawson Mengingatkan Beberapa Poin tentang Iran ke Politisi AS
https://parstoday.ir/id/news/world-i179850-patrick_clawson_mengingatkan_beberapa_poin_tentang_iran_ke_politisi_as
Pars Today - Patrick Clawson, seorang ekonom dan peneliti terkemuka Amerika Serikat di bidang Asia Barat, dalam sebuah artikel mengingatkan sejumlah hal penting kepada para politisi Amerika mengenai perubahan sikap Iran pasca Perang 12 Hari dengan Israel.
(last modified 2025-11-08T09:54:26+00:00 )
Nov 08, 2025 17:58 Asia/Jakarta
  • Patrick Clawson, seorang ekonom dan peneliti terkemuka Amerika Serikat
    Patrick Clawson, seorang ekonom dan peneliti terkemuka Amerika Serikat

Pars Today - Patrick Clawson, seorang ekonom dan peneliti terkemuka Amerika Serikat di bidang Asia Barat, dalam sebuah artikel mengingatkan sejumlah hal penting kepada para politisi Amerika mengenai perubahan sikap Iran pasca Perang 12 Hari dengan Israel.

Menurut laporan Pars Today, artikel Clawson yang berjudul “Kembalinya Kepercayaan Diri Iran?” diterbitkan pada 4 November 2025 di situs The Washington Institute for Near East Policy. Dalam tulisan itu, ia menegaskan bahwa Tehran kini tampil dengan kepercayaan diri yang jauh lebih besar dalam menghadapi Amerika Serikat dan Israel.

Pertama, Clawson menyoroti bahwa Ayatullah Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dalam pidatonya pada 20 Oktober, berbicara dengan nada penuh kemenangan mengenai kinerja Iran dalam perang itu. Beliau menegaskan bahwa rudal-rudal Iran berhasil menghantam pusat-pusat penting Israel, dan menambahkan bahwa Iran siap untuk menghadapi putaran konflik berikutnya. Khamenei juga menyebut rudal buatan dalam negeri sebagai simbol kekuatan nasional Iran.

Kedua, Clawson menulis bahwa Iran menganggap dirinya sebagai pemenang Perang 12 Hari melawan Israel.

Dalam kaitan ini, Ali Larijani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, dalam wawancara panjang dengan Press TV pada 4 Juli, menyatakan bahwa Iran memenangkan perang terakhir tersebut. Ia menjelaskan bahwa meskipun Israel memulai perang dengan menyerang para pejabat dan ilmuwan Iran, tapi Tehran segera mengambil inisiatif dan menguasai jalannya konflik.

Larijani, untuk memperkuat pernyataannya, mengutip sumber-sumber Israel sendiri, termasuk Ehud Olmert, Bezalel Smotrich, dan beberapa media Israel, yang menunjukkan bahwa Israel dan Amerika Serikat takut melanjutkan perang dan meminta gencatan senjata.

Ketiga, Clawson memperingatkan bahwa kepercayaan diri Iran mungkin bersifat psikologis dan dimaksudkan sebagai bentuk pencegahan, tapi hal itu tetap harus dianggap serius oleh Amerika Serikat. Ia menegaskan bahwa Washington perlu memublikasikan bukti tak terbantahkan terkait insiden-insiden konflik dengan Iran. Clawson menuduh bahwa Tehran terkadang melebih-lebihkan jumlah kerugian yang dialami lawan.

Sebagai contoh, Larijani menyatakan enam rudal Iran menghantam pangkalan Amerika di Qatar, sementara Amerika hanya mengakui satu serangan. Namun klaim Clawson tersebut bertentangan dengan fakta di lapangan.

Brigadir Jenderal Ali Mohammad Naeini, Juru Bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menjelaskan bahwa Amerika Serikat menghabiskan 111 juta dolar untuk mencegat 14 rudal yang diluncurkan dari Iran, dan enam di antaranya berhasil mengenai sasaran di pangkalan Al-Udeid.

Keempat, Clawson menekankan bahwa, berlawanan dengan perkiraan awal, Iran tidak menunjukkan minat untuk kembali ke perundingan nuklir setelah Perang 12 Hari dengan Israel.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, pada 3 November menyatakan bahwa pertukaran pesan dengan Washington tidak berarti dimulainya kembali negosiasi.

Sementara itu, Ayatullah Ali Khamenei, dalam pertemuan dengan para mahasiswa, menegaskan bahwa penghentian dukungan Amerika terhadap Israel dan penarikan pasukan AS dari kawasan bisa menjadi prasyarat bagi peninjauan ulang beberapa isu strategis, tapi hal itu belum dapat dibayangkan dalam waktu dekat.

Kelima, menurut Clawson, dalam pernyataan-pernyataan terbaru pejabat Iran, penekanan terhadap program rudal jauh lebih kuat dibandingkan dengan program nuklir atau aktivitas kelompok sekutu Iran di luar negeri.

Perubahan ini, tulisnya, dapat mencerminkan fokus baru Tehran terhadap pencegahan langsung (direct deterrence) melalui kekuatan militer konvensional.

Clawson merekomendasikan agar analis Amerika memberikan perhatian yang sama besarnya terhadap kemampuan rudal Iran sebagaimana mereka memantau program nuklirnya, terutama mengingat kecepatan rekonstruksi dan peningkatan akurasi rudal Iran.

Dalam kesimpulan artikelnya, Clawson menegaskan bahwa Iran setelah Perang 12 Hari bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan, tetapi justru menampilkan diri dengan rasa percaya diri yang lebih besar dalam menghadapi ancaman.

Menurutnya, pendekatan baru ini berpotensi memengaruhi kebijakan masa depan Washington, karena peluang tercapainya kesepakatan yang stabil dengan Iran semakin kecil, dan Tehran mungkin akan mengambil langkah-langkah yang lebih ofensif di masa mendatang.(sl)