Ketika Trump Menekankan untuk Menumpas Demonstrasi Anti Rasis di Amerika Serikat
https://parstoday.ir/id/news/world-i81906-ketika_trump_menekankan_untuk_menumpas_demonstrasi_anti_rasis_di_amerika_serikat
Diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap orang kulit berwarna, terutama orang kulit hitam di Amerika Serikat, sama tuanya dengan sejarah negara ini. Meskipun perjuangan kulit hitam untuk hak-haknya telah dilakukan secara luas, mereka masih terus menjadi korban segala bentuk diskriminasi dan kekerasan, terutama oleh polisi AS.
(last modified 2025-10-23T09:37:35+00:00 )
Jun 01, 2020 16:04 Asia/Jakarta
  • Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
    Donald Trump, Presiden Amerika Serikat

Diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap orang kulit berwarna, terutama orang kulit hitam di Amerika Serikat, sama tuanya dengan sejarah negara ini. Meskipun perjuangan kulit hitam untuk hak-haknya telah dilakukan secara luas, mereka masih terus menjadi korban segala bentuk diskriminasi dan kekerasan, terutama oleh polisi AS.

Kasus terakhir adalah pembunuhan brutal terhadap George Floyd oleh Derek Schwinn, seorang perwira polisi pada 25 Mei di Minneapolis, negara bagian Minnesota, yang memicu protes luas dan belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Amerika Serikat dalam kecaman terhadap rasisme yang dilembagakan dalam struktur masyarakat Amerika. Perwira polisi itu dengan tenang menekan lututnya ke leher Floyd, menyebabkan kematiannya secara bertahap dan memilukan. Schweinn dibebaskan pada 29 Mei setelah ditangkap karena pembunuhan tingkat tiga dan kemudian dibebaskan dengan jaminan $ 500.000.

Kelompok Anti Fasis di Amerika Serikat

Kamala Harris, Senator Demokrat dan mantan kandidat presiden AS dalam mengritik pembunuhan George Floyd oleh polisi negara ini mengatakan, "Jalan-jalan di Amerika Serikat ternoda oleh darah orang kulit hitam."

Warga Amerika Serikat yang marah sekalipun dengan adanya ancaman Trump dan peringatan para pejabat negara bagian, melakukan aksi protes rasisme dan pembunuhan Floyd dalam skala besar beberapa hari terakhir di berbagai bagian Amerika Serikat, termasuk bentrokan dengan pasukan keamanan di beberapa kota dan bahkan sebagian menerapkan keadaan darurat di 25 kota di Amerika Serikat.

Menanggapi protes, yang telah disertai dengan berbagai bentrokan dan kerusakan besar, Presiden Donald Trump justru menekankan penumpasan para pengunjuk rasa. Dalam hal ini, Presiden Amerika Serikat, yang dituduh memiliki kecenderungan rasis dan anti kulit berwarna, meminta walikota dan gubernur Amerika Serikat untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi protes dan untuk memanggil pasukan Garda Nasional untuk menekan protes.

Trump juga menyebut para pemrotes sebagai pelaku kerusuhan, yang menyerang individu dan properti pemerintah, serta menyerukan hukuman yang lebih keras dan pemenjaraan jangka panjang untuk elemen yang katanya menyerang individu, properti, dan properti publik. Trump, sementara itu, telah mengancam untuk mengambil tindakan jika gubernur negara bagian gagal melakukan tugasnya. Sebelumnya, dalam beberapa pesan Twitter, presiden AS mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa di Minneapolis sambil mendukung aksi kekerasan yang dilakukan pasukan Garda Nasional terhadap terhadap pengunjuk rasa di kota itu dan negara bagian lain.

"Selamat kepada pasukan Garda Nasional atas apa yang mereka lakukan tepat setelah mereka tiba di Minneapolis, Minnesota. Para perusuh gerakan kiri gerakan anti-fasis dan yang lainnya dengan cepat ditekan. Ini harus dilakukan oleh walikota pada malam pertama sehingga tidak ada masalah akan muncul," tulis Trump.

Trump telah memberikan lampu hijau kepada polisi dan pasukan keamanan untuk menindak para pengunjuk rasa, yang tentunya akan memperburuk konflik dan meningkatkan kemungkinan korban.

Tentu saja, Trump tidak hanya menangani masalah ini, tetapi juga mengancam akan mengakui gerakan anti-fasis, yang mengorganisir protes baru-baru ini, sebagai organisasi teroris. Dia juga mengkritik media arus utama karena meliput tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa, dengan mengatakan mereka "menggunakan semua kekuatannya untuk menyalakan api kebencian dan kekacauan."

Klaim Trump muncul ketika ia gagal mengutuk dalam menanggapi peristiwa seperti insiden Charlottesville pada 2017, yang menyebabkan kekerasan dan pembunuhan oleh kelompok rasis kulit putih. Menanggapi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana 4.100 orang Amerika telah ditangkap sejauh ini, Trump alih-alih mengambil pendekatan yang lebih simpatik terhadap kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam, atau tindakan yang lebih eksplisit untuk mencegah insiden serupa, ia justru berbicara untuk mendukung aksi penindasan polisi Amerika Serikat terhadap warga kulit berwarna dan berjanji akan menumpas keras para demonstran. Pendekatan Trump ini telah menuai kritik keras.

Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS

Mengkritik pendekatan presiden terhadap protes rasis, Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS mengatakan, "Donald Trump seharusnya tidak menyalakan api protes dengan tindakannya. Presiden harus menjadi agen persatuan di antara suara-suara yang berbeda, bukan penyebab perpecahan."

Namun, pendekatan pemerintah Trump untuk menekan protes anti-rasis tidak mungkin berubah, dan ruang lingkup konflik diperkirakan akan meluas di berbagai kota. Masalah besar yang perlu diperhatikan adalah simpati orang-orang di negara lain dan demonstrasi dalam mengutuk rasisme dan kekerasan terhadap orang kulit berwarna di Amerika Serikat.