Mearsheimer: Kabinet Biden Anggap Eropa Bayi, AS Pengasuhnya
Des 14, 2020 16:37 Asia/Jakarta
-
John Mearsheimer
Profesor ilmu politik di Universitas Chicago, Amerika Serikat, yang juga pakar hubungan internasional, dan pencetus teori "realisme ofensif" mengatakan dalam pandangan pemerintahan Joe Biden, negara-negara Eropa, seperti anak-anak yang harus terus dijaga Amerika.
Fars News (14/12/2020) melaporkan, John Mearsheimer percaya sikap pemerintah Donald Trump telah menyebabkan kerusakan serius pada hubungan Amerika dengan sekutu-sekutunya di Eropa dan Asia, dan upaya perbaikannya akan sulit di masa Biden.
Pada saat yang sama Mearsheimer juga mendesak para politisi Partai Demokrat, dan Republik untuk mencapai kesatuan pandangan dalam melawan Cina, dan ia menekankan pentingnya upaya menjinakkan Beijing.
Dalam pidato virtualnya di Institute of International and European Affairs, IIEA yang berbasis di Dublin Irlandia, dosen politik Universitas Chicago itu menyinggung penurunan posisi Eropa dalam konstelasi kekuatan global demi Amerika, kemudian ia mengabarkan satu suaranya seluruh politikus Amerika dalam melawan Cina.
Mearsheimer menuturkan, terkait Cina harus saya katakan, tidak diragukan Eropa bukan lokasi terpenting lagi bagi Amerika. Dari sudut pandang sejarah, Eropa bagi Amerika selalu menjadi lokasi terpenting, namun dunia semacam ini sudah hilang, dan Asia Timur menjadi lokasi paling penting di dunia sekarang, karena Cina rival potensial yang setara bagi Amerika.
Ia menambahkan, menurut saya kebinet Joe Biden dipenuhi orang-orang yang mencintai Eropa, dan tulus mendukung hubungan Amerika-Eropa. Terdapat perbedaan mendasar dalam cara berpikir orang-orang di pemerintahan Trump, dan Biden.
Pakar politik Amerika itu menegaskan, saya pikir orang-orang di kabinet Biden menganggap Eropa sebagai bayi, dan kita di Amerika harus berperan sebagai perawat anak, terus menjaganya, karena mereka tidak mampu menjaga diri mereka sendiri.
"Amerika harus menjamin keamanan Eropa, kita harus menjalin hubungan yang sangat baik dengan Eropa, karena mereka berharap Amerika tetap menjadi pemimpin sebagaimana tahun 1945 di masa Perang Dunia II," pungkasnya. (HS)
Tags