Bukti Sejarah Nama Teluk Persia
Teluk Persia adalah nama abadi yang tercatat di sumber sejarah paling kuno dan kembali ke beberapa abad sebelum Masehi.
Nama ini yang sejatinya milik wilayah dan bangsa "Persia" dan "Pars" menempel pada identitas Irani (bangsa Iran), dan pendistorsiannya tidak diterima baik oleh individu atau di mana pun, serta pemalsuan sejarah tidak akan dapat menggantikannya.
Teluk Persia harus dianggap sebagai salah satu wilayah geografis dan perairan terpenting di dunia, yang sangat penting sejak masa lalu dan telah menjadi pusat perhatian semua orang dalam beberapa tahun terakhir karena kepentingan strategisnya. Kepentingan ini telah menyebabkan rencana dibuat untuknya dan ketenangan perairannya yang biru telah menggoda hati beberapa negara Barat dan Arab untuk menyebut wilayah perairan penting ini, yang selalu dikenal sebagai Fars, dengan kata-kata yang tidak berdasar dan penyelewengan namanya untuk menyitanyua demi kepentingan ekspansionisnya.
Pergerakan terbaru dalam hal ini terjadi di tetangga Iran, Irak.
Ini adalah fakta yang tidak dapat diingkari bahwa penyelenggaraan turnamen dan pertandingan di Irak serta jaminan negara-negara kawasan serta FIFA kepada Baghdad untuk menjadi tuan rumah adalah hasil dari stabilitas dan keamanan yang selama beberapa tahun terakhir diraih Irak dengan bantuan Republik Islam Iran.
Irak untuk pertama kalinya sejak tahun 1979 menjadi tuan rumah sebuah turnamen olah raga internasional dan kota Bashra baru-baru ini menjadi tuan ruam peserta pertandingan sepak bola piala negara-negara Arab Teluk Persia. Di pertandingan ini yang digelar setiap dua tahun, enam negara Kuwait, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Oman dan Bahrain bersama Irak dan Yaman saling bertanding. Tapi selama pertandingan ini, sejumlah pejabat Irak dalam sebuah sikapnya yang jauh dari prinsip konvergensi dan penghindaran tensi regional serta dengan mengabaikan fakta sejarah yang tidak dapat ditolak, menggunakan istilah palsu menggantikan nama Teluk Persia.
Statemen Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia Al Sudani terkait pertandingan piala negara-negara Teluk Persia dan juga penggunaan Moqtada Sadr dari nama palsu Teluk Arab di pesan Twitternya telah menjauh dari fakta sejarah dan pastinya membuktikan peninjauan ulang dan revisi. Di sisi lain Ketua FIFA Gianni Infantino di sebuah pesan Instagram menggunakan nama palsu dari pada Teluk Persia yang kemudian memicu protes Federasi Sepak Bola Iran.
Tapi mari kita lihat sekilas dokumen sejarah yang ada dan lihat atas dasar apa nama palsu ini diungkapkan, karena nama Teluk Persia telah ada terus menerus di semua bahasa, terutama bahasa Arab.
Pelaut Iran di Teluk Persia dimulai hampir lima ratus tahun sebelum Masehi dan pada masa pemerintahan Darius I. Darius menciptakan armada angkatan laut pertama di dunia. Kapalnya menempuh perjalanan sepanjang Sungai Indus ke pantai Samudra Hindia, Laut Oman, dan Teluk Persia, lalu melewati Jazirah Arab dan pergi ke ujung Laut Merah saat ini. Untuk pertama kalinya, dia memerintahkan penggalian kanal di dekat Terusan Suez, dan kapalnya memasuki Laut Mediterania melalui kanal ini.
Di sebuah prasasti yang ditempatkan di kanal ini disebutkan, "Saya orang Persia. Saya membuka Mesir dari Fars. Saya telah memerintahkan pembangunan saluran ini dari sungai yang mengalir dari Mesir ke laut yang berasal dari Persia. Jadi aliran ini digali seperti yang saya pesan dan kapal-kapal datang dari Mesir melalui jalur air ini ke Fars seperti yang saya inginkan."
Dari catatan perjalanan Pythagoras pada tahun 570 SM hingga 1958, nama Teluk Persia atau padanannya dalam bahasa lain telah tercatat di semua sumber tertulis di dunia. Selama periode Darius II, armada Iran yang dipimpin oleh Sardar Sadasep dikirim untuk mengelilingi dunia. Armadanya, yang terdiri dari beberapa kapal, berangkat ke Laut Mediterania dan pantai Chinguetti (Mauritania) dan pergi ke dekat pantai Benin, tetapi karena pertemuan dengan suku-suku liar, perjalanannya belum selesai.
Tentu saja, mencari di travelogues atau buku sejarah menambah volume dokumen yang tidak dapat diganggu gugat yang menyebut teluk ini sebagai "Teluk Persia". Area biru ini selalu menjadi sangat penting bagi orang Iran, yang telah menjadi pemilik pemerintahan yang kuat dan yang kerajaannya sangat luas selama berabad-abad, baik secara ekonomi maupun militer. Dengan cara ini, mereka dapat mengakses laut lepas dengan kapal mereka dan mencapai tujuan ekonomi dan militer.
"Hafez-e Abru", seorang sejarawan dan ahli geografi terkenal dari era Timurid (meninggal 833 H), adalah penulis karya tentang sejarah Islam dan Iran. Buku geografinya penuh dengan informasi sejarah penting dalam bab-bab yang berkaitan dengan Iran dan di luar Sungai Nil, dan penyebutan laut dan teluk adalah salah satunya. Dia menyebutkan nama Teluk Persia dan menyebutkan kelebihannya.
George (Gurgi) Zaidan, sejarawan Arab terkait hal ini mengatakan,"Laut Persia terbatas pada perairan yang mengelilingi dunia Arab. Menurut orang dahulu, semua lautan yang mengelilingi tanah Arab dari muara Tigris hingga Al-Abelah (Al-Ubullah) ditafsirkan sebagai Laut Persia, dan itu termasuk apa yang sekarang kita sebut Teluk Persia, Laut Arab, Teluk Aden, Laut Merah, dan Teluk Aqaba."
Nama kuno "Laut Persia" atau "Teluk Persia" di beberapa negara adalah sebagai berikut: Teluk Persia di negara-negara berbahasa Inggris, Persischer Golf dalam bahasa Jerman, Persique Golf dalam bahasa Prancis, Golfe Persico bahasa Italia, Persidsk Zalir bahasa Rusia dan negara-negara Arab menyebutnya "Teluk Al Farsi".
Teluk Persia dan sinonimnya dalam bahasa lain adalah nama paling orisinal yang tersisa dari sumber tertua yang telah digunakan terus menerus di semua bahasa dan sastra dunia sejak beberapa abad SM. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional dan khusus masih menganggap nama Teluk Persia sebagai nama asli dan sah dan tidak pernah menerima perubahan nama Teluk Persia.
Sekretariat PBB telah mengkonfirmasi untuk pertama kalinya dalam dokumen UN AD311/1 GEN tertanggal 5 Maret 1971" bahwa Teluk Persia telah lama dan terus digunakan dalam atlas dan buku geografi. Kedua kali dalam catatan No. UNLA45.8.2(C) tanggal 10 Agustus 1984 dan ketiga kalinya dalam catatan No. ST/CS/sER.A/29 tanggal 10 Januari 1990, nama resmi Laut Selatan Iran telah diumumkan sebagai "Teluk Persia". Dalam konferensi tahunannya yang diadakan di bidang "koordinasi nama geografis", organisasi ini menekankan nama Persia dari jalur air internasional ini dan menyetujuinya.
Ada lebih dari 200 peta sejarah di Perpustakaan Kongres dan Perpustakaan Argosy di New York, dan di Inggris Raya, Rusia, India, dan banyak negara Eropa lainnya, terdapat peta nilai sejarah dan museum di mana Teluk Persia dicatat dengan nama aslinya.
Ada lebih dari 300 peta bertuliskan nama Teluk Persia di Perpustakaan Nasional Inggris (London), Perpustakaan dan Catatan Kementerian Urusan India (London), Pusat Catatan Publik London dan Perpustakaan Sekolah Studi Oriental , London. Di banyak museum, perpustakaan, bahkan hotel atau arsip pribadi di negara-negara Arab seperti Mesir, terdapat ratusan peta sejarah dengan nama Teluk Persia. Peta-peta seperti: peta-peta kuno dari zaman Ptolemeus hingga peta-peta abad belakangan ini seperti peta Samuel Dunn, peta Iran pada periode Afshariah 1747 dan...
Juga, sekitar 30 atlas sejarah abad terakhir telah mencatat Teluk Persia dengan nama yang sama. Diantaranya: Atlas Thomas Herbert 1628 M, Atlas Paris University of Losage 1863 M, Atlas Jerman 1861 M, Atlas Paris Enville 1760 M, Atlas Geografi Modern 1890 M. Paris dirancang oleh "F.SCHRADER dan F.PRUDENT" dan memiliki 10 peta dengan nama Teluk Persia. Atlas ini disimpan di Pusat Catatan Nasional Mesir (Dar al-Daqqam Qoumi) dan digambar di peta nomor 40 dari tiga pulau berwarna milik Iran.
Ali Shahidi, ahli Iran dan dosen Universitas Tehran, menganggap prasasti Dariush di Terusan Suez sebagai salah satu sumber tertua dalam sejarah yang membuat nama Teluk Persia tetap hidup hingga saat ini.
Dia berkata: kecuali beberapa prasasti, prasasti Achaemenid adalah tiga bahasa dan ditulis dalam bahasa Persia kuno, Elam dan Babilonia. Sebuah prasasti juga ditemukan yang tidak berada di dalam perbatasan Iran saat ini dan ditemukan bertahun-tahun yang lalu di Afrika Utara dan di Mesir, yang sekarang dikenal sebagai prasasti Suez (Suez Canal) karena isinya.
Teks prasasti ini ditulis oleh Achaemenid Darius the Great (Darius yang agung) dan isinya mengacu pada pembangunan saluran air atau kanal yang menghubungkan Laut Merah dengan Sungai Nil. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa jalur air ini mencapai Mesir dari "Teluk Persia" dan untuk mempersingkat jalurnya, sebuah kanal telah digali di ujung jalur air tersebut.
Dr. Shahidi menambahkan bahwa definisi 25 abad yang lalu berbeda dengan hari ini, dan Darius yang Agung berkata 25 abad yang lalu dalam sebuah prasasti Achaemenid: "Saya memerintahkan agar kanal dibangun dari sungai yang disebut Sungai Nil ke laut yang berasal dari Persia. "... Ini petunjuk yang menarik secara historis dan orang Achaemenians mengartikan Teluk Persia di tepi laut yang "berasal dari Persia". "Laut Persia" atau "Teluk Persia" adalah nama yang digunakan oleh para pemikir Yunani dan kemudian Romawi dalam sebuah laporan yang ditulis oleh " Anne-Sophie Jahn" dan dimuat di Majalah Le Point. Dari abad ke-9 hingga abad ke-18 M, para sejarawan, pelancong, dan ahli geografi era Islam, yang sebagian besar menulis dalam bahasa Arab, menggunakan nama ini. Proses ini berlanjut hingga abad ke-20.
Majalah Le Point telah mengakui bahwa setelah penggunaan nama lain yang bias, Kelompok Nama Geografis di Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meninjau masalah tersebut dan dalam Laporan Pakar tentang Nama Geografis yang dikeluarkan pada tahun 2006 menerima nama "Teluk Persia" sebagai standar hukum internasional...
Anne-Sophie Jahn menambahkan bahwa ini menunjukkan puncak tak bermoral di kebijakan blok Barat yang bahkan rela mendistorsi sejarah untuk kepentingannya dan tidak ragu-ragu mengubah nama georgafi.