Menelisik Friksi Uni Eropa Menyikapi Ketegangan Rusia dan Ukraina
(last modified 2018-11-27T09:50:12+00:00 )
Nov 27, 2018 16:50 Asia/Jakarta
  • Ketegangan Uni Eropa dan Rusia terkait masalah Ukraina
    Ketegangan Uni Eropa dan Rusia terkait masalah Ukraina

Terjadinya konfrontasi militer antara Rusia dan Ukraina di Laut Azov dan penyebaran ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua negara bertetangga telah menyebabkan reaksi berbeda di Eropa. Reaksi-reaksi ini berasal dari permintaan negara-negara besar Eropa untuk memediasi antara Moskow dan Kiev hingga mencakup kecaman Inggris terhadap langkah Rusia menyerang tiga kapal perang tempur Ukraina.

Heiko Maas, Menteri Luar Negeri Jerman pada hari Senin (26/11) menyampaikan usulan mediasi Berlin dan Paris dalam krisis baru-baru ini antara Rusia dan Ukraina. Menurut Maas, bila diperlukan, Jerman dan Perancis sebagai mediator akan mencoba untuk mengatasi konflik antara Rusia dan Ukraina, sehingga tidak menjadi krisis yang lebih serius.

Dalam hal ini, para pejabat Kementerian Luar Negeri dari Rusia, Ukraina, Jerman dan Perancis bertemu dalam kerangka kerja kelompok Normandia. Sedangkan Uni Eropa telah mengambil sikap yang lebih bias terhadap krisis baru-baru ini antara Moskow dan Kiev. Eropa telah campur tangan dalam krisis Ukraina sejak terjadinya krisis pada tahun 2014 dan telah menyerukan terbentuknya pemerintah yang berorientasi Barat di Ukraina.

Uni Eropa dan Rusia

Setelah perkembangan seperti bergabungnya Krimea ke Rusia dan perang saudara di timur Ukraina antara pasukan pemerintah pusat dan oposisi yang ingin memisahkan diri, posisi Uni Eropa selalu menjadi pendukung Kiev melawan Moskow. Dalam kerangka ini, Uni Eropa bersama dengan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia pada tahun 2014 dengan memaksa Moskow mengembalikan Krimea serta penghentian dukungan untuk kelompok oposisi di timur Ukraina. Sanksi ini diperbaharui setiap tahunnya.

Namun, dalam ketegangan laut baru-baru ini, posisi Brussels mendukung klaim Kiev, tetapi pada saat yang sama ia ingin mengurangi ketegangan dan menghindari konfrontasi militer antara Rusia dan Ukraina. Dalam hal ini, Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mendesak Rusia untuk segera melepaskan kapal Ukraina dan kru mereka. Rusia telah menyita tiga kapal Ukraina bersama dengan 23 anak buah kapal di Laut Azov.

Mogherini dalam pesan di laman twitternya menulis, "Peristiwa baru-baru ini di Laut Azov tidak dapat diterima. Kami ingin semua pihak dapat menahan diri."

Eropa sangat menyadari fakta bahwa peningkatan ketegangan antara Moskow dan Kiev dapat menyebabkan meluasnya konflik dan mengubahnya menjadi perang penuh dan luas antara Rusia dan Ukraina, dimana hasilnya sudah dapat diprediksi dengan mencermati kekuatan superior militer Rusia. Ini bukan yang diinginkan Uni Eropa, khususnya Eropa sudah menyaksikan perang antara Rusia dan Georgia pada Agustus 2008, dimana mesin-mesin perang Rusia meluluhlantakkan tentara Georgia dengan senjatanya.

Namun di Eropa, posisi lain telah diambil, terutama oleh sekutu AS untuk menyikapi ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Dalam kerangka ini, London telah mengambil dukungan penuh kepada Kiev dan mengutuk Moskow sebagai yang bersalah. Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengutuk Rusia yang menggunakan kekuatan militer menyerang kapal Ukraina karena memasuki Laut Azov.

Hunt mengatakan, "Tindakan agresif Rusia dan penyitaan tiga kapal Ukraina ini menunjukkan tidak hanya Rusia mengabaikan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, tetapi juga mengabaikan sistem internasional berdasarkan hukum internasional."

Uni Eropa, Amerika, Ukraina dan Rusia

Dari sudut pandang London, tindakan Moskow adalah tanda jelas dari penggulingan kedaulatan Ukraina oleh Rusia dan penggunaan kekuatan untuk merusak kedaulatan dan integritas teritorialnya serta tidak boleh dibiarkan melanjutkan tindakan ini. Posisi Inggris ini mencerminkan posisi Amerika pada krisis Ukraina.

Pada hakikatnya, Washington ingin Eropa mengambil sikap tegas terhadap Rusia dalam krisis Ukraina.Tetapi Uni Eropa tahu betul bahwa mengikuti Washington dalam masalah ini hanya akan meningkatkan konfrontasi antara Eropa dan Rusia dan Moskow semakin bertekad untuk menghadapi Ukraina dan pendukung Baratnya.

Tags