Apa Keuntungan Menguasai Darfur bagi Uni Emirat Arab dan Israel?
https://parstoday.ir/id/news/world-i179812-apa_keuntungan_menguasai_darfur_bagi_uni_emirat_arab_dan_israel
Dikuasainya wilayah Darfur oleh pasukan Rapid Support Forces (RSF) pimpinan Mohammad Hamdan Dagalo (Hemedti) dengan dukungan Uni Emirat Arab (UEA) menjadi mata rantai penting dalam strategi bersama UEA dan Israel untuk memperluas pengaruh mereka di kawasan Afrika Timur dan Afrika Utara.
(last modified 2025-11-08T04:40:22+00:00 )
Nov 08, 2025 11:35 Asia/Jakarta
  • Apa Keuntungan Menguasai Darfur bagi Uni Emirat Arab dan Israel?

Dikuasainya wilayah Darfur oleh pasukan Rapid Support Forces (RSF) pimpinan Mohammad Hamdan Dagalo (Hemedti) dengan dukungan Uni Emirat Arab (UEA) menjadi mata rantai penting dalam strategi bersama UEA dan Israel untuk memperluas pengaruh mereka di kawasan Afrika Timur dan Afrika Utara.

Latar Belakang Konflik di Darfur

Pertempuran di kota Al-Fashir, ibu kota Darfur, merupakan bagian dari perebutan pengaruh geopolitik di Afrika Utara.Sejak April 2023, konflik meletus antara angkatan bersenjata Sudan yang mewakili pemerintah pusat di Khartoum dan pasukan RSF yang awalnya merupakan milisi Janjawid.Darfur memiliki nilai strategis tinggi, karena berbatasan dengan Chad dan Libya, membentuk jalur segitiga yang digunakan untuk penyelundupan senjata, perdagangan manusia, dan rute migran ke Eropa, selain memiliki kekayaan tambang emas besar.

Keinginan RSF menguasai wilayah ini terutama untuk mengontrol sumber daya dan jalur perdagangan ilegal, serta membentuk kekuatan otonom yang lepas dari kendali pemerintah pusat.

Kepentingan UEA: Emas, Laut Merah, dan Jalur Strategis

Menurut laporan Al-Mayadeen, RSF mendapat dukungan besar dari UEA, baik dalam bentuk senjata, logistik, maupun perekrutan tentara bayaran dari Chad dan Libya.Pemimpin RSF, Dagalo, memiliki hubungan pribadi dekat dengan Putra Mahkota UEA, Mohammed bin Zayed (MBZ).Dubai telah menjadi pusat pengelolaan bisnis keluarga Dagalo, termasuk jaringan penjualan emas Darfur yang hasilnya dialirkan ke pasar global melalui sistem keuangan UEA.

Dukungan Abu Dhabi bukan sekadar untuk keuntungan ekonomi, tetapi juga untuk menguasai wilayah strategis Sudan bagian barat dan pantai Laut Merah, yang di masa depan memungkinkan pembangunan pelabuhan di bawah kendali langsung UEA.

Selain itu, kebijakan ini merupakan bagian dari rivalitas geopolitik dengan Turki, yang mendukung pemerintahan Abdel Fattah al-Burhan dan berusaha memperluas pengaruhnya di Afrika Timur dan Utara.Dengan memperkuat posisi di Sudan, Libya, dan Laut Merah, UEA berupaya membangun “kedalaman strategis” di luar Teluk Persia, sekaligus memperkuat posisi tawar terhadap kekuatan regional lain.

Model UEA ini berbiaya rendah karena mengandalkan milisi dan sekutu lokal, bukan keterlibatan militer langsung — pola yang sama digunakan Abu Dhabi dalam mendukung Jenderal Khalifa Haftar di Libya.Haftar sendiri membalas dengan memberi bantuan kepada RSF untuk menguasai Al-Fashir, demi membangun koridor pengaruh dari Afrika Timur hingga Mediterania Timur.

Sinkronisasi Strategi UEA–Israel

Kepentingan UEA di Darfur selaras dengan agenda strategis Israel untuk mengubah peta geopolitik dunia Arab.Tel Aviv mendorong fragmentasi negara-negara Arab besar menjadi entitas kecil berbasis suku dan etnis, agar tidak lagi menjadi ancaman demografis atau militer bagi Israel.

UEA, yang memiliki hubungan diplomatik dan keamanan erat dengan Israel serta terlibat dalam pakta strategis bersama Tel Aviv, India, dan AS, menjadi mitra ideal dalam proyek ini.Pemisahan Darfur dari Sudan dan penguasaan kawasan pesisir Laut Merah dinilai memperluas jangkauan strategis Israel di Afrika Timur, sekaligus memperlemah negara-negara Arab yang berpengaruh di wilayah tersebut.

Dampak bagi Kawasan dan Mesir

Keterlibatan UEA dan Israel di Sudan dan Libya dipandang mengancam stabilitas Mesir, karena kedua negara tersebut berbatasan langsung dengannya.Selain potensi arus senjata dan milisi, proyek ini bisa menggeser keseimbangan kekuatan di kawasan dan membuka jalan bagi pengaruh Israel yang lebih besar di Laut Merah dan Afrika Utara.

Kesimpulan

Menguasai Darfur bukan hanya soal emas dan sumber daya, melainkan bagian dari permainan geopolitik besar:

UEA mendapatkan akses ke Laut Merah dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional di luar Teluk.

Israel memperluas proyek fragmentasi dunia Arab dan memperkuat jalur pengaruhnya dari Afrika Timur hingga Mediterania.

Sementara itu, Sudan dan negara tetangganya justru menghadapi ancaman baru berupa destabilisasi, disintegrasi nasional, dan meningkatnya ketergantungan pada kekuatan asing.(PH)