Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (102)
-
Royan Institute Iran
Para peneliti di Royan Institute, Iran baru-baru ini menciptakan sel-sel pembentuk insulin di laboratorium yang bisa membuka jalan pengobatan penyakit diabetes.
Diabetes adalah sejenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang merusak sel-sel pada Pulau Pankreas sehingga mengakibatkan penurunan proses pelepasan insulin dan meningkatnya kadar gula darah.
Meski insulin bisa dilepaskan namun penyesuaian gula darah secara akurat pada pasien tidak mungkin dilakukan, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan sejumlah efek samping seperti kardiovaskular, gangguan ginjal, gangguan penglihatan, luka di kaki dan lainnya, yang dalam beberapa kasus mengancam jiwa pasien.
Untuk mengatasi masalah ini, pengangkatan Pulau Pankreas dari penderita mati otak dan transplantasi ke penderita diabetes dapat dijadikan sebagai salah satu metode pengobatan, namun minimnya pendonor menyebabkan metode ini tidak bisa disebarluaskan.
Produksi gen-gen pembentuk insulin di laboratorium dapat menutupi kekurangan pendonor, dan membuka kemungkinan tersebarnya metode ini, akan tetapi produksi gen pembentuk insulin yang efektif di laboratorium, sulit dan memakan biaya besar, dan transplantasinya berhadapan dengan sejumlah masalah seperti ketersediaan oksigen yang cukup.
Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, para peneliti di Royan Institute melakukan diferensiasi pada sel induk pluripoten manusia ke gen prekursor pankreas, sel punca mesenkimal dan sel endotel. Kemudian ketiga kategori sel tersebut pada kondisi khusus dan dengan rasio yang spesifik, ditanam berdampingan.
Ketiga sel tersebut dengan sendirinya tersusun menjadi bentuk tiga dimensi dan koheren. Setelah itu pseudo-texture atau jaringan semu yang diproduksi di laboratorium ditransplantasi ke binatang sampel uji coba sehingga bisa dikaji kemungkinan menciptakan pembuluh nadi atau arteri dan produksi insulin.
Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan produksi pseudo-texture pembentuk insulin dalam waktu yang pendek, dengan biaya yang terjangkau di laboratorium, dan setelah melalui sejumlah banyak penelitian lanjutan, metode ini dapat digunakan untuk mengobati para penderita diabetes. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah The Journal of Cellular Physiology.
Pelajar Iran memenangkan juara pertama dalam International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) tahun 2018 yang diselenggarakan di Cina, dengan merebut enam medali emas dan tiga perak.
Menurut keterangan Ketua Pusat Pengembangan Potensi Unggul dan Peneliti Muda Iran, tim Iran yang terdiri 9 pelajar peneliti dan 4 pembimbing, berpatisipasi dalam dua kelompok di olimpiade ini.
Kelompok pertama dengan raihan 5 medali emas, berhasil menduduki peringkat pertama, dan kelompok kedua yang terdiri dari 4 pelajar peneliti, berhasil merebut satu medali emas dan tiga perak.
Pada olimpiade sebelumnya tahun 2017 di Thailand, Iran berhasil merebut satu medali emas, tiga perak dan satu perunggu, dan menduduki peringkat ketiga.
Para peneliti di laboratorium biokimia fisika, BCL, Universitas Tehran, berhasil merancang dan memproduksi alat deteksi berbagai jenis daging yang dikonsumsi manusia.
Dewasa ini seiring bertambahnya produksi dan ragam makanan olahan, identifikasi jenis daging konsumsi termasuk yang menjadi perhatian masyarakat.
Selain itu, perusahaan-perusahaan pengolah daging juga perlu membuka laboratorium berstandar sehingga bisa mendapatkan izin menjual produk-produknya dan bersaing di pasar dunia.
Sehubungan dengan hal ini, penggunaan metode deteksi spesies molekuler hidup dalam pengolahan daging dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam hal ini.
Dengan menggunakan metode-metode yang berlandaskan pada bioteknologi molekuler keberadaan sejumlah kecil senyawa pada produk-produk olahan makanan, dapat dideteksi.
Masalah terpenting adalah kecurangan dalam penjualan daging yang belum diolah atau yang sudah menjadi makanan olahan.
Berbagai faktor juga turut mempengaruhi penerimaan konsumen atas produk daging di antaranya sumber, harga, faktor agama, sistem produksi dan tingkat kesehatan.
Pada alat ini, untuk mendeteksi jenis daging, digunakan metode genetik yang selain cepat dan akurat, juga bisa mendeteksi jenis makanan olahan seperti hamburger, sosis, Luncheon Meat, kebab dan yang lainnya.
Metode ini didasarkan pada DNA mitokondria yang memiliki laju mutasi lebih tinggi dan terdapat dalam setiap gen, dan jarang sekali mengalami rekombinasi genetika, selain mengingat kelangkaannya, ia dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai spesies.
Para peneliti Cina berhasil menciptakan Matahari buatan dengan kekuatan 100 juta derajat celcius.
Perangkat Tokamak HL-2M atau matahari buatan dirancang untuk mereplikasi proses fusi nuklir yang terjadi secara alami pada Matahari dan bintang untuk menghasilkan energi.
Ini merupakan bagian dari sebuah proyek untuk mengubah hidrogen ke energi terbarukan dan hemat biaya. Suhu elektron matahari buatan ini telah mencapai 100 juta derajat celcius, angka ini diperlukan untuk mempertahankan fusi nuklir.
Saat ini para ilmuwan dunia juga dikabarkan tengah bersaing untuk menciptakan fusi nuklir nyata dunia.
Proyek ini diduga bisa membuka peluang diciptakannya sumber energi bersih tanpa batas yang diklaim para ilmuwan dapat menyelamatkan bumi dari bahaya perubahan iklim.
Para ilmuwan Hefei Institute of Physical Science mengumumkan, suhu elektron Matahari buatan ini mencapai 100 juta derajat celcius, sementara suhu Matahari yang asli adalah 15 juta derajat celcius.[]