Wisata: Jendela Spiritual (13)
(last modified Mon, 08 Oct 2018 07:51:28 GMT )
Okt 08, 2018 14:51 Asia/Jakarta
  • Wisata Literatur dan Sastra
    Wisata Literatur dan Sastra

Ketika sastra suatu bangsa mempengaruhi persepsi pembaca, maka hal ini dapat menjadi motivasi kunjungan ke negara tersebut. Saat ini berbagai cabang pariwisata mulai bermunculan dan salah satunya adalah wisata literatur (Literary Tourism).

Wisata literatur tidak juga dapat disebut sebagai fenemone baru. Di masa lalu sejumlah turis dengan kecenderungan budaya dan kemampuan finansialnya mengunjungi berbagai tempat dan mencatat perjalanan mereka di bukunya. Namun dalam beberapa tahun terakhir model wisata ini semakin populer.

 

Wisata sastra dan literatur munucl dari daya tarik sastra. Di cabang wisata ini perhatian terhadap sastra khususnya sastra klasik menimbulkan nostalgia bagi pecinta jenis sastra ini. Di wisata sastra, berbagai tempat dan lokasi yang berkaitan dengan sastrawan dan penyair sebuah negara atau tokoh yang terkenal di dunia, menjadi tujuan wisata.

 

Biasanya turis sastra dan literatur adalah mereka yang terobsesi dan pengagum karya sastra, puisi dan tulisan para sastrawan besar dan terkenal. Turis jenis ini sangat antusias mengunjungi tampat yang menjadi ilham para penyair dalam menulis karyanya. Bahkan satu tempat atau lokasi yang terkenal karena dicantumkan dalam sebuah karya puisi atau tulisan ramai dikunjugi wisatawan.

 

Unsur konstruktif lain untuk menarik wisawatan adalah digelarnya berbagai festival sastra serta pengenalan berbagai museum yang berkaitan dengan penulis dan penyair seperti Shakespeare's Birthplace di Inggris, Goethe House di Jerman, Museum Dostoevsky di Rusia, Museum Shahriar di Iran.

Kompleks Makam Hafiz Shirazi

 

Wisata sastra merupakan cabang dari wisata budaya dan sebuah aktivitas khusus. Di wisata ini, turis selain memiliki waktu untuk berlibur juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sastranya.

 

Jika kita menerima bahwa puisi adalah penemu yang mampu memperoleh akuisisi baru dari dunia, maka kita akan mencari tahu mengapa nama-nama sastra terkenal seperti Rumi, Attar, Ferdowsi, Baba Taher, Khayyam dan para sastrawan terkemuka Persia lainnya, di samping reputasi nasional dan regional, mereka juga dikenal secara global dan karya mereka sangat dihormati.

 

Setiap untaian syair didendangkan oleh penyair, audiensnya dari berbagai penjuru dunia akan terpesona. Dewasa ini makam para penyair Iran menjadi destinasi wisata baik turis dalam maupun luar negeri. Jika kita menelusuri karya-karya sastrawan besar Persia, kita akan menyadari bahwa dalam pandangan mereka berpetualang dan berwisata memainkan peran siginifikan dalam membentuk identitas dan meraih kehormatan.

 

Dalam perspektif penyair Iran, safar atau bepergian serta berpetualang di muka bumi memiliki dampak besar dalam membentuk kesempurnaan manusia dan memperkokoh individu seseorang. Poin ini dijelaskan sangat halus dalam sastra Persia.

 

Tak diragukan lagi, setiap kali muncul nama sastrawan di muka bumi, banyak turis asing akan berbondong-bondong mengunjunginya. Sama seperti kita mendengar Goethe, penyair Jerman menyebut Hafiz sangat menonjol dan Ralph Waldo Emerson, penulis AS menilai Hafiz adalah satu-satunya manusia yang ingin ia temui. Dengan demikian motivasi para turis untuk mengunjungi kota Shiraz di Iran dan berziarah ke makam penyair besar Hafiz semakin besar.

 

Makam Hafiz di kota Shiraz setiap tahun menjadi tujuan wisatawan dan peziarah baik dari dalam negeri maupun turis asing. Dalam hal ini bukan hanya Hafiz yang memiliki pesona besar bagi para pecinta puisi dan sastra Iran, Saadi, penyair besar Iran lainnya juga menjadi daya terik bagi para pecintanya untuk berkunjung dan berziarah ke makam manusia besar ini.

Makam Saadi, Pujangga besar Iran

 

Dikenal juga sebagai makam Sa'dy atau Sadiyeh, adalah salah satu atraksi wisata utama di Shiraz. Saadi pernah hidup di abad ke 13 namun hasil karyanya tetap dikenang sepanjang abad karena kalimat-kalimat yang disampaikan telah menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia. Kedalaman ide-ide tulisannya tentang nilai-nilai sosial dan moral tidak lengkang dimakan waktu, membuatnya secara luas diakui sebagai salah satu guru besar sastra Persia klasik.

 

Karya Saadi yang paling terkenal berjudul Gulistan atau Taman Bunga, karyanya ini diterjemahkan ke bahasa Prancis pada tahun 1634 dan menjadikan Saadi sebagai penyair Persia pertama yang karyanya diterjemahkan ke bahasa asing.

 

Pemakaman Sa’adi hingga kini tak pernah sepi. Terletak di lokasi seluas dua kali lapangan sepak bola, pemakaman Sa’adi adalah puisi. Puisi dari kumpulan  dua karyanya yang monumental: Bostan dan Golistan.

 

Bostan berarti taman. Golistan bermakna mawar merah. Bostan ia rampungkan pada 1257, ketika ia sudah pulang kampung. Golistan ia tulis setahun kemudian. Ya, pemakaman Sa’adi kini berupa taman yang didominasi mawar merah. Taman yang di sana-sini ditingkahi pohon-pohon tinggi, burung-burung berkicau sepanjang hari, dan suara gemericik air dari kolam dan sungai kecil yang indah.

 

Dari kejauhan puisi-puisi Sa’adi terdengar sayup. Puisi-puisi yang dibacakan silih berganti oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, sastrawan, seniman, dan masyarakat yang sedang berziarah. Puisi-puisi dari ‘Bostan’ berkisah tentang sikap adil, rendah hati, tidak tamak, dan tidak sombong yang harus dipunyai oleh setiap Muslim. Juga prosa dan puisi-puisi pendek dalam Golestan yang mengandung nasihat dan lelucon dari Sa’adi.

 

Makam Sa’adi sendiri berada di sebuah paviliun dengan atap kubah. Dindingnya dihias dengan kaligrafi puisi-puisi Sa’adi. Di bangunan lain di sebelahnya, yang terbuka ke taman, adalah tempat santai masyarakat membacakan puisi-puisinya.

 

Di kota Konya Turki ada komplek makam penyair terkenal Iran Jalaluddin Rumi. Makam Rumi kini dikunjungi satu juta peziarah muslim setiap tahun. Di sinilah tokoh terkemuka dalam tasawuf dan kesusastraan itu menghabiskan sebagian besar usianya hingga wafat.

Makam Jalaluddin Rumi

 

Tak pelak, tempat paling penting untuk dikunjungi di Konya adalah mausoleum Rumi, yang kini menjadi museum. Tempat inilah yang kini menjadi merek dagang kota, dan tempat pertunjukan tarian Samaa atau Whirling Dervishes --karena para Darwis penarinya bergerak melingkar-lingkar-- yang terkenal itu, pada setiap 17 Desember.

 

Terletak di pusat kota, dari kejauhan keanggunan mausoleum itu sudah tampak. Sebuah kerucut hijau besar menghiasi atap gedung tua itu, seakan bersaing dengan kubah dan menara masjid yang tegak di sebelahnya. Kerucut itulah ciri khas bangunan Rumi. Dan di bawah kerucut itulah tepat terletak makam sufi dan sastrawan besar Persia itu. Berdampingan dengan makam Rumi, terdapat makam Sultan Walad, anak sulung Rumi yang mengembangkan orde sufi Whirling Dervishes.

 

Museum itu kecil saja. Mungkin untuk saat ini kehadirannya agak tersaingi oleh masjid di sebelahnya yang dibangun arsitek terkemuka Turki Ottoman (Usmaniyah, red), yaitu Sinan, pada masa pemerintahan Sultan Salim II, abad ke-16.