Berita / Dunia
Kebijakan Kontradiktif AS: Amnesti untuk Penyelundup dan Serangan terhadap Venezuela
Pars Today – Trump meski mengancam Venezuela dengan alasan narkoba, tapi ia mengampuni mantan presiden Honduras, seorang pengedar narkoba.
Donald Trump, dalam tindakan yang kontradiktif, di satu sisi membenarkan semua ancamannya terhadap Venezuela dengan alasan ‘memerangi narkotika’, sementara di sisi lain ia memerintahkan pemberian grasi penuh kepada seorang pengedar narkoba, yaitu mantan Presiden Honduras. Menurut Fars News, ‘grasi penuh dan tanpa syarat’ terhadap mantan Presiden Honduras oleh Trump, tepat menjelang pemilihan presiden Honduras, meningkatkan dugaan adanya campur tangan Amerika Serikat dalam pemilu tersebut. Pada 28 November, yakni dua hari sebelum pemilihan umum Honduras, Trump membebaskan Juan Orlando Hernández. Politikus Honduras ini sebelumnya, pada tahun 2024, dijatuhi hukuman 45 tahun penjara dan denda 8 juta dolar atas tuduhan ‘perdagangan narkoba dan senjata’, termasuk membantu pengiriman 400 ton kokain ke Amerika Serikat. Sebuah pengadilan di Amerika juga menuduhnya menerima suap dari kartel narkoba.
Hernández berasal dari Partai Nasional Honduras. Partai ini mendapat dukungan dari Donald Trump. Dalam pemilihan presiden terbaru di Honduras, Partai Nasional bersaing ketat dengan lawannya dari Partai Liberal. Setelah pengumuman grasi oleh Trump, sejumlah politisi Honduras, termasuk para pesaing politik Hernández, menuduh Presiden Amerika Serikat melakukan intervensi dan berupaya memengaruhi jalannya pemilu di negara tersebut; tuduhan yang, mengingat waktu pengumuman grasi itu, tampak masuk akal. Pemilihan umum Honduras diselenggarakan pada 30 November, dan sejauh ini kandidat dari Partai Nasional (partai yang didukung Trump) unggul tipis atas lawannya dari Partai Liberal.
Apakah Narkoba berbeda dengan Narkoba, Tuan Trump?
Presiden Amerika Serikat memberikan grasi kepada seorang politikus Honduras, sementara ancamannya terhadap Caracas masih terus berlanjut dengan dalih ‘memerangi narkotika’. Selama berbulan-bulan ia telah menempatkan pasukan dan peralatan dalam jumlah besar di sekitar Venezuela serta memerintahkan serangan terhadap kapal dan perahu Venezuela. Hingga kini sekitar 83 warga sipil telah tewas akibat serangan tersebut. Trump mengklaim bahwa Nicolás Maduro, Presiden Venezuela, sendiri berperan utama dalam perdagangan narkotika. Amerika Serikat menuduh Venezuela terlibat dalam perdagangan narkotika, padahal menurut data resmi Kantor PBB untuk Narkotika dan Kejahatan (UNODC), negara-negara Kolombia, Peru, dan Bolivia merupakan produsen kokain terbesar. Berdasarkan data lembaga-lembaga Amerika, negara-negara seperti Meksiko dan Kolombia memiliki tingkat transit narkotika tertinggi menuju Amerika Serikat, sementara Venezuela disebut sebagai ‘jalur transit sekunder’.
Ketamakan Trump terhadap Emas Hitam Venezuela
Meskipun Trump terus-menerus membenarkan tindakan ancamannya dengan dalih ‘memerangi narkotika’, sejumlah politisi dan media Amerika meyakini bahwa kenyataan di balik ancaman tersebut adalah minyak Venezuela. Dengan memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela merupakan salah satu kawasan paling penting secara global. Negara ini memiliki lebih dari 310 miliar barel cadangan terbukti, jumlah yang melampaui Arab Saudi dan Kanada. Emas hitam inilah yang menjadi motivasi bagi Donald Trump untuk meraih dua tujuan sekaligus: menyingkirkan Nicolás Maduro, salah satu penentang utama Amerika di kawasan, dan menempatkan sosok yang diinginkannya agar akses terhadap minyak negara tersebut menjadi lebih mudah. (MF)