Eskalasi Kerja Sama Uni Eropa dan Afrika
(last modified 2017-06-06T04:56:47+00:00 )
Jun 06, 2017 11:56 Asia/Jakarta
  • Uni Eropa-Afrika
    Uni Eropa-Afrika

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini di forum ekonomi negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) ke-51 yang digelar di Liberia, dalam sebuah pidatonya menyebut kerja sama Uni Eropa dan Afrika sangat penting untuk menjamin perdamaian, keamanan dan meningkatkan laju ekonomi.

Mogherini seraya mengisyatkan eskalasi ancaman terorisme, menuntut tekad kolektif dalam memerangi femonena buruk ini dan mencegah maraknya radikalisme.

Sejatinya kehadiran Mogherini sebagai salah satu petinggi Uni Eropa di forum ekonomi negara Afrika Barat sama halnya dengan indikasi penting di bidang posisi istimewa Afrika di kebijakan luar negeri Uni Eropa. Terlepas dari isu perdagangan dan ekonomi, salah satu kekhawatiran utama Uni Eropa terkait Afrika adalah isu imigran ilegal dan maraknya perjalanan ribuan warga Afrika dari berbagai negara di benua ini menuju Eropa melalui laut Mediterania, di mana saat ini menjadi salah satu isu utama Uni Eropa.

Uni Eropa mengingat kesepakatan relatif pada Maret 2016 dengan Turki untuk mencegah masuknya imigran ke Eropa sampai pada kesimpulan untuk menandatangani kesepakatan serupa dengan sejumlah negara Afrika demi mencegah arus imigrasi ilegal. Hal ini dapat disaksikan dari kesepakatan Italia dengan Libya untuk mencegah arus imigran ilegal dari negara ini ke arah Eropa melalui laut Mediterania.

Meski demikian hal ini hanya sekedar upaya melawan cabang, padahal harus diambil langkah penanganan akar masalah demi mengakhiri arus imigrasi dari Afrika ke Eropa. Oleh karena itu, Mogherini di statemen yang serupa dengan statemen Moussa Faki, ketua Komisi Uni Afrika, menjelaskan bahwa solusi tunggal melawan fenomena imigrasi ilegal adalah membantu pembangunan dan kemajuan Afrika serta membangun masa depan ekonomi yang jelas bagi para pemuda.

Dalam hal ini, Uni Eropa menyusul implementasi program investasi asing Eropa di Afrika, Mogherini menilainya sebagai revolusi potensial bagi investasi Eropa di Afrika. Dengan demikian sidang November 2017 antara Uni Eropa dan Afrika akan fokus pada penciptaan peluang kerja bagi pemuda.

Meski demikian menilik sejarah imperialisme negara-negara Eropa khususnya Perancis dan Inggris, negara-negara seperti Perancis sampai saat ini masih melakukan intervensi militer di Mali dan Pantai Gading demi kepentingan ekonomi dan perdagangannya. Pada prinsipnya Uni Eropa hingga kini belum melakukan langkah tertentu untuk membantu pembangunan negara-negara Afrika.

Di sisi lain, maraknya kelompok teroris di sejumlah negara Afrika seperti di Somalia, Nigeria dan Mali serta ancaman merembetnya fenomena buruk ini ke Eropa, memaksa petinggi Eropa bukan saja menuntut langkah-langkah mendasar untuk memerangi terorisme serta radikalisme, bahkan sejumlah negara Eropa seperti Jerman kini memiliki kerjasama aktif dengan negara seperti Mali untuk memerangi kelompok radikal.

Sejatinya kini ancaman teroris sebagai kekhawatiran utama wilayah barat Afrika mulai muncul. Isu lain yang juga menjadi kekhawatiran negara Afrika termasuk Afrika barat, adalah masa depan yang tak jelas dari kesepakatan iklim Paris mengingat keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian ini.

Kini perubahan iklim memiliki dampak merusak bagi negara-negara Afrika seperti kekeringan, badai topan, banjir dan desertifikasi. Di kasus ini, Mogherini  menekankan komitmen Uni Eropa melaksanakan kesepakatan Paris untuk mencegah pemanasan global. (MF)

Tags