Jan 25, 2023 10:19 Asia/Jakarta
  • 25 Januari 2023
    25 Januari 2023

Hari ini Rabu, 25 Januari 2023 bertepatan dengan 3 Rajab 1444 Hijriah Qamariah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 5 Bahman 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Imam Ali Al-Hadi as GugurSyahid
 
1190 tahun yang lalu, tanggal 3 Rajab 254 HQ, Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as keturunan generasi ke sembilan Rasulullah Saw, gugur syahid.

Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as

Imam al-Hadi as dilahirkan pada tahun 212 Hijriah di sekitar kota Madinah dan berada di bawah bimbingan ayah beliau, Imam Jawad as. Setelah Imam Jawad meninggal, Imam Ali al-Hadi diangkat sebagai imam kaum Muslimin. Salah satu julukan beliau adalah Imam Hadi, yang artinya orang yang memberi petunjuk.
 
Beliau mengajarkan Islam kepada umat Muslim dan menjawab berbagai pertanyaan dan persoalan yang diajukan kepadanya. Di samping itu, Imam Hadi dikenal juga kedermawanannya. Tidak seorang fakir miskinpun yang pergi dari rumahnya dengan kekecewaan. Karena ketinggian ilmu dan kemuliaan akhlaknya itu, Imam Hadi amat dicintai umatnya dan hal ini menimbulkan kedengkian penguasa saat itu, yaitu raja Dinasti Abasiah.
 
Karena itulah beliau akhirnya dibunuh dan gugur syahid.
 
Salah satu di antara hadis Imam Ali al-Hadi as adalah, "Berhati-hatilah terhadap orang yang tidak menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya sendiri."

Syaikh Shamil Meninggal Dunia

152 tahun yang lalu, tanggal 25 Januari 1871, Syaikh Shamil, seorang ulama pejuang di Kaukasus meninggal dunia di Madinah. 

Beliau dilahirkan pada tahun 1797 di Dagestan, sebuah kawasan di Kaukasus utara, di selatan Rusia. Sejak kecil, beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama. Setelah terjadinya perang antara Iran dan Rusia dan dijajahnya Kaukasus oleh Rusia pada awal abad ke-19, rakyat kawasan ini melakukan perlawanan terhadap bangsa Rusia. 

Syaikh Shamil pada tahun 1834 memulai perjuangan bersenjatanya melawan pasukan Tzar Rusia setelah dia terpilih sebagai pemimpin politik dan agama suku-suku Dagestan.

Setelah berkali-kali mengalami kekalahan, tentara Rusia kemudian mengirimkan 50.000 pasukan ke Kaukasus sehingga tahun 1839, perjuangan Syaikh Shamil terpaksa terhenti sementara waktu. Dua tahun kemudian, sekali lagi Syaikh Shamil memulai perjuangannya hingga tahun 1859. Namun akhirnya, karena Rusia memiliki peralatan militer yang lebih lengkap dan maju serta mundurnya sebagian pendukung Syaikh Shamil, perjuangan bangsa Kaukasus kembali dibungkam Rusia dan Syaikh Shamil ditangkap. Di akhir masa kehidupannya, Syaikh Shamil pergi ke Madinah dan meninggal di sana.

Pelaksanaan Pemilu  Presiden Pertama di Iran

43 tahun yang lalu, tanggal 5 Bahman 1358 HS, dilaksanakan pemilu presiden pertama di Iran.

Menyusul pengunduran diri pemerintahan sementara dengan alasan pendudukan Kedutaan Besar (sarang mata-mata) Amerika di Tehran oleh para mahasiswa "Pengikut Garis Imam", Imam Khomeini ra memerintahkan Dewan Revolusi menjalankan roda pemerintahan. Beberapa waktu setelah itu Dewan Revolusi menyelenggarakan pemilu presiden pertama pada 5 Bahman 1358 Hs.

Pemilu Iran

Dalam pilpres ini, Abolhassan Bani Sadr, setelah tinggal selama 15 tahun di Perancis kembali ke Iran dan dengan menyatakan kesetiaannya kepada Revolusi Islam, rakyat dan Imam Khomeini ra, ia berhasil terpilih sebagai presiden Iran dengan mengantongi 76 persen suara. Sebagai presiden pertama Iran dan panglima tertinggi militer membuat Bani Sadr kehilangan identitas aslinya. Dengan kekuasaan yang dimilikinya Bani Sadr menjadikan dirinya poros kekuatan negara dan mulai sibuk menumpas siapa saja yang menentangnya.

Kondisi ini terus berlanjut dan lambat laun akhirnya ia mulai melawan para revolusioner dan nilai-nilai Revolusi Islam. Beberapa waktu setelah dimulainya Perang Pertahanan Suci, gesekan yang ada ini ternyata tidak juga berakhir, sekalipun Imam Khomeini ra telah berusaha menjadi penengah.

Selama itu pula, para pendukung Bani Sadr mulai menebar kekacauan dan berusaha menciptakan instabilitas nasional. Sementara di sisi lain, Bani Sadr berusaha mengusir para penentangnya dari pusat kekuasaan demi memperkokoh posisinya.

Kerjasama Bani Sadr dengan Kelompok Munafikin Khalq (MKO), menyebarkan aksi-aksi kekerasan, lambat dalam mempertahankan daerah-daerah perbatasan Iran dan tidak berusaha melawan agresi rezim Baath Irak dalam Perang 8 Tahun memunculkan rencana mosi tidak percaya atas kelayakan Bani Sadr di parlemen. Draf ini akhirnya disetujui oleh parlemen.

Sementara itu, Imam Khomeini ra pada 20 Khordad 1360 Hs mencabut kembali mandatnya yang menetapkan Bani Sadr sebagai Panglima Tertinggi Militer. Akhirnya, Parlemen Iran dalam voting yang dilakukan menyepakati draf ketidaklayakan politik Bani Sadr dan Imam Khomeini ra pada 1 Tir 1360 Hs. Sejak saat itu, Bani Sadr semakiin dekat kelompok teroris MKO yang berujung pada gugur syahidnya para pejabat tinggi Iran. Bani Sadr meninggalkan Iran dengan berdandan sebagai seorang wanita bersama pemimpin kelompok teroris MKO melarikan diri dari Iran menuju Perancis.

Setelah kejadian itu, rakyat Iran kembali menuju tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilu presiden dan dengan suara mayoritas Mohammad Ali Rajai terpilih sebagai presiden Iran kedua.