Wawancara: Imam Khomeini, Spirit Islam dan Demokrasi
Setahun sejak wafat tahun 1989, setiap tanggal 14 Khordad, yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni, digelar peringatan haul Imam Khomeini yang dipusatkan di kompleks pemakamannya di wilayah selatan Tehran.
Namanya abadi sebagai pendiri Republik Islam Iran. Kemenangan Revolusi Islam di Iran tentu saja berkat perjuangan panjang bangsa Iran sendiri dari berbagai lapisan masyarakat. Tapi juga tidak bisa dilepaskan dari kiprah Imam Khomeini sebagai ulama dan pejuang yang berpengaruh besar di tengah masyarakat Iran.
Meskipun telah berlalu 29 tahun dari wafatnya Imam Khomeini, tapi pemikiran dan pengaruhnya masih dibahas oleh para pemikir Iran dan dunia, termasuk dari Indonesia.
Salah seorang sosiolog Indonesia, Dr. Muhammad Supraja memandang Imam Khomeini berperan besar mengawal Revolusi Islam hingga berdiri Republik Islam di Iran. Meskipun demikian, bentuk negara tetap diserahkan kepada rakyat melalui mekanisme referendum yang menghasilkan dukungan lebih dari 90 persen rakyat Iran terhadap Republik Islam.
Penulis buku "Menuju Ilmu Sosial Profetik" ini menilai dukungan rakyat dan dimasukannya spirit Islam dalam bentuk negara sebagai kombinasi unik dari Iran, yang membedakannya dengan negara lain. Dengan demikian, Republik Islam lahir dari sinergi demokrasi dan religiusitas.

Meskipun menghadapi berbagai tekanan sanksi dan embargo Barat, tapi Iran tetap bisa membangun dengan caranya sendiri. Dengan berbagai pekerjaan rumah yang masih tersisa, Iran tetap bisa meraih keberhasilan di berbagai bidang, dari ilmu pengetahuan hingga teknologi militer yang selama ini menjadi monopoli negara tertentu saja.
Pengajar sosiologi agama, pendidikan dan ekonomi UGM ini melihat Iran dengan kaca mata optimistik, meskipun hingga kini tetap menjadi sasaran sanksi AS. Menurutnya, Iran masih bisa terus membangun dan meraih cita-citanya sebagaimana dicanangkan Imam Khomeini di masa hidupnya, walaupun harus melewati jalan yang sulit dan terjal.
Dosen sosiologi UGM ini memandang Iran dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya bisa jadi insight sebagai negara yang mengadopsi nilai-nilai Islam sekaligus mengusung demokrasi.
Selengkapnya simak wawancara Jurnalis IRIB Indonesia, Purkon Hidayat, dengan Dr.Muhammad Supraja berikut ini: