Apakah Israel Merupakan Sebuah “Negara Bagian” Amerika Serikat?
https://parstoday.ir/id/news/world-i180980-apakah_israel_merupakan_sebuah_negara_bagian_amerika_serikat
Pars Today - Majalah National Interest menyatakan bahwa ketergantungan strategis Israel terhadap Amerika Serikat telah menjadi sebuah ketergangungan dan hubungan semiimperium. Ketika terjadi perubahan konstelasi di dunia, rezim zionis akan berada dalam posisi yang sulit dan berbahaya.
(last modified 2025-11-25T05:10:26+00:00 )
Nov 25, 2025 12:07 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu dan Donald Trump
    Benjamin Netanyahu dan Donald Trump

Pars Today - Majalah National Interest menyatakan bahwa ketergantungan strategis Israel terhadap Amerika Serikat telah menjadi sebuah ketergangungan dan hubungan semiimperium. Ketika terjadi perubahan konstelasi di dunia, rezim zionis akan berada dalam posisi yang sulit dan berbahaya.

Menurut laporan Minggu (23/11/2025) dari IRNA, lembaga media dan analisis ini mengajukan pertanyaan, “Apakah Israel telah berubah dari sebuah rezim berdaulat menjadi sesuatu yang menyerupai ‘negara bagian’ dalam imperium tidak resmi Amerika Serikat?”

Menurutnya, meskipun hubungan ini secara umum disebut sebagai “kemitraan strategis”, bukti menunjukkan tingkat ketergantungan Israel pada AS telah meningkat sedemikian rupa sehingga dapat dianggap sebagai bentuk modern dari ketundukan strategis. Tinjauan struktural atas hubungan ini menunjukkan bahwa Israel telah berubah menjadi rezim dengan kapasitas terbatas untuk mengambil keputusan mandiri, khususnya dalam bidang kebijakan luar negeri dan keamanan.

Menurut National Interest, indikator paling penting dari ketergantungan ini adalah bantuan finansial dan militer AS kepada Israel.

Setiap tahun Israel menerima sekitar 3,8 miliar dolar bantuan militer dari Washington. Bantuan itu bukan sekadar bantuan ekonomi. Industri militer Israel kini sangat terintegrasi dalam rantai industri–pertahanan Amerika Serikat.

Keputusan penting mengenai pembelian senjata atau strategi perang tidak dibuat sepenuhnya di Tel Aviv, melainkan harus terlebih dahulu disesuaikan dengan Washington, sesuatu yang mengurangi kebebasan strategis Israel secara signifikan.

Laporan ini menambahkan bahwa di luar aspek keuangan, terdapat bentuk ketergantungan yang lebih mendasar. Isolasi diplomatik Israel di tingkat internasional sebagian besar hanya dapat diimbangi oleh dukungan Amerika Serikat.

Dalam Dewan Keamanan PBB, Mahkamah Pidana Internasional, serta berbagai badan multilateral lainnya, Israel bergantung sepenuhnya pada veto, tekanan politik, dan perlindungan diplomatik AS untuk mencegah kecaman atau sanksi. Tanpa payung Amerika, Israel akan menghadapi isolasi internasional yang secara serius membatasi ruang geraknya.

Think tank Amerika ini menekankan bahwa “keamanan diplomatik” Israel bukanlah hasil strategi independen, melainkan sepenuhnya bergantung pada dukungan Washington. Hubungan semacam ini secara bertahap melemahkan otonomi strategis Israel dan menciptakan warisan yang mirip dengan hubungan kekuatan imperial klasik.

Operasi militer Zionis Israel pun setidaknya memerlukan persetujuan tersirat dari AS. Inisiatif besar dalam kebijakan luar negeri dilakukan dengan koordinasi, bahkan dalam beberapa kasus dengan desain strategis, dari Washington. Setiap kali Israel mencoba bertindak secara independen, seperti ekspansi permukiman atau upaya menjual teknologi militer ke Tiongkok, tekanan Amerika secara konsisten memaksanya untuk mundur.

Analisis ini menyimpulkan bahwa Israel kini bertindak dalam kerangka “ketergantungan pada satu-satunya pelindung”, tepat pada saat kekuatan Amerika mengalami relatif penurunan, sementara dunia bergerak menuju multipolaritas.

Hal ini menciptakan risiko jangka panjang bagi Israel, antara lain, terbatasnya kemampuan membangun hubungan dengan kekuatan besar baru seperti Tiongkok dan India, melemahnya kapasitas diplomatik, ketergantungan berlebihan pada kekuatan militer dan dukungan asing, serta penurunan posisi strategis AS di kawasan.

Dalam bagian lain, laporan ini menekankan isu yang paling mengkhawatirkan, nasib negara-negara yang bergantung pada sebuah kekuatan imperial ketika kekuatan itu mulai mengalami kemunduran.

Penurunan relatif kekuatan Amerika bukan lagi sebuah hipotesis, tetapi kenyataan yang dapat diamati. Mulai dari biaya besar perang di Irak dan Afghanistan, bangkitnya Tiongkok, hingga ketidakmampuan politik Washington untuk mempertahankan komitmen globalnya, semuanya menunjukkan berkurangnya kemampuan AS untuk mempertahankan pengaruh hegemoniknya.

Oleh karena itu, ketergantungan satu arah Israel terhadap AS dalam dunia yang semakin multipolar menjadi semakin berisiko.(sl)