Amerika Tinjauan dari Dalam, 9 November 2019
-
Defisit Perdagangan AS
Transformasi Amerika Serikat selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting di antaranya penambahan defisit perdagangan AS.
Selain itu, ada isu lainnya seperti, ketidakpuasan 58 persen rakyat AS atas kinerja Trump, protes atas penyelenggaraan pameran senjata di sekolah-sekolah AS, kritik atas kondisi sangat buruk para pencari suaka di AS dan reaksi pasif AS atas langkah keempat Iran dalam mengurangi komitmen JCPOA.
Peningkatan Defisit Perdagangan AS
Bertentangan dengan janji Presiden AS Donald Trump, defisit perdagangan negara itu dalam sembilan bulan pertama tahun 2019i telah tumbuh mendekati 500 miliar dolar, yang menunjukkan bahwa pendekatan pemerintah Trump tidak efektif terkait kebijakan perdagangan proteksionis, tarif baru dan perang dagang. Menurut data Kementerian Perdagangan AS yang dirilis pada Selasa, 5 November, defisit perdagangan AS untuk barang dan jasa pada triwulan pertama 2019 mengalami pertumbuhan 4,5 persen dari periode yang sama tahun lalu, mencapai 3,481 miliar dolar. Dengan kata lain, total ekspor AS turun 7 miliar dolar dibandingkan tahun lalu, sementara impor naik 8,17 miliar dolar.
Amerika Serikat dan Cina mencapai kesepakatan bulan lalu untuk melakukan gencatan senjata sementara setelah melewati putaran baru perang dagang yang menekan ekonomi global. Para negosiator masih berusaha untuk mencapai kesepakatan perdagangan sementara. Beberapa pihak khawatir bahwa kesepakatan apa pun juga akan menggagalkan pemerintahan Trump, dan pada akhirnya tarif Trump yang diterapkan untuk barang-barang Cina tidak akan menyelesaikan apapun. Sejauh ini, perang dagang Trump tidak berdampak pada peningkatan produksi dan ekspor AS. Beberapa eksekutif perusahaan AS percaya mereka telah dirugikan oleh ketidakpastian seputar kebijakan Trump.
58 Persen Warga AS Tidak Puas atas Kinerja Trump
Jajak pendapat terbaru di AS menunjukkan bahwa kebanyakan orang Amerika percaya bahwa Trump individu tidak dapat dipercaya dan tidak jujur dan tidak memiliki pemahaman tentang masalah.Menurut hasil jajak pendapat bersama ABC News dan Washington Post, 58 persen orang Amerika tidak puas dengan kinerja keseluruhan Presiden Donald Trump.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa 66 persen orang Amerika percaya bahwa Trump belum berperilaku sebagai presiden sejak awal. 54% responden juga mengatakan bahwa kebijakan Trump telah mengurangi tingkat penghormatan terhadap Amerika di komunitas internasional. Enam puluh persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa Trump tidak dapat dipercaya, tidak jujur, tidak memiliki kepribadian yang efektif, dan tidak memiliki pemahaman tentang masalah.Menurut laporan ABC News, Trump adalah presiden Amerika pertama dalam sejarah kontemporer yang tidak pernah memenangkan persetujuan mayoritas orang Amerika dalam jajak pendapat.
Jajak pendapat bersama antara ABC News dan Washington Post, seperti banyak jajak pendapat lainnya, menunjukkan bahwa setengah dari orang Amerika mendukung pemakzulan Trump dan melengserkannya. Menyusul pengungkapan skandal Ukrainagate, di mana telah jelas bahwa Trump dalam percakapan teleponnya telah mendesak timpalannya dari Ukraina, Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki calon penantang Demokratnya, Joe Biden dalam pemilihan umum AS 2020 dan putranya sebagai anggota dewan direksi perusahaan gas Ukraina, sehingga telah meningkatkan dukungan untuk proses pemakzulan.
Protes Penyelenggaraan Pameran Senjata di Sekolah-sekolah AS
Terlepas dari protes oleh orang tua Amerika, sebuah lembaga yang berafiliasi dengan NRA di Amerika Serikat berhasil mengumpulkan lebih dari 33 juta dolar tahun lalu dari pameran senjata api di sekolah-sekolah untuk mendanai pendidikan. Meskipun pejabat NRA mengatakan hanya sebagian kecil dari program penggalangan dana sekolah sedang diadakan, tetapi para penentang program telah mencoba untuk menekan donor untuk menjadi tuan rumah pengumpulan dana. Peristiwa penembakan baru-baru ini yang mengarah pada pembunuhan massal di Amerika Serikat telah memicu gerakan untuk menentang program penggalangan dana NRA di sekolah-sekolah dan telah meningkatkan seruan untuk pengendalian senjata.
Penentang mengatakan program ini memungkinkan lebih banyak siswa untuk menjadi terbiasa dengan berbagai senjata dan cara menembak. Sekalipun demikian, ratusan sekolah terus menerima uang dari NRA, dengan alasan dana sekolah terbatas. Dalam sebuah laporan, Deutsche Welle menggambarkan jumlah kematian dengan senjata api di Amerika Serikat sebagai tidak dapat dipercaya dan menulis, "Sekitar 43 persen warga AS menyimpan satu senjata di rumah-rumah mereka. Sekitar 300 juta senapan, pistol, dan senjata semi-otomatis disimpan di rumah-rumah Amerika. Sekitar 30.000 orang terbunuh di Amerika Serikat "dengan menembakkan satu senjata" setiap tahun. Korban kekerasan dengan menggunakan senjata di Amerika Serikat setiap dua tahun sama dengan jumlah tentara AS yang tewas dalam perang Vietnam.
Kritik atas Kondisi Sangat Buruk Para Pencari Suaka di AS
Pengacara para pencari suaka suaka dan kelompok hak asasi manusia pada Senin, 4 November, di pengadilan federal di Kanada mengkritik beberapa undang-undang imigrasi yang lebih ketat, mengatakan bahwa AS tidak aman bagi pencari suaka dan bahwa perjanjian AS-Kanada yang memaksa pada awalnya keinginan para pencari suaka di Amerika harus dibatalkan. Sebagai bagian dari perjanjian "negara ketiga yang aman", para pencari suaka yang berada di tempat penyebarangan resmi Amerika dan Kanada yang ingin bepergian ke dua arah akan dikembalikan dan kepada mereka dikatakan untuk meminta suaka di negara yang pertama dimasukinya. Para pengacara pengungsi yang telah kembali ke Amerika Serikat telah menantang perjanjian AS-Kanada tentang suaka dan mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak aman selama masa kepresidenan Donald Trump.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Dewan Pengungsi Kanada juga mendukung tren ini, yang dapat mengubah cara kedua negara bekerja sama dalam masalah pengungsi. Kanada telah mendukung perjanjian itu dan menginginkannya diperpanjang. Pengacara para pencari suaka mengatakan pada hari Senin bahwa Kanada belum dapat menilai secara memadai status Amerika Serikat sebagai negara yang aman, dan pengacara pengungsi lainnya, Andrew Brower, mengutip contoh-contoh pengungsi yang kembali ke Amerika Serikat dan ditahan selama berminggu-minggu di tempat tahanan dan penjara untuk satu orang.
AS Reaksi Pasif Langkah Keempat Iran Mengurangi Komitmen JCPOA
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus pada hari Rabu, 6 November, menanggapi langkah baru Iran untuk mengurangi komitmennya, mengklaim bahwa langkah Tehran untuk meningkatkan pengayaan adalah langkah besar ke arah yang salah.
Ortagus mengatakan, "Washington sedang menunggu IAEA untuk melaporkan perkembangan program nuklir Iran, tetapi akan terus mengejar kebijakan tekanan maksimum agar negara ini menghentikan langkah-langkah penting dalam program nuklir."
Sikap Washington, pada kenyataannya, merupakan upaya lari ke depan untuk menutupi tanggung jawab Amerika terkait kejadian-kajadian JCPOA baru-baru ini. Faktanya, kegagalan Amerika melaksanakan komitmennya dan perilaku anti JCPOA-nya termasuk alasan penting mengapa Iran sekarang melakukan pendekatan untuk mengurangi langkah demi langkah komitmen JCPOA-nya. Selain itu, pihak-pihak Eropa yang telah banyak mengumbar janji dan telah meluncurkan mekanisme khusus untuk interaksi keuangan dan bisnis dengan Iran, yang disebut INSTEX, mereka praktis tidak melakukan apa pun untuk mengurangi efek negatif dari sanksi sepihak pemerintah Trump.
Bryan Hook, utusan khusus AS untuk urusan Iran, mengatakan pada hari Selasa, 5 November, bahwa tanpa sanksi, tidak dapat membawa Iran ke meja perundingan, tanpa mengutip upaya Tehran yang berkelanjutan sebenarnya untuk melawan sanksi Washington dan Eropa yang tidak kunjung melaksanakan janjinya. Selama lebih dari satu setengah tahun, Amerika Serikat secara sepihak dan ilegal keluar dari kesepakatan JCPOA dan telah menjatuhkan sanksi paling berat, termasuk sanksi penuh perbankan dan minyak pada Iran, tetapi gagal memaksakan tekanan pada Tehran untuk berunding dengan syarat dan mempersiapkan sarana ilegalnya agar Tehran menerimanya.
Ali Akbar Salehi, Wakil Presiden Iran dan Ketua Organisasi Energi Atom Iran mengumumkan bahwa Iran dalam langkah keempat pengurangan komitmen JCPOA-nya sejak hari Rabu, 6 November dengan dihadiri para inspektur Badan Energi Atom Internasional akan memulai pengayaan hingga 5 persen di fasilitas nuklir Fordow.
Langkah Iran ini menunjukkan keseriusannya dalam berurusan dengan anggota Eropa kelompok 4 + 1 yang terus menunda-nunda untuk menjalankan komitmen JCPOA-nya serta peringatan serius kepada Washington bahwa Iran, meskipun sanksi AS belum pernah terjadi sebelumnya, akan terus melaksanakan tanpa syarat JCPOA tanpa konsesi. Sementara Amerika yang tidak memperhatikan bahwa sanksi mereka tidak berhasil dalam mengubah perilaku Tehran dan atau menerima permintaan Washington, masih terus menabuh genderang sanksi dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.