Jejak AS dalam Kerusuhan di Iran
Pelaksanaan program reformasi harga bensin di Iran pada 15 November 2019 memicu protes damai di Tehran dan beberapa kota lain, tapi sekelompok perusuh menunggangi aksi ini dengan target merusak fasilitas publik dan pribadi, termasuk bank-bank, pusat layanan darurat, mobil ambulans, dan transportasi umum.
Sayangnya peristiwa pahit ini yang disertai dengan perilaku kekerasan, telah menyebabkan kematian sejumlah orang.
Persoalan ekonomi selalu menjadi salah satu isu paling krusial bagi negara mana pun. Pengalaman banyak negara mencatat bahwa terobosan apapun di sektor ekonomi sering mendapat perlawanan. Sikap ini didasari dari kajian ilmiah atau juga karena kekhawatiran pihak-pihak yang merasa dirugikan atas pelaksanaan sebuah kebijakan.
Tentu saja, pelaksanaan program reformasi harga bensin di Iran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena pendapatan dari kenaikan harga bensin ini dialokasikan untuk membantu masyarakat kelas bawah.
Pelaksanaan program ini juga bertujuan untuk memanajemen konsumsi energi di Iran. Menurut para ahli, pelaksanaan program penting ini seharusnya dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan secara bertahap, karena pelaksanaan serempak akan memicu shock dan reaksi keras di masyarakat. Terlebih tingginya inflasi dalam beberapa tahun terakhir telah menambah kekhawatiran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan ekonomi memiliki dampak pada masyarakat kelas bawah. Contohnya dapat dilihat dalam aksi protes yang meluas dan berbulan-bulan di Prancis. Namun, ketika aksi itu terjadi di Iran, negara-negara Barat menjadikannya sebagai peluang untuk melakukan intervensi politik.
Para pemimpin Eropa rama-ramai mengeluarkan pernyataan interventif dalam menanggapi kerusuhan di Iran. Dalam hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Mousavi menganggap sikap bias mereka sebagai campur tangan dalam urusan internal Iran.
"Mereka lebih baik mengatasi masalah dan kekacauan di dalam negerinya serta mencari cara untuk memulihkan ketidakpuasan yang besar, di mana setiap minggu muncul dalam berbagai bentuk di Eropa," ujarnya.
Abbas Mousavi mengatakan bahwa Eropa pertama-tama harus menjawab alasannya mengikuti arogansi AS dalam menyanksi dan menjalankan terorisme ekonomi terhadap rakyat Iran, kemudian menjelaskan alasan mencampuri dan meneteskan air mata buaya dalam membela para perusuh dan perusak fasilitas publik dan bahkan properti pribadi di Iran.
Pengalaman dalam beberapa tahun terakhir – seperti kerusuhan pasca pemilu presiden 2008 dan protes lain terkait masalah ekonomi – menunjukkan bahwa AS dan musuh-musuh Iran demi mencapai tujuannya, akan memanfaatkan setiap peluang termasuk aksi damai rakyat, sebagai sarana untuk merusak ketenangan masyarakat dan menciptakan krisis.
Tentu saja dibutuhkan waktu untuk mencapai hasil yang diharapkan lewat program perbaikan pola konsumsi energi di Iran. Pemerintah juga perlu mewaspadai gerakan-gerakan yang ingin merusak ketenangan dan keamanan masyarakat.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pernyataan menyinggung aksi protes yang terjadi setelah pemerintah menaikkan harga bensin. "Pemimpin tiga lembaga tinggi negara mengambil sebuah keputusan dengan dukungan para pakar, dan wajar jika keputusan ini harus dijalankan," ujarnya.
"Dalam situasi seperti ini, para penjahat, kubu anti-revolusi, dan musuh Iran beraksi dan mendukung tindakan perusakan dan instabilitas seperti ini. Perusakan seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah dan justru menambahnya dengan munculnya ketidakamanan. Jangan sampai ada yang membantu para penjahat ini. Tidak ada manusia yang berakal dan cinta negaranya akan melakukan pekerjaan seperti itu. Pekerjaan ini adalah tindakan para penjahat, bukan ulah masyarakat biasa," ungkap Ayatullah Khamenei.
Selama dua tahun terakhir, pemerintah AS mencoba menghancurkan ekonomi Iran dengan menarik diri dari kesepakatan nuklir JCPOA dan menerapkan sanksi yang melumpuhkan, tetapi gagal mencapai tujuannya. Setelah sanksinya gagal, Washington berusahan menciptakan kekacauan dengan tujuan merongrong Republik Islam.
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan interventif, mengulangi tuduhan tak berdasar terhadap Iran, dan mendukung segelintir perusuh yang merusak fasilitas publik di beberapa kota Iran dengan dalih kenaikan harga bensin.
Ketua Kelompok Aksi Iran di Departemen Luar Negeri AS, Brian Hook dalam wawancaranya dengan televisi BBC, secara terbuka menyatakan kepuasan atas kerusuhan di Iran.
"Kami mencoba belajar dari protes tahun-tahun sebelumnya, di mana pemerintah Iran tidak mengizinkan para pengunjuk rasa untuk berkomunikasi satu sama lain melalui internet. Ketika saya berada di posisi ini, kami memberikan teknologi kepada orang-orang Iran untuk dapat berkomunikasi satu sama lain selama protes. Kami juga menyediakan jalan pintas ke orang-orang Iran di internet, yang memungkinkan para pemrotes untuk saling terhubung," ujarnya.
Seorang peneliti senior di The Heritage Foundation, Theodore R. Bromund percaya bahwa pemerintahan Trump mengharapkan kebijakannya bekerja di Iran dalam jangka panjang dan pendekatan terbaik dalam hal ini adalah mengadopsi strategi "pengenaan biaya."
"Pendekatan ini berupaya membuat lawan Anda yang kurang kaya mengeluarkan biaya secara tidak proporsional untuk tindakan-tindakan yang tidak Anda sukai, dengan maksud mencegah atau bahkan melelahkan mereka. Seperti yang dilakukan AS di bawah Mikhail Gorbachev - itu baik dan bagus," jelasnya.
Di bidang propaganda media, dua saluran satelit, "Manoto" dan "Iran International" telah memainkan peran kunci dalam memicu kerusuhan, di samping program-program khusus televisi BBC yang disiarkan dari London.
Jelas bahwa ada banyak pandangan yang berbeda, dan kadang ada biaya politik dan sosial dalam melaksanakan reformasi infrastruktur ekonomi. Namun, pelaksanaan sekaligus akan memicu kekhawatiran di masyarakat.
Saat ini tuntutan serius masyarakat Iran kepada pemerintah adalah mengurangi beban hidup mereka dan mengatasi masalah ekonomi. Pemerintah dituntut untuk meningkatkan upayanya demi mengatasi masalah tersebut.
Perlu dicatat bahwa rakyat Iran tidak akan pernah mentolerir ketidakamanan dan kerusuhan, serta tidak akan membiarkan para perusuh memancing di air keruh. Untuk itu, rakyat Iran di berbagai kota turun ke jalan-jalan untuk mengutuk para perusuh dan menyatakan mendukung keamanan negara.
Ratusan ribu warga di kota Zanjan, Tabriz, Lorestan, Gorgan, Shahrekord, Ardabil, Hamedan, Shiraz, Arak, dan berbagai kota lainnya turun ke jalan untuk mengecam para perusuh dan pendukung asing mereka.
Pada Senin kemarin, ratusan ribu penduduk Tehran juga menggelar pawai untuk menegaskan dukungan mereka kepada keamanan negara. Para peserta pawai meneriakkan yel-yel "Mampus Amerika" dan "Mampus Israel" serta mengecam keras para perusuh yang merusak dan membakar fasilitas publik. (RM)