Okt 31, 2020 19:38 Asia/Jakarta
  • Sayid Abbas Araqchi
    Sayid Abbas Araqchi

Sayid Abbas Araqchi mengatakan saat ini merupakan masa yang sangat sensitif, dan harus segera diambil keputusan untuk mendamaikan Azerbaijan dan Armenia, dan membuka peluang untuk itu. Menurutnya, prakarsa Iran dapat membuka jalan perdamaian.

Utusan khusus presiden Iran, kepada wartawan di Yerevan menuturkan, jumlah korban perang di Nagorno-Karabakh terus bertambah, dan ini sangat disesalkan. Dalam pandangan Iran, jalan perdamaian harus segera dibuka, dan prakarsa Republik Islam Iran dapat membuka jalan ini.
 
Sayid Abbas Araqchi, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Armenia, Zohrab Mnatsakanyan menyampaikan prakarsa damai Iran dan menegaskan, Republik Islam Iran punya kapasitas luas untuk bekerjasama.
 
Araqchi mengatakan, Iran bertetangga dengan Armenia dan Azerbaijan, dan warga kedua negara yang berada di Iran, hidup rukun dan damai bersama warga Iran, dan sikap Tehran selalu adil dan seimbang.
 
Utusan khusus Presiden Iran menambahkan, dalam krisis ini, Tehran meyakini serangkaian prinsip internasional, dan berkomitmen atasnya, dan niat baik serta kapasitas yang dimiliki Iran dapat dimanfaatkan di jalan perdamaian yang kokoh, dan efektif.
 
Namun yang paling penting adalah sudah hampir sebulan konflik bersenjata di Nagorno-Karabakh terjadi, dan pasukan Armenia dan Azerbaijan terus berperang.
 
Keterlibatan pemain asing dari satu sisi, dan tidak adanya keseriusan dari sejumlah pemain lain di sisi lain, menjadi perdebatan baru. Hamid Reza Azizi, peneliti tamu di Lembaga Sains dan Politik Berlin, sekaligus anggota Dewan Ilmu, Yayasan Riset Eurasia percaya bahwa kehadiran pasukan proksi, dan kemungkinan meningkatnya krisis Nagorno-Karabakh serta urgensi keterlibatan Iran, merupakan masalah lain yang menjadi perhatian masyarakat internasional.
 
Sebagian analis politik percaya ketegangan, dan perang antara Azerbaijan dan Armenia untuk memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh saat ini lebih luas dan lebih sengit dari sebelumnya. Beberapa faktor yang menyebabkan berlarut-larutnya konflik ini, pertama dan merupakan faktor paling penting adalah perubahan dalam kemampuan militer negara-negara bertikai.
 
Sebelumnya Armenia lebih unggul dari sisi militer atas Azerbaijan, dan Rusia selalu mendukung Yerevan, namun dalam dua dekade terakhir, banyak peristiwa baru terjadi, pertema Azerbaijan dengan uang hasil penjualan minyaknya berhasil mencapai posisi yang lebih baik daripada Armenia, dan Yerevan tidak punya sumber daya alam yang cukup baik, ia dikepung oleh Turki dan Azerbaijan, dan aksesnya ke luar negeri terbatas.
 
Semua ini menyebabkan Armenia dari sisi ekonomi dan militer lebih lemah dari Azerbaijan, masalah lainnya adalah selama ini Azerbaijan mengalami kemajuan pesat di bidang militer. Salah satu kalkulasi Baku adalah, dalam kondisi sekarang kemungkinan masuknya Rusia dalam konflik perlu diperhatikan lebih serius, dan perkembangan terbaru menunjukkan kalkulasi ini tidak keliru.
 
Faktor lain adalah masuknya Turki ke dalam pusaran krisis, dan pada kondisi saat ini Ankara memainkan kebijakan aktif dan agresif di wilayah-wilayah berbeda mulai dari Mediterania, Kaukasus, hingga Afrika Utara, dan dalam krisis ini Turki memberikan dukungan tanpa syarat kepada Azerbaijan.
 
Semuanya menyebabkan Baku bukan hanya semakin kuat tekadnya untuk mengakhiri krisis demi keuntungannya, bahkan siap melanjutkannya. Azerbaijan menegaskan, selama wilayah kami belum dibebaskan, perang akan terus berlangsung. Masalah ini telah membuat visi mencapai solusi politik menjadi sangat pelik.
 
Upaya Iran untuk mematikan api perang, dan mencegah intervensi negara-negara transregional dapat menjadi dua faktor efektif dalam perdamaian, stabilitas dan keamanan permanen di kawasan Kaukasus, dan kunjungan Araqchi ke Baku, Moskow dan Yerevan dilakukan dalam kerangka ini.
 
Armenia dan Azerbaijan sejak pecahnya perang baru pada 27 September 2020 lalu di Nagorno-Karabakh, masing-masing menuduh melanggar gencatan senjata, dan menyerang satu sama lain, dan intervensi sebagian negara kawasan, dan asing juga telah memperburuk kondisi perang kedua negara ini. (HS)

Tags