Jejak-jejak Asing di Kerusuhan terbaru di Iran
Kerusuhan terbaru di Iran dengan alasan kematian Mahsa Amini, kembali menjadi peluang musuh asing untuk mengintervensi urusan internal Tehran dan memprovokasi lebih besar kerusuhan.
Sejatinya di kerusuhan terbaru, para pemimpin politik AS dan sejumlah Eropa, media mereka dan juga media berbahasa Persia anti-pemerintah Tehran dukungan Barat, menyalahgunakan sebuah peristiwa menyedihkan yang tengah diselidiki. Dengan slogan membela hak asai manusia bangsa Iran, mereka melemparkan batu untuk mendukung para perusuh dan merusak keamanan bangsa Iran. Tapi musuh masih mengabaikan atau meremehkan kehadiran jutaan warga di jalan-jalan dan bundaran Iran dalam mendukung pemerintah dan negaranya serta penentangan tegasnya terhadap para perusuh dan kerusuhan.
Selain itu, kelompok-kelompok anti-revolusi seperti kelompok MKO, royalis dan juga kelompok separatis seperti Komala dan demokrat juga melakukan upaya sia-sia untuk mengeksploitasi masalah ini sesuai dengan tujuan anti-Iran mereka. Menteri Dalam Negeri, Ahmad Vahidi seraya menjelaskan bahwa pemerintah Republik Islam Iran melewati konspirasi besar dengan kuat, mengatakan, musuh telah salah perhitungan dengan mendukung para perusuh.
Di antara musuh Iran ini adalah Amerika yang berada di puncaknya. Amerika dengan mengiming-imingi janji pencabutan sanksi dunia maya dan internet serta memilih sikap intervensif untuk mengobarkan kerusuhan, tapi ternyata gagal total. Sekaitan dengan ini, dua petinggi pemerintahan Joe Biden di statemen intervensifnya menguak langkah-langkah Washington untuk melanjutkan provokasi instabilitas di Iran.
Robert Malley, utusan khusus AS untuk urusan Iran dan Wendy Sherman, deputi menlu AS di statemennya mengakuibahwa Washington sedang mencoba untuk ikut campur dalam bidang komunikasi di Iran. Sebelumnya AS mencabut sejumlah sanksi komunikasi Iran. AS yang menyanksi Iran selama 40 tahun dan sejak kepresidenan Donald Trump dalam koridor kampanye represi maksimum, menjatuhkan sanksi paling keras dan zalim terhadap rakyat Iran, tapi kini mengklaim mengasihi rakyat Iran dan berbicara mengenai pencabutan sejumlah sanksi. Klaim ini bahkan menjadi bahan tertawaan para pakar Amerika sendiri. Glenn Greenwald, jurnalis terkenal AS mengatakan, "Siapa pun yang memiliki akal sehat yang menganggap serius pernyataan dari Washington tentang kekhawatiran atau kemarahan atas penindasan atau pembelaan hak politik orang-orang di negara lain, maka ia sangat naif."
Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Nasser Kanani Chafi saat merespon tindakan pemerintah AS terkait sejumlah sanksi dibidang komunikasi di Tweetnya menulis, Amerika senantiasa berusaha melemahkan keamanan dan stabilitas Iran, tapi tentunya gagal. Dengan mengurangi beratnya beberapa sanksi komunikasi dan pada saat yang sama mempertahankan tekanan maksimum, Amerika secara munafik mengejar tujuannya melawan Iran.
Lebih lanjut Kanani menambahkan, tak diragukan lagi perang kognitif dan hibrida musuh terhadap bangsa Iran, kali ini akan sama nasibnya dengan ratusan berkas gagal mereka, tercatat di sejarah. Poin penting adalah Washington meski sebelumnya gagal di fitnah tahun 1388 Hs (2009) setelah pemilu presiden Iran, tapi tetap kembali di kerusuhan terbaru selain menyatakan sikap resminya mendukung kerusuhan dan anasirnya yang menimbulkan kerusakan materi dan jiwa melalui aksi-aksi brutalnya, berjanji bahwa mereka akan memberi dukungan termasuk di bidang pencabutan sanksi terkait internet.
Siamak Bagheri, seorang dosen saat menjawab pertanyaan terlepas dari pengalaman gagal mereka dalam mendukung para penghasut di Iran dan rakyat tidak menerima taktik ini, bagaimana Amerika berharap untuk mendukung para perusuh lagi? mengatakan: meskipun Amerika telah mengalami masalah ini berkali-kali, mereka masih belum memiliki pemahaman yang benar tentang rakyat Iran.
Isu yang muncul kembali terkait kerusuhan yang terjadi belakangan ini adalah dukungan seluruh Barat, termasuk Uni Eropa atas kerusuhan tersebut dan dorongan untuk ekspansinya. Dalam hal ini, setelah campur tangan berulang kali otoritas Barat dalam urusan internal Iran dan penggunaan gangguan dan kerusuhan baru-baru ini untuk menargetkan Republik Islam Iran di arena dunia, Uni Eropa mengumumkan tindakan anti-Tehran.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengklaim, organisasi ini akan menunjukkan respon atas langkah legal dan sah keamanan Iran terhadap para perusuh dan perusak keamanan publik. Borrell dalam sebuah statemennya seolah-olah mendukung rakyat Iran dan juga membela secara nyata para perusuh mengatakan, Uni Eropa tengah mengkaji berbagai opsi untuk merespon peristiwa di Iran. Ia mengklaim, menjelang sidang dewan menteri luar negeri, Uni Eropa akan melanjutkan pembahasan mengenai opsi yang dimilikinya untuk merespon kematian Mahsa Amini dan juga mekanisme tanggapan aparat keamanan Iran terhadap demonstran.
Sebelumnya, Peter Stano, juru bicara Uni Eropa, menjawab pertanyaan wartawan, bahwa Komisi Eropa masih belum mengetahui apakah sanksi baru organisas ini akan diterapkan terhadap Iran atau tidak. Dengan demikian Eropa untuk menarik simpati Washington, ketimbang berusaha memulihkan hubungan dengan Iran, memilih menunjukkan sikap mengancam dan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Tehran. Carlos Latuff, kartunis terkenal Brasil, menulis dalam menanggapi kerusuhan Iran: "Jangan tertipu!" Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa orang Barat khawatir tentang jilbab wanita Iran? Apa yang diinginkan Washington dan sekutunya adalah untuk mengacaukan Iran.
Aktor asing lain yang terlibat dalam kerusuhan baru-baru ini di Iran adalah rezim Zionis, yang mencoba memancing di air keruh dan, menurut pendapatnya, mengundang rakyat Iran untuk membuat kerusuhan dan kekacauan dengan dalih kematian Mehsa Amini. Sementara rezim ini adalah pelanggar hak asasi manusia terbesar yang diakui oleh forum internasional dan telah dikritik oleh semua orang di dunia selama bertahun-tahun karena pembunuhan bayi dan pembunuhan brutal terhadap orang-orang tak berdaya di wilayah pendudukan dan Gaza, rezim ini mendukung kerusuhan baru-baru ini di Iran atas nama kebebasan.
Israel sebagai pendiri penjara terbesar sepanjang sejarah di Gaza dan pembantaian rakyat Palestina, distatemennya mengklaim bahwa rezim ini mendukung rakyat Iran dan meminta komunitas internasional untuk mengutuk "penumpasan rakyat tak berdosa Iran". Namun, sejarah permusuhan dan kebencian rezim Zionis dengan Republik Islam Iran dan warga Iran bukanlah sesuatu yang disembunyikan dari siapa pun. Israel secara terbuka menentang setiap kemajuan Iran dan telah menunjukkan bahwa ia adalah musuh rakyat Iran dengan membunuh ilmuwan nuklir dan berusaha untuk menghancurkan fasilitas nuklir. Oleh karena itu, dukungan rezim ini terhadap para perusuh sejatinya langkah lain Israel untuk menyerang Iran Islami.
Di samping musuh asing, kelompok anti-revolusioner bersama dukungan kepada semua jenis media berbahasa Persia, seperti Iran International, yang terus eksis dengan dukungan keuangan dari Arab Saudi, selama beberapa hari terakhir berusaha merampas "protes di Iran" demi keuntungannya dan mengobarkan kerusuhan. Mohammad Sadegh Koshki, seorang pakar politik, mengatakan, saluran TV asing, dan TV Internasional Iran sebagai pemimpinnya, melakukan upaya serius dan terorganisir untuk mendorong masyarakat, terutama generasi muda, menuju konflik.
Di antara kelompok-kelompok anti-revolusioner, Maryam Rajavi, pemimpin kelompok teroris kaum munafik (MKO), termasuk yang pertama mengeluarkan pernyataan untuk mendukung kerusuhan jalanan baru-baru ini di Iran dan mencoba menghubungkannya sebagai dukungan terhadap kelompok ini. Menurut sumber yang terpercaya, pemimpin kelompok munafik itu menyeret orang-orang yang rawan kerusuhan ke jalan dengan dalih mencari suaka. Sementara seluruh rakyat Iran sangat membenci dengan kelompok teroris ini karena catatan kejahatannya dan kerja samanya dengan rezim Saddam dan ingin kehancuran kelompok teroris ini. Hassan Rezania, wakil politik dan keamanan gubernur Hamedan, mengatakan, "Orang-orang munafik (MKO) yang didukung oleh dinas intelijen Inggris, Amerika, Ibrani, dan Arab tidak dapat berbuat apa-apa di aksi kerusuhan ini."
Kelompok-kelompok royalis yang gagal yang dipimpin oleh Reza Pahlavi, yang tidak memiliki reputasi di kalangan rakyat Iran, bahkan tidak dianggap oleh pemerintah Barat, juga mencoba mengambil sikap dan mengadakan pertemuan, termasuk di Washington, DC, ibu kota Amerika untuk menarik perhatian elit politik negara ini dan dengan cara ini mereka dapat menampilkan diri sebagai oposisi penting. Namun, karena kebencian rakyat Iran terhadap sistem monarki, kaum royalis tidak memiliki tempat di Iran.
Kelompok separatis Kurdi seperti Komala dan Demokrat berusaha untuk menyalahgunakan situasi dan melakukan upaya maksimal mereka untuk menghasut dan memulai kekacauan di wilayah Kurdi, tetapi tentu saja, upaya mereka tidak berhasil. Dalam hal ini kelompok separatis tersebut mendukung para perusuh di sekitar kota provinsi Azerbaijan Barat dan Kurdistan. Beberapa agitator menggunakan simbol kelompok separatis dalam pertemuan di kota-kota selatan Azerbaijan Barat dan beberapa kota Kurdistan.
Sebuah sumber terpercaya melaporkan penangkapan sejumlah anasir Komala dan Demokrat dalam protes yang tersebar di selatan provinsi Azarbaijan Barat dan menekankan bahwa penyusup ini bertanggung jawab untuk melancarkan kerusuhan dan selama aksi kerusuhan mereka ditangkap oleh badan keamanan dan intelijen. Poin pentingnya adalah bahwa Ebrahim Alizadeh, pemimpin kelompok Komala, di sebuah klip video telah mengaku mengorganisir tindakan provokatif dan sebelumnya merencanakan pelaksanaan kerusuhan baru-baru ini di Iran.
Poin terakhir adalah meskipun beberapa dekade upaya dan konspirasi Barat dipimpin oleh Amerika Serikat, serta tindakan kriminal dan subversif dari kelompok anti-revolusioner, terutama kelompok teroris orang-orang munafik (MKO) dan upaya habis-habisan mereka untuk menghasut kerusuhan dan kekacauan di Iran, tetapi Iran Islami selalu mempertahankan kekuatan dan otoritasnya, dan rakyat Iran, sambil menyatakan dukungan mereka untuk Republik Islam Iran dalam situasi sulit, menekankan untuk melawan setiap kerusuhan dan kekacauan, dan mereka juga berperan aktif dalam hal ini. Selain itu, mengenai alasan kerusuhan terbaru, yakni kematian Mahsa Amini, para pejabat terkait seraya menindaklanjuti kembali kasus ini secara serius, juga berjanji akan mengumumkan hasilnya dan berbagai dimensinya kepada rakyat Iran.