Perseteruan Kongres dan Trump Soal Supremasi Kulit Putih
https://parstoday.ir/id/news/world-i44199-perseteruan_kongres_dan_trump_soal_supremasi_kulit_putih
Kongres Amerika Serikat baru-baru ini melakukan sebuah langkah yang menunjukkan ketidakpuasan mendalam atas Donald Trump dan mendesak presiden Amerika itu untuk mengecam keras para pendukung rasisme dan supremasi kulit putih.
(last modified 2025-10-25T09:16:00+00:00 )
Sep 13, 2017 15:08 Asia/Jakarta

Kongres Amerika Serikat baru-baru ini melakukan sebuah langkah yang menunjukkan ketidakpuasan mendalam atas Donald Trump dan mendesak presiden Amerika itu untuk mengecam keras para pendukung rasisme dan supremasi kulit putih.

Dua kamar legislatif Kongres Amerika yaitu DPR dan Senat, mengeluarkan resolusi yang mendesak Donald Trump untuk menyampaikan belasungkawa kepada korban kekerasan berbau rasisme dalam insiden di kota Charlottesville, Virginia dan mengecam seluruh kelompok penyebar kebencian dan rasis seperti Supremasi Kulit Putih, nasionalis kulit putih, Ku Klux Klan dan Neo-Nazi, dengan menyebutkan namanya satu persatu.

Desakan itu muncul setelah Donald Trump menyampaikan statemen yang dinilai ambigu, kontradiktif dan berpihak pada gerakan kanan ekstrem di Amerika, saat menanggapi insiden berdarah Charlottesville. Statemen Trump itu memicu kemarahan publik Amerika termasuk partai politik di Kongres.

Dalam pernyataan pertamanya saat menanggapi insiden berbau rasis di Charlottesville, Trump menyebut kedua kubu yang terlibat bentrokan yaitu kelompok pro dan kontra Supremasi Kulit Putih, keduanya bersalah, dan Presiden Amerika itu mengulang statemen yang sama, pada tiga kesempatan.

Hanya dalam statemen kedua, Trump terpaksa menyebut nama kelompok-kelompok rasis itu dan mengecam aksi kekerasan yang dilakukannya, karena mendapat tekanan publik dan protes luas para politisi dari kedua partai besar Amerika, Republik dan Demokrat, bahkan dari anggota kabinetnya sendiri.

Sekarang, Kongres dengan tegas mendesak Presiden Amerika menunjukkan sikap transparan, tegas dan jelas, dalam mengecam aktivitas kelompok-kelompok penyebar kebencian dan rasis di negara itu.

Kalangan politik dan aktivis sosial di Amerika merasa cemas, tindakan-tindakan ambigu Trump terkait gerakan kanan ekstrem dan rasis, pada akhirnya justru membantu menyuburkan gerakan-gerakan semacam itu di tengah masyarakat sehingga mendorong terulangnya kembali insiden berdarah Charlottesville di tempat lain di Amerika.

Richard Cohen, Direktur Pusat Hukum Kemiskinan Selatan, SPLC menuturkan, sentimen anti-warga asing (xenophobia) dan rasisme Donald Trump memberi semangat kepada para ekstremis kanan di Amerika dan meningkatkan aksi-aksi kekerasan anti-kemanusiaan kelompok-kelompok itu.

Tekanan-tekanan publik Amerika sepertinya memaksa Donald Trump, sebagaimana juga warga negara yang lain, bersikap tegas atas gerakan-gerakan rasis dan ekstremis kanan.

Realitasnya, Trump menang dalam pemilu presiden Amerika salah satunya karena dukungan sejumlah tokoh terkemuka kelompok rasis di negara itu. Trump bahkan mengangkat orang-orang seperti Steve Bannon yang punya rekam jejak mendukung kelompok rasis, di pos strategis Gedung Putih.

Walaupun kemudian pasca insiden Charlottesville, Steve Bannon dan rekannya Sebastian Gorka, didepak dari Gedung Putih. Namun hal itu tidak menepis sepenuhnya kecenderungan dan dukungan Presiden Amerika atas kelompok-kelompok ekstrem kanan.

Trump diprediksi akan kembali mengerahkan kekuatan kelompok-kelompok rasis itu untuk menghadapi faksi-faksi politik penentangannya dan sekali lagi memenangkan pemilu presiden Amerika.

Oleh karenanya, Trump selangkah demi selangkah, meski terus mendapat tekanan serius, tetap berusaha menepati janji-janji anti-imigran dan anti-warga asing termasuk pelarangan masuk warga sejumlah negara Muslim ke Amerika dan menjadi seorang "Komandan Polisi" masa lalu yang mengampuni para rasis. (HS)