Kunjungan Direktur CIA ke Ramallah: Upaya untuk Mengintimidasi Warga Palestina
https://parstoday.ir/id/news/world-i78224
Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) pergi ke Ramallah setelah peresmian rencana Kesepakatan Abad oleh Presiden AS Donald Trump untuk mengintimidasi warga Palestina.
(last modified 2025-08-18T09:03:23+00:00 )
Feb 02, 2020 21:12 Asia/Jakarta
  • Gina Haspel, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA)
    Gina Haspel, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA)

Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) pergi ke Ramallah setelah peresmian rencana Kesepakatan Abad oleh Presiden AS Donald Trump untuk mengintimidasi warga Palestina.

Media-media zionis Israel melaporkan pada hari Sabtu, 1 Februari, bahwa Gina Haspel, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) sehari setelah peresmian rencana Kesepakatan Abad melakukan perjalanan ke markas Otorita Palestina di Ramallah berusaha untuk mendorong para pejabat Palestina agar mereka melanjutkan interaksi dan kerja sama dengan Amerika Serikat dan untuk hal ini, ia berusaha mendapatkan jaminan dari mereka. Haspel bertemu dengan Direktur Intelijen Otorita Palestina (GIS) Majed Faraj dan Menteri Dalam Negeri Hussein al-Sheikh. Media zionis Israel mengklaim bahwa direktu CIA telah menerima jaminan dari Otorita Palestina bahwa hubungan antara Washington dan Otorita Palestina akan berlanjut dan tidak akan dirugikan.

Gina Haspel, Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA)

Media-media ini mengklaim, "Haspel telah meyakinkan Abbas bahwa Washington tidak akan mengizinkan zionis Israel untuk mencaplok permukiman Tepi Barat dan Sungai Yordan sebelum pemilihan Knesset." Setelah Amerika Serikat menentang keputusan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel untuk mencaplok segera Sungai Jordan dan pemukiman zionis di Tepi Barat, Netanyahu bertekad untuk memberikan pemilihnya dengan "pencaplokan kecil" secara simbolis dalam beberapa hari mendatang.

Kunjungan direktur CIA ke Tepi Barat dan markas besar Otorita Palestina dan bukan pejabat tinggi kebijakan luar negeri AS, menunjukkan bahwa dengan mencermati bagaimana Pemimpin Otorita Palestina Mahmoud Abbas mereaksi keras terhadap rencana Kesepakatan Abad dan tidak menerima panggilan telepon Trump serta memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, Washington berusaha melakukan pendekatan ancaman terhadap Otorita Palestina dan pemimpinnya.

Secara khusus, ketika Trump meresmikan rencana Kesepakatan Abad, pihak lain dari rencana ini, yaitu warga Palestina bukan saja secara resmi tidak ditempatkan secara formal dalam isi rencana tersebut, tetapi tidak satupun dari mereka yang menerima rencana ini, baik itu Otorita Palestina dan atau kelompok-kelompok jihad Palestina, bahkan justru sangat menolaknya.

Meskipun Mahmoud Abbas telah membuat banyak langkah perdamaian terhadap rezim Zionis, ia juga menolak rencana itu sebagai hal yang tidak dapat diterima dan menyebutnya sebagai ide buruk yang akan bergabung dengan TPA sejarah. Ia menuduh Perjanjian Oslo melakukan perubahan dan menyatakan bahwa pihak Palestina tidak lagi memiliki hubungan dengan perjanjian tersebut.

Meskipun Mahmoud Abbas telah membuat banyak langkah perdamaian tdengan rezim Zionis, tetapi ia juga menolak rencana ini sebagai hal yang tidak dapat diterima dan menyebutnya sebagai ide buruk yang akan bergabung dengan tempat sampah sejarah. Abbas juga menulis dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu menuduhnya melakukan perubahan pada Kesepakatan Oslo, dan menyatakan bahwa pihak Palestina tidak ada hubungannya dengan kesepakatan itu.

"Kami sama sekali tidak akan menerima solusi ini, dan saya tidak akan pernah memasukkan dalam catatan saya bahwa saya menjual al-Quds. Mereka menjadikannya satu syarat bagi kita untuk mengakui keberadaan negara Yahudi untuk membuktikan niat baik kita," kata Mahmoud Abbas pada Sabtu, 1 Februari, di pertemuan luar biasa para menteri luar negeri Liga Arab di Kairo.

Mengingat penolakan kuat para pemimpin Palestina terhadap Kesepakatan Abad, Amerika Serikat memasuki pintu ancaman untuk menghadapi mereka. Jared Kushner, menantu dan penasihat presiden AS, mempermalukan kepemimpinan saat ini Otorita Palestina, terutama Mahmoud Abbas, dan mengancam akan menggulingkannya sebagai pemimpin serta bersikeras bahwa apa yang disebut "Kesepakatan Abad" ini adalah kesempatan terakhir. Kushner mengatakan, "Bila Pemimpin Otorita Palestina tidak akan berani menyetujui rencana ini, mungkin kepemimpinan Palestina di masa depan akan setuju."

Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina

Namun, Mahmoud Abbas bersikeras bahwa dia tidak akan pernah merasa malu karena menolak rencana Kesepakatan Abad. Secara khusus, menurut rencana itu, Quds telah diakui sebagai ibu kota rezim Zionis yang tak terpisahkan dan kembalinya para pengungsi Palestina ke negara asal mereka telah ditolak. Negara Palestina, dalam pandangan rencana ini hanya sebagian kecil dari wilayah Palestina dan akan dipisahkan menjadi beberapa bagian oleh jembatan dan terowongan. Bahkan, Trump telah memberikan semua konsesi yang mungkin kepada rezim Zionis dalam kerangka rencana Kesepakatan Abad dan telah menolak untuk memberikan bahkan konsesi terkecil atau hak-hak Palestina yang paling dasar.