Lintasan Sejarah 12 Maret 2019
Hari ini, Selasa 12 Maret 2019 bertepatan dengan 5 Rajab 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 21 Isfand 1397 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.
Abu Yusuf Yaqub bin Ishaq Gugur Syahid
1196 tahun yang lalu, tanggal 5 Rajab 244 HQ, Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq yang terkenal dengan nama Ibnu Sikkit, ilmuwan dan ahli bahasa terkemuka muslim, gugur syahid akibat dibunuh oleh salah satu penguasa Dinasti Abasiah.
Ibnu Sikkit dilahirkan di Khozestan di barat daya Iran dan kemudian bersama keluarganya pergi ke Baghdad.
Di sana, ia belajar kepada ulama-ulama terkemuka pada zaman itu. Kemasyhuran Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq menyebabkan khalifah Mutawakil memintanya untuk mengajar anaknya. Namun, karena Ibnu Sikkit mengajarkan kecintaan terhadap Ahlul Bait Rasulullah, khalifah Mutawakil akhirnya membunuhnya.
Ibnu Sukait meninggalkan lebih dari 20 jilid buku yang di antaranya berjudul "Islahul Mantiq" dan sebuah buku kumpulan syair.
Imam Khomeini Larang Rakyat Ikut Partai Rastakhiz
44 tahun yang lalu, tanggal 21 Isfand 1353 HS, Imam Khomeini ra mengeluarkan pesan yang melarang rakyat mengikuti partai Rastakhiz.
Shah Iran akhirnya membentuk partai Shahanshahi Rastakhiz pada 11 Isfand 1353 HS (2 Maret 1975), dan mengajak rakyat agar menjadi anggota partai yang dibentuknya. Rezim Shah bahkan mengancam mereka yang tidak ingin menjadi anggota partai ini agar keluar dari Iran.
Imam Khomeini ra yang saat itu berada di Najaf, Irak mengeluarkan pesan pada 21 Isfand 1353 HS (12 Maret 1975) yang isinya mengharamkan rakyat Iran untuk menjadi anggota partai Rastakhiz dan menyebut mereka yang menjadi anggota ini sebagai upaya untuk menghancurkan umat Islam.
Dalam pesannya, Imam Khomeini ra menulis, "Dengan mencermati bahwa partai Rastakhiz menolak Islam dan maslahat umat Islam di Iran, maka mengikuti partai ini haram agi seluruh bangsa dan sama dengan membantu untuk menghancurkan muslimin. Menolak partai ini merupakan contoh paling jelas nahi anil mungkar."
Perdana Menteri Serbia Dibunuh Mafia
16 tahun yang lalu, tanggal 12 Maret 2003, Perdana Menteri (PM) Serbia, Zoran Djindjic, tewas ditembak seorang penembak gelap saat tengah berjalan menuju gedung pemerintah di Beograd.
Sebelumnya, dia beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan. Djindjic tewas dengan satu luka tembakan di jantungnya. Salah seorang pengawalnya juga terluka akibat terkena tembakan di perut namun berhasil selamat.
Sejak menjabat perdana menteri Serbia pada 25 Januari 2001, Zoran Djindjic banyak dihujat kelompok garis keras Serbia akibat kebijakannya yang pro-Barat.
Alhasil, banyak warga Serbia, terutama simpatisan sayap kanan, yang memandang Djindjic sebagai pengkhianat. Penyandang gelar doktor dalam bidang filsafat tersebut dianggap terlalu tunduk terhadap kepentingan Barat.
Kebijakan dalam negeri Djindjic yang reformis dan terbuka juga tidak disukai tokoh-tokoh Serbia, terutama kalangan mafia. Djindjic dipandang mengancam keberadaan organisasi mafia di Serbia, yang sejak pecahnya perang Balkan pada awal tahun 1990-an, mendominasi kehidupan politik dan ekonomi di negara tersebut.
Akibatnya, berkali-kali organisasi mafia dan lawan politik Djindjic di Serbia berusaha membunuh mantan aktivis mahasiswa tersebut. Usaha mereka baru berhasil pada 12 Maret 2001 setelah Zvezdan Jovanovic, seorang anggota mafia, menembak mati Djindjic saat akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Swedia, Anna Lindh.
Menurut hasil investigasi polisi, Jovanovic menembak Djindjic atas perintah Milorad Ulemek, tokoh mafia paling terkenal di Serbia. Ulemek adalah mantan komandan polisi khusus Yugoslavia di bawah Presiden Milosevic.
Atas kejahatannya tersebut, pengadilan menjatuhkan hukuman penjara 40 tahun kepada Milorad Ulemek. Sebelas anak buah Ulemek, termasuk Jovanovic juga diganjar hukuman oleh pengadilan Serbia.