Ketika UE Mengkhawatirkan Kepentingan Pasokan Energi di Konflik Nagorno-Karabakh
Konflik yang meluas antara Republik Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh telah memicu reaksi dari negara-negara tetangga serta kekuatan internasional. Uni Eropa juga bereaksi dengan memperhatikan kepentingan dan kerentanannya.
Pada Minggu (04/10/2020) malam, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyerukan diakhirinya segera konflik militer antara Azerbaijan dan Armenia atas Nagorno-Karabakh dan agar kedua negara kembali ke meja perundingan. Merujuk pada panggilan telepon dengan menteri luar negeri kedua negara, Borrell dalam cuitannya di Twitter menyatakan, "Eskalasi korban warga sipil tidak dapat diterima. Konflik harus segera dihentikan. Negosiasi harus dimulai sesegera mungkin dalam kerangka Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group."

Ekspresi keprihatinan Borrell dapat dijelaskan oleh konsekuensi dan kerusakan yang dapat dibawa oleh kelanjutan perang antara Republik Azerbaijan dan Armenia ke Eropa. Perang yang terjadi saat ini yang telah mencapai proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentunya memiliki konsekuensi yang berbeda bagi kawasan Kaukasus, kawasan bahkan lingkungan internasional yang telah menimbulkan keprihatinan di kalangan negara-negara Uni Eropa.
Saat ini, keamanan dan kepentingan Uni Eropa, karena kedekatannya dengan wilayah yang disengketakan dan bagian dari jalur konsumsi energi Eropa, untuk mencegah eskalasi konflik di wilayah Kaukasus dan berusaha sebisa mungkin untuk meraih kesepakatan gencatan senjata antara Baku dan Yerevan dan dimulainya dialog. Dalam sikapnya baru-baru ini tentang konflik Nagorno-Karabakh, Uni Eropa telah menyatakan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik dan ketegangan di wilayah Kaukasus.
Keanggotaan Perancis di Grup Minsk juga telah mendorong Eropa, bersama dengan Rusia dan Amerika Serikat, sebagai anggota grup, untuk bekerja selama 30 tahun terakhir demi mencapai kesepakatan antara Baku dan Yerevan dan menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, yang sejauh ini tidak membuahkan hasil. Pada saat yang sama, kawasan Kaukasus penting bagi Uni Eropa dalam berbagai hal, dan stabilitas kawasan ini juga menjadi kepentingan negara-negara Eropa.
Pada saat yang sama, kawasan Kaukasus penting bagi Uni Eropa dalam berbagai hal, dan stabilitas kawasan ini menjadi menguntungkan negara-negara Eropa. Meningkatnya perang antara Republik Azerbaijan dan Armenia menimbulkan kekhawatiran ekonomi bagi anggota UE. Karena penyebaran ketidakamanan di wilayah Kaukasus menimbulkan ancaman bagi keamanan investasi Eropa dalam sumber daya energi dan jalur transmisinya ke Eropa.
Dengan demikian, jika perang antara Baku dan Yerevan meningkat, tentu akan terjadi gangguan serius dalam transfer minyak dan gas dari kawasan itu ke Eropa, yang akan membahayakan pasokan energi Eropa.
Menurut Vali Kuzegar Kaleji, pakar urusan Kaukasus, "Ketidakamanan di wilayah Kaukasus menimbulkan risiko serius bagi jalur transfer energi Kaspia dari wilayah ini ke Turki dan Eropa, yaitu koridor transfer energi ke Eropa."
Di sisi lain, mengingat bahwa hubungan antara UE dan Turki, terutama setelah kudeta yang gagal pada Juli 2016, telah mengalami banyak ketegangan dan perselisihan, dan baru-baru ini bahkan Brussel mengancam akan memberikan sanksi kepada Ankara karena perselisihan antara Turki dengan Yunani dan Siprus di Mediterania timur. Kini, karena peran aktif Turki dalam mendukung Republik Azerbaijan dalam perang Nagorno-Karabakh, hal ini dapat memperburuk ketegangan Turki dengan Eropa. Sementara Brussel menyerukan gencatan senjata antara Republik Azerbaijan dan Armenia, Ankara bersikeras melanjutkan perang saat ini sampai pembebasan wilayah pendudukan Republik Azerbaijan.

Menurut pakar Kaukasus Mohammad Reza Damavandi, "Negara-negara Eropa dalam konflik Nagorno-Karabakh alih-alih mengkhawatirkan gangguan dalam proses transfer minyak dan gas, mereka justru lebih peduli dengan konsesi Turki dari krisis ini yang akan digunakan Ankara terhadap Eropa.