Klaim Keracunan Navalny, Alasan Baru Barat untuk Menekan Rusia
Uni Eropa dan Amerika Serikat selalu mengintervensi urusan dalam negeri Rusia, terutama dengan mengaku mendukung oposisi serta menggunakan isu hak asasi manusia. Tuduhan keracunan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny kini telah menjadi alat bagi media Barat dan perang propaganda melawan pemerintah Rusia.
Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov pada Rabu (02/09/2020) membantah tuduhan Jerman terhadap Moskow yang meracuni Alexei Navalny dengan gas beracun Novichok.
Peskov menyatakan bahwa sebelum Navalny dipindahkan ke Berlin, tidak ada zat beracun yang ditemukan di tubuhnya.
"Rusia siap untuk bekerja sama sepenuhnya dengan Jerman untuk mengklarifikasi semua aspek dari situasi Navalny, tetapi Berlin belum menanggapi permintaan resmi yang dikirim oleh Rusia ke negara ini," ungkap Peskov.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga mengatakan bahwa urusan Navalny menggunakan model lama untuk membenarkan keputusan yang telah diatur sebelumnya.
"Kami menunggu jawaban resmi atas pertanyaan yang kami ajukan kepada Berlin," ujar Zakharova.
Pada 20 Agustus, saat terbang dari Tomsk di Siberia ke Moskow, Alexei Navalny mengalami kecelakaan serius di pesawat dan dirawat di rumah sakit di kota Omsk di Siberia.
Dia dipindahkan ke Berlin atas permintaan pemerintah Jerman. Pernyataan resmi dari pemerintah Jerman menggambarkan Navalny tewas terkena agen saraf Novichok dan meminta pemerintah Rusia untuk memberikan penjelasan segera.
Alexei Navalny, seorang kritikus pemerintah Rusia dan pemimpin oposisi selalu mendapat dukungan luas dari Uni Eropa dan Amerika Serikat serta telah berperan dalam protes anti-pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Barat telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia ikut campur dalam proses dan peristiwa politik di negara-negara tersebut, terutama di bidang pemilu, dan bahkan Washington telah menjatuhkan sanksi yang keras terhadap Moskow dengan dalih ini.
Menurut pakar politik Rusia Pavel Sharikov, "Alasan kaburnya hubungan bilateral AS-Rusia adalah bahwa "masalah Rusia" telah menjadi topik perjuangan politik dalam negeri AS."
Sementara itu, Barat sendiri secara langsung dan terbuka mencampuri urusan dalam negeri Rusia dan mendorong masyarakat Rusia untuk melakukan demonstrasi dan protes, terutama pada masa pasca pemilu di Rusia.
Kedutaan besar Eropa dan Amerika juga memainkan peran penting dalam hal ini.
Pemerintah Rusia telah berulang kali memperingatkan konsekuensi dari aksi ini dengan mengkritik campur tangan Barat dalam urusan internalnya.
Tindakan Barat, terutama Amerika Serikat, untuk campur tangan dalam urusan internal Rusia ditujukan untuk menciptakan ketidakstabilan, meningkatkan protes, dan pada akhirnya menciptakan kondisi untuk pembentukan perkembangan yang menguntungkan Barat di Rusia.
Salah satu langkah konkrit dalam hal ini adalah peningkatan bantuan keuangan serta dukungan penuh media terhadap pihak oposisi dan penciptaan suasana negatif dalam konteks situasi internal di Rusia.
Washington menginginkan tokoh pro-Barat seperti Alexei Navalny, pemimpin oposisi, untuk berkuasa di Rusia.
Namun, karena ketergantungan oposisi yang nyata pada Barat, mereka gagal mencapai tujuannya.
"Kurangnya sumber daya, kurangnya wajah baru dan kegembiraan yang dibutuhkan untuk menginspirasi adalah semua akar penyebab masalah... Oposisi Rusia tidak percaya pada dirinya sendiri," kata Vitaly Sheklyarov, pakar politik Rusia tentang kegagalan oposisi Rusia.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, di balik protes di negara ini adalah negara-negara Barat yang berusaha membangun revolusi warna di Rusia.

Dari sudut pandang Barat, pembentukan Revolusi Warna di Rusia akan mengarah pada pembentukan pemerintahan pro-Barat di negara ini, dan karenanya Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa dalam bentuk organisasi non-pemerintah yang mempromosikan demokrasi dan membantu memperluas kebebasan individu, sosial dan pelembagaan demokrasi di Rusia telah memfokuskan upayanya pada pembentukan dan peningkatan protes anti-pemerintah di Rusia.
Sekalipun demikian, karena nasionalisme rakyat Rusia dan pendekatan pesimistis mereka terhadap Barat, serta popularitas Putin dengan mayoritas rakyat Rusia, Barat gagal dalam kampanye ini. Terlepas dari kegagalan ini, Amerika Serikat, bersama dengan Uni Eropa, terus secara terbuka dan tanpa malu mencampuri urusan dalam negeri Rusia, dan sekarang obyek mereka adalah dugaan keracunan Navalny.