Perundingan Uni Eropa-Inggris Tak Membuahkan Hasil
Para ahli memperingatkan bahwa kesepakatan penting perdagangan antara Uni Eropa dan Inggris tampaknya kecil kemungkinannya tercapai karena kedua belah pihak mengambil posisi yang mengakar pada masalah-masalah utama. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengklaim Inggris memiliki lebih banyak kerugian dari hasil yang gagal.
KTT para pemimpin Uni Eropa telah berakhir di Brussel dengan nol kemajuan yang dibuat mengenai perjanjian hubungan masa depan antara Uni Eropa dan Inggris.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan bahwa Inggris akan "makmur" bahkan jika tidak ada kesepakatan perdagangan yang dicapai dengan Uni Eropa. Namun, 50 persen dari ekspor Inggris bertujuan ke Uni Eropa dengan hanya 10 persen ekspor blok ini ke tujuan lain.
Meski begitu, pihak Uni Eropa juga akan dirugikan dalam skenario tanpa kesepakatan. Belgia, rumah bagi lembaga-lembaga blok tersebut, akan mengalami sebagian besar kehilangan pekerjaan pada awalnya.
Studi yang dilakukan oleh pemerintah federal menunjukkan hingga 6.000 pekerjaan akan hilang di Brussel dan hingga 26.000 di seluruh negeri. Sebagian besar terkait dengan mereka yang bekerja di bidang regulasi Uni Eropa.
Masa transisi Brexit berakhir pada 31 Desember. Jika tidak ada kesepakatan hubungan di masa depan, kemungkinan besar akan ada kekacauan di perlintasan perbatasan Inggris. Pemeriksaan perbatasan Inggris yang baru di Irlandia berpotensi melihat runtuhnya proses perdamaian yang dicapai dengan susah payah. Para ahli mengatakan negosiator di kedua sisi perlu serius.
Presiden Macron menuduh Inggris tidak menganggap serius posisi Uni Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa kesepakatan masih mungkin tetapi tidak dengan harga berapa pun.
Terlepas dari bagaimana prosesnya, para pakar mengatakan bahwa hubungan Uni Eropa-Inggris telah rusak dan tidak dapat diperbaiki karena kurangnya kepercayaan. (RA)