Aug 10, 2016 19:52 Asia/Jakarta

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei bertemu dengan masyarakat Iran dari berbagai provinsi untuk menjelaskan beberapa topik penting di Tehran, Senin (1/8/2016). Pada bagian pertama pidatonya, Rahbar menyinggung perjanjian nuklir Iran dengan Kelompok 5+1 atau yang dikenal dengan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Menurutnya, JCPOA sebagai sebuah pengalaman, kembali membuktikan kesia-siaan negosiasi dengan Amerika Serikat, inkonsistensi mereka, dan perlunya unt

Rahbar menekankan pentingnya mengandalkan kapasitas nasional sebagai satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Perjanjian nuklir membuktikan bahwa jalan mencapai kemajuan negara dan memperbaiki kondisi hidup masyarakat adalah fokus pada kapasitas dalam negeri dan bukan mengandalkan musuh, yang selalu menghalangi Iran di Timur Tengah dan dunia.

Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei memaparkan tentang situasi ekonomi Iran, JCPOA, dan isu-isu regional. Beliau menyambut hangat kehadiran masyarakat dari berbagai provinsi dan menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke Tehran. Pertemuan dengan Rahbar dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Quran dan kemudian beliau memberi penjelasan singkat terkait ayat yang dibaca pada pertemuan itu.

"Ayat-ayat suci al-Quran akan selalu membawa berkah dan maknawiyah. Ayat tadi menerangkan tentang sikap tegas dan jelas umat Islam ketika menghadapi kesulitan. Ia menjadi penerang jalan umat ketika digulung oleh himpitan zaman. Dalam surat al-Ahzab ayat 23, Allah Swt berfirman, "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),"' jelas Ayatullah Khamenei.

Menyambut datangnya bulan Dzulkaidah, Rahbar menerangkan bulan ini adalah salah satu dari empat bulan haram yang ditetapkan Allah Swt. Berdasarkan ajaran Islam, kaum Muslim diminta untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt pada bulan-bulan haram. Kaum Muslim diminta mempersiapkan diri untuk memasuki medan-medan yang sulit dan penting kehidupan.

Keempat bulan haram tersebut adalah Muharram, Rajab, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah, di mana melarang segala bentuk pertikaian dan peperangan selama bulan haram. Meski demikian, jika umat Islam menghadapi serangan dari pihak lain, mereka berkewajiban untuk membela diri.

Pelarangan perang dan pertikaian di bulan-bulan haram memiliki banyak alasan dan salah satunya adalah mengakhiri pertempuran panjang dan mengajak kepada perdamaian dan ketenangan. Ketika pasukan meninggalkan medan perang selama empat bulan, mereka punya kesempatan untuk berpikir dan memperbesar peluang untuk mengakhiri perang secara permanen. Dalam sejumlah riwayat, bulan Dzulkaidah adalah bulan dikabulkannya doa, dzikir, dan ampunan.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menuturkan, pengalaman Iran mencapai perjanjian nuklir dengan Kelompok 5+1 termasuk AS adalah contoh nyata tidak dapat dipercayanya musuh. Beliau menambahkan, "Enam bulan setelah pelaksanaan JCPOA, sama sekali tidak terlihat dampak nyata dan konkrit dalam kondisi kehidupan masyarakat, padahal JCPOA secara prinsip untuk mengangkat sanksi, untuk menghapus sanksi-sanksi yang tidak adil."

"Sekitar dua tahun yang lalu, kami mengatakan rakyat Iran akan mengawasi pembicaraan nuklir dengan negara-negara Barat dan menguji apakah AS akan berkomitmen dengan janji-janjinya, tapi sekarang jelas bahwa mereka masih terus menyusun konspirasi meskipun melontarkan janji," tambahnya.

Pengalaman ini, tegas Rahbar, mengajarkan kita bahwa kita dalam persoalan apapun tidak dapat berunding dengan AS sebagai sebuah pihak yang bisa dipercaya. Manusia kadang berbicara dengan musuh, tetapi musuh yang berkomitmen dengan ucapannya dan memegang janjinya, maka masih bisa berunding dengan musuh seperti ini. Namun, ketika sudah terbukti bahwa musuh sama sekali tidak memperhatikan janji-janjinya dan melanggarnya, maka musuh seperti ini tidak bisa diajak berunding.

Rahbar menilai sebutan "Syaitan Besar" untuk AS oleh Imam Khomeini ra sebagai ungkapan yang tepat dan luar biasa, karena berdasarkan ayat-ayat al-Quran, perbuatan mengingkari dan melanggar janji termasuk dari ciri-ciri syaitan.

Dalam surat Ibrahim ayat 22, Allah Swt berfirman, "Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, 'Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.' Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih."

Rahbar kembali menekankan tentang pentingnya memperhatikan kapasitas nasional untuk mengatasi masalah ekonomi Iran. Menurutnya, Iran perlu menghidupkan unit-unit usaha kecil dan menengah, mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan, membudayakan konsumsi produk dalam negeri, dan memerangi penyelundupan untuk menciptakan lapangan kerja dan menggairahkan ekonomi.

Ayatullah Khamenei menilai kunjungan para delegasi ekonomi Barat ke Iran dalam satu tahun terakhir, tidak berguna, karena tujuan mereka adalah menguasai pasar Iran, bukan untuk melakukan investasi dan transfer teknologi. Beliau juga menegaskan pentingnya memberantas korupsi dan hedonisme demi memperbaiki kondisi ekonomi.

Berbicara tentang kemajuan Iran di berbagai sektor setelah Revolusi Islam, Rahbar mengatakan, "Sampai sekarang kita masih jauh dari kondisi ideal dan adil yang diinginkan Islam dan jarak ini harus dipangkas." Rahbar menjelaskan bahwa jalan untuk mencapai titik ideal adalah bersandar pada kapasitas dalam negeri dan kemampuan bangsa Iran sendiri. Lebih dari 30 persen populasi Iran saat ini adalah pemuda antara 20-35 tahun dan semua lini siap untuk bergerak dan mencapai kemajuan.

Pada bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan, terungkapnya kontak langsung antara Arab Saudi dan rezim Zionis Israel adalah belati yang menikam umat Islam dari belakang. Namun, tegasnya, tangan AS juga ada di tengah itu dan pemerintah Saudi – karena mengikuti dan tunduk pada AS – melakukan kesalahan besar ini, seperti kejahatan rezim Al Saud di Yaman terhadap perempuan dan anak-anak serta warga tak berdosa.

Arab Saudi, ujar Rahbar, juga menumpas rakyat Bahrain dengan dukungan AS dan senjata Amerika. Menurutnya, kejahatan dan kekejaman agresi pemerintah Saudi dan pengeboman di Yaman harus dianggap sebagai bagian dari kejahatan mereka. Sayangnya, PBB bahkan gagal mengutuk kejahatan ini di bawah suap, ancaman, dan tekanan. Ayatullah Khamenei menegaskan, "Sekjen PBB harus mengakui tekanan ini tapi bukan hanya mengakui, ia harus mundur, namun ia masih tetap berkantor dan melanjutkan pengkhianatan terhadap kemanusiaan."

Menyinggung peran AS dalam menciptakan kelompok-kelompok teroris di kawasan, Ayatullah Khamenei menandaskan, AS mengklaim bahwa mereka telah membentuk koalisi untuk memerangi kelompok teroris Takfiri, tetapi dalam prakteknya mereka mendukung teroris. Beliau menambahkan, "Beberapa pejabat Amerika mengakui bahwa mereka telah membantu Daesh, menciptakan perselisihan di tengah umat Islam, dan mempromosikan Islam Bani Umayyah."

"Maksud dari Islam Umawi adalah Islam Wahabi dan Takfiri. Sebuah Islam yang sangat jauh dari Islam hakiki. Mereka dengan cara ini telah merusak citra Islam," tegas Ayatullah Khamenei.

Berbicara tentang klaim-klaim Amerika, Ayatullah Khamenei mengatakan, "AS mengaku ingin menyelesaikan masalah regional, tetapi mereka sebenarnya bertindak sebaliknya. Mereka sendiri adalah pemicu krisis atau pihak yang memperburuk krisis, mereka menghalangi penyelesaian krisis. Jika Barat tidak melakukan intervensi, bangsa-bangsa regional akan memecahkan masalahnya sendiri."

Rahbar kembali menyeru negara-negara Islam kepada persatuan dan mengingatkan mereka untuk tidak percaya pada musuh. AS tidak bisa dipercaya dan memandang sekutu-sekutunya sebagai instrumen untuk melindungi Israel dan menjaga kepentingannya di kawasan. (RM)

 

Tags