Diplomasi Multilateral Iran di Asia Timur di Tengah Persaingan Kekuatan Besar
https://parstoday.ir/id/news/world-i179972-diplomasi_multilateral_iran_di_asia_timur_di_tengah_persaingan_kekuatan_besar
Ketika Barat meningkatkan ketegangan di Laut Cina Selatan guna membendung kekuatan geopolitik para pesaingnya, Iran dengan diplomasi ekonomi dan budaya yang aktif terus membuka babak baru kerja sama dengan negara-negara Asia Timur.
(last modified 2025-11-10T03:29:29+00:00 )
Nov 10, 2025 10:20 Asia/Jakarta
  • Diplomasi Multilateral Iran di Asia Timur di Tengah Persaingan Kekuatan Besar

Ketika Barat meningkatkan ketegangan di Laut Cina Selatan guna membendung kekuatan geopolitik para pesaingnya, Iran dengan diplomasi ekonomi dan budaya yang aktif terus membuka babak baru kerja sama dengan negara-negara Asia Timur.

Dunia saat ini menyaksikan dua model yang kontras dalam hubungan internasional: satu model berlandaskan aliansi militer dan ketegangan untuk menahan pesaing, dan model lainnya berbasis diplomasi ekonomi dan budaya untuk menciptakan hubungan sukarela yang berkelanjutan.

Selama sepekan terakhir, kedua pendekatan tersebut tampak jelas di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di satu sisi, pembentukan kelompok kerja militer bersama Amerika Serikat–Filipina semakin memanaskan Laut Cina Selatan;sementara di sisi lain, kehadiran aktif Iran dalam Pameran Impor Internasional Shanghai serta penguatan kerja sama perfilman dengan Indonesia menunjukkan hasil nyata dari diplomasi multilateral Iran yang berorientasi pada kepentingan bersama.

Aroma Persia di Pasar Cina: Dari Air Mawar hingga Saffron

Dalam Pameran Impor Internasional ke-8 di Shanghai, stan perusahaan Gui-Cai dengan corak tradisional dan aroma lembut mawar damaskus serta saffron Iran, menarik perhatian ribuan pengunjung.Paviliun ini, yang merupakan bagian dari stand nasional Republik Islam Iran, menggambarkan kekuatan budaya dan ekonomi Iran di pasar Cina yang sangat kompetitif.

Zhang Guitcai, CEO perusahaan bioteknologi Shanghai Genius, menekankan sejarah panjang perdagangan antara Iran dan Cina serta mengumumkan peluncuran produk-produk baru seperti krim kulit dan krim mata berbahan saffron.Dengan lebih dari 30 produk, mulai dari minyak esensial alami hingga perawatan kulit, perusahaan ini memperluas produk saffronnya ke sektor pangan dan kesehatan.

Diplomasi Budaya: Dari Shanghai hingga Jakarta

Diplomasi ekonomi Iran kini juga beriringan dengan diplomasi budaya.Di Jakarta, perwakilan dua perusahaan film Indonesia bertemu dengan Mohammad Reza Ebrahimi, Atase Kebudayaan Iran, dan Ali Jameh Bozorg, penasihat ekonomi Kedutaan Iran. Kedua pihak menekankan pentingnya penyusunan dan penandatanganan nota kesepahaman resmi bidang perfilman serta produksi bersama sebagai dasar bagi penguatan hubungan budaya.

Ebrahimi menyoroti reputasi sinema Iran di festival-festival internasional dan menyebut kesamaan budaya dan keagamaan antara Iran dan Indonesia sebagai landasan kerja sama kreatif di masa depan.Perusahaan film Mana dan ASA dari Indonesia juga menyatakan kesiapan penuh untuk kolaborasi sinematik dengan Iran, dan disepakati bahwa rancangan awal perjanjian kerja sama akan segera disusun.

Laut Cina Selatan: Titik Panas Aliansi Militer

Bersamaan dengan pertemuan menteri pertahanan ASEAN di Kuala Lumpur, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth bersama Menteri Pertahanan Filipina mengumumkan pembentukan “kelompok tugas gabungan” untuk memantau operasi maritim Filipina.Kelompok ini, yang akan dipimpin oleh seorang jenderal Amerika, bertugas memperkuat kerja sama intelijen dan pengawasan militer kedua negara.

Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya Washington memperluas pengaruh strategisnya di Asia-Pasifik serta membatasi ruang gerak maritim Tiongkok di kawasan tersebut.Kelompok tugas gabungan ini juga akan meningkatkan latihan militer dan kesiapan tempur dengan dalih “membangun kembali daya tangkal” di Laut Cina Selatan — salah satu jalur perdagangan paling vital di dunia.

Dua Strategi yang Bertolak Belakang

Gambaran keseluruhan dari dinamika Asia pekan ini memperlihatkan dua strategi yang saling berhadapan:

Strategi Amerika Serikat, berporos pada militerisasi dan pembentukan aliansi keamanan untuk menjaga keseimbangan kekuatan — langkah yang mungkin efektif dalam jangka pendek, namun secara historis menabur benih ketidakstabilan di masa depan.

Strategi Iran, yang dibangun atas dasar diplomasi ekonomi dan budaya, dengan penekanan pada kerja sama saling menguntungkan dan penghormatan terhadap kedaulatan nasional.

Keberhasilan merek-merek Iran di pasar Cina serta kerja sama sinematik dengan Indonesia merupakan bukti nyata keberhasilan strategi ini.

Pendekatan Iran tidak didasarkan pada penciptaan permusuhan, tetapi pada pencarian kepentingan bersama dan hubungan jangka panjang yang stabil dan aman — fondasi bagi tatanan baru dunia yang lebih seimbang dan berkeadilan.(PH)