Amerika Tinjauan dari Dalam, 18 Maret 2019
https://parstoday.ir/id/news/world-i68527-amerika_tinjauan_dari_dalam_18_maret_2019
Dinamika Amerika Serikat sepekan terakhir diwarnai berbagai peristiwa penting di antaranya Presiden AS memveto langkah Kongres negara ini yang menolak kondisi darurat dalam masalah pendanaan tembok pembatas.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Mar 18, 2019 12:22 Asia/Jakarta
  • Protes terhadap pembangunan dinding pembatas di perbatasan AS dan Meksiko
    Protes terhadap pembangunan dinding pembatas di perbatasan AS dan Meksiko

Dinamika Amerika Serikat sepekan terakhir diwarnai berbagai peristiwa penting di antaranya Presiden AS memveto langkah Kongres negara ini yang menolak kondisi darurat dalam masalah pendanaan tembok pembatas.

Selain itu, mengenai pernyataan Trump yang membantah supremasi kulit putih sebagai bahaya global, Presiden AS mengklaim orang-orang Yahudi meninggalkan partai Demokrat, AS melarang Boeing 737 Max beroperasi, Senat AS mengesahkan ketetapan mengenai diakhirinya keterlibatan Washington dalam perang Yaman, dan pernyataan James Jeffrey yang menegaskan pasukan AS tidak akan ditarik dari Suriah.  

 

Presiden AS, Donald Trump

Trump Keluarkan Veto Lawan Keputusan Kongres AS

Presiden AS Donald Trump mengeluarkan veto pertamanya dengan mengesampingkan langkah kongres negara ini demi melindungi kebijakannya untuk mendanai pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.

"Kongres memiliki kebebasan untuk mengeluarkan resolusi ini dan saya punya kewajiban untuk memvetonya," kata Trump hari Jumat (15/3) di Oval office.

Hari Kamis (14/3), Kongres AS secara resmi menolak pernyataan darurat nasional Presiden Trump untuk mendanai pembangunan tembok perbatasan, ketika Senat memilih dengan suara 59 melawan 41 untuk menolak tindakan eksekutif itu.

Puluhan anggota Partai Republik bergabung dengan anggota Senat Partai Demokrat untuk mendukung resolusi itu. DPR mensahkan resolusi itu sebelumnya, umumnya dengan suara anggota DPR Partai Demokrat. Veto Trump akan membawa masalah ini kembali ke Kongres, di mana kemungkinan besar tidak mendapat cukup dukungan untuk menggagalkan veto itu. Mayoritas dua pertiga suara di DPR dan Senat diperlukan untuk membatalkan veto presiden.

Serangan teroris terhadap masjid di Selandia Baru

Trump Bantah Supremasi Kulit Putih, Bahaya Global

Presiden Amerika Serikat mengaku tidak percaya bahwa "nasionalis kulit putih" merupakan bahaya global terutama pasca serangan teror brutal di dua masjid Selandia Baru Jumat (15/3/2019).

Surat kabar The Washington Post, Jumat (15/3) melaporkan, Presiden Amerika Donald Trump mengatakan dirinya tidak percaya fenomena nasionalis kulit putih saat ini sedang mengalami peningkatan di seluruh penjuru dunia.

Saat ditanya apakah nasionalis kulit putih menjadi ancaman yang berkembang di seluruh dunia terutama pasca serangan teror di dua masjid Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 49 orang, Trump menuturkan, saya tidak percaya, saya pikir itu adalah sekelompok orang yang punya masalah sangat serius, tapi tentu saja insiden ini adalah hal yang mengerikan.

Presiden Amerika juga mengaku belum melihat bukti tentang klaim pelaku bahwa ia terinspirasi dari ideologi supremasi kulit putih.

Gedung Putih hari Minggu (17/3) menolak upaya hendak mengaitkan Presiden Trump dengan golongan supremasi kulit putih yang dituduh menembak mati 50 orang di dua Masjid di Selandia Baru.

"Presiden Trump bukan supremasi kulit putih. Saya tidak tahu berapa kali kami harus menegaskan hal ini. Marilah kita lihat apa yang terjadi di Selandia Baru sebagaimana adanya: tindakan luar biasa sadis dan menyedihkan," tegas penjabat kepala staf Gedung Putih, Mick Mulvaney pada acara televisi ‘Fox News Sunday’.

Brenton Harris Tarrant selaku pelaku serangan teroris terhadap dua masjid di Selandia Baru, mengatakan dalam manifesto 74 halaman memandang Trump sebagai "lambang kebangkitan identitas kulit putih dan tujuan bersama", tetapi ia tidak mendukung kebijakan Trump.

Di media sosial, Brenton sebelumnya mengunggah manifesto dukungan terhadap supremasi kulit puluh dan menentang ideologi kaum imigran. Ia merekam aksinya dengan kamera yang dipasang pada bagian kepala dan menyebarkannya lewat layanan streaming atau siaran langsung di Facebook. Ia memperingatkan akan adanya serangan tersebut. Rekaman menunjukkan ia menembak secara membabi buta ke arah jemaah laki-laki, perempuan dan anak-anak di Masjid Al Noor.

Para politisi AS seperti senator AS Kirsten Gillibrand mengkritik statemen terbaru Trump lewat twitter setelah terjadi serangan teroris di Selandia Baru, "Lagi lagi presiden ini merangkul dan menyemangati supremasi kulit putih dan alih-alih mengutuk rasis teroris, ia melindungi mereka. Ini tidak normal atau dapat diterima."

 

AIPAC, lobi Zionis di AS

Presiden AS: Yahudi akan Tinggalkan Partai Demokrat

Presiden Amerika Serikat di laman Twitternya mengatakan warga Yahudi Amerika sedang eksodus meninggalkan Partai Demokrat karena kebijakan-kebijakan partai itu dinilai banyak yang anti-Israel.

Presiden Amerika Donald Trump, Jumat (15/3) mengutip statemen Elizabeth Pipko, seorang wanita yang mengaku tergabung dalam sebuah gerakan bernama Jexodus dalam sebuah tayangan televisi.

Sebagaimana dikutip Trump, Elizabeth Pipko mengatakan, orang-orang Yahudi mulai meninggalkan Demokrat. Kami melihat banyak kebijakan Demokrat mulai sejak era Barack Obama yang terus memburuk. Ada semangat anti-Semit di Partai Demokrat. Mereka tidak peduli dengan Israel atau orang-orang Yahudi.

Trump menuturkan, gerakan Jexodus mendorong orang-orang Yahudi meninggalkan Partai Demokrat. Sungguh merupakan penghinaan. Partai Republik menyambut dengan tangan terbuka.

 

Boeing 737 max

AS Larang Boeing 737 Max Beroperasi

Pemerintah AS mengumumkan pelarangan pengoperasian semua pesawat jenis Boeing 737 MAX. Pelarangan itu muncul di tengah kuatnya tekanan global setelah insiden mematikan jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines.

"Kami akan mengeluarkan perintah larangan darurat terkait semua penerbangan Boeing 737 MAX 8 dan 737 MAX 9," ujar Presiden AS, Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Washington DC, AS, Rabu (13/3), melansir AFP.

Jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines menimbulkan tekanan global yang kuat. Sejumlah negara berbondong-bondong melarang penerbangan dengan pesawat jenis tersebut.

Pesawat itu jatuh pada Minggu (10/3) lalu tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa. Sebanyak 157 penumpang beserta awak kapal dilaporkan tewas. Insiden itu adalah kedua kalinya yang terjadi pada pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 dalam kurun waktu kurang dari lima bulan.

Sebelumnya, penerbangan Lion Air JT610, yang menggunakan pesawat jenis serupa, menghadapi insiden mematikan pada Oktober 2018. Insiden jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang merenggut 189 nyawa.

 

Korban kejahatan agresi militer Arab Saudi yang didukung AS di Yaman

Senat AS: Keterlibatan Washington di Perang Yaman akan Berakhir

Senat Amerika Serikat meratifikasi resolusi untuk mengakhiri partisipasi militer Amerika dalam perang Yaman. Senat Amerika yang dikuasai kubu Republik hari Rabu (13/3) meratifikasi resolusi ini dengan 54 suara setuju dan 46 menolak.

Langkah Kongres AS ini bertentangan dengan kebijakan Presiden Donald Trump yang masih mendukung Arab Saudi.

Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA) dan sejumlah negara lain melancarkan agresi militer ke Yaman sejak Maret 2015 serta memblokade negara ini dari darat, udara dan laut.

Perang yang dikobarkan Arab Saudi di Yaman ini telah menewaskan lebih dari 16 ribu orang, menciderai puluhan ribu lainnya, serta memaksa jutaan warga Yaman mengungsi.

 

Pasukan AS di Suriah

James Jeffrey: Pasukan AS Tidak akan Ditarik dari Suriah

Utusan khusus Amerika untuk Suriah, James Jeffrey mengatakan, Washington tidak mempersiapkan agenda penarikan pasukannya dari Suriah. Jeffrey mengklaim perang penumpasan kelompok teroris Daesh masih berlanjut, dan tidak ada agenda penarikan pasukan Amerika dari Suriah.

Menurut Jeffrey, milisi kelompok teroris Daesh mengalami penurunan jumlahnya, tapi sampai saat ini mereka masih bercokol di Suriah dan Irak.

Padahal sebelummnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Desember 2018 secara mengejutkan menyatakan akan menarik pasukan AS dari wilayah Suriah. Tapi kemudian Trump masih akan menempatkan sebagian pasukan AS di Suriah setelah muncul penentangan keras dari pejabat negaranya sendiri.(PH)