Apr 04, 2020 19:19 Asia/Jakarta

Sirous Asgari, seorang ilmuwan dari Republik Islam Iran telah dibebaskan dari tuduhan-tuduhan yang didakwakan oleh pengadilan Amerika Serikat, namun anehnya, pemerintah negara ini masih memenjarakannya.

Asgari ditahan di penjara yang kotor dan sesak di tengah-tengah penyeberan virus Corona (COVID-19) yang tak terkendali di Amerika.

Penyebaran virus Corona di AS begitu cepat sehingga membuat negara ini berada di urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak di antara negara-negara dunia.

Data yang dirilis pada Jumat pagi, 3 April 2020, 261.438 warga Amerika terinfeksi Covid-19, dan 6.699 dari mereka meninggal dunia.

Asgari adalah seorang profesor di bidang Ilmu material atau Teknik Material (Ilmu Bahan). Dia dibebaskan pada bulan November lalu atas tuduhan mencuri rahasia dagang terkait dengan pekerjaan akademiknya dengan sebuah universitas di Ohio.

Meskipun tuduhan telah dihapus, namun Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) telah membuatnya ditahan tanpa batas waktu sejak persidangan. Asgari kepada the Guardian mengungkapkan perlakuan "tidak manusiawi" di penjara yang bisa merenggut nyawanya.

Menurutnya, fasilitas penampung yang dikelola ICE di Alexandria, Louisiana, tidak memiliki praktik pembersihan dasar di tempat dan terus menampung tahanan baru dari seluruh negeri tanpa strategi untuk meminimalkan ancaman penularan Covid-19.

Dalam panggilan telepon dari Alexandria Staging Facility (ASF), Asgari mengatakan bahwa dia yakin satu-satunya pilihan yang aman adalah menutup fasilitas itu karena kondisinya yang menyedihkan.

ASF adalah tempat penampungan dengan 400 tempat tidur di mana orang-orang seharusnya ditahan tidak lebih dari 72 jam, dan biasanya menjadi pemberhentian terakhir sebelum mereka dideportasi.

Asgari menambahkan, ICE telah menahan orang selama berhari-hari di ranjang susun berdampingan dengan pendatang baru yang mungkin telah terkena virus Coovid-19.

Profesor di Universitas Teknologi Sharif Tehran itu tiba di ASF pada 10 Maret  dan telah berusaha untuk secara sukarela "self deport" ke Iran. Namun ICE menolak untuk mengizinkannya terbang pulang atau untuk sementara dibebaskan dengan keluarganya di AS.

Asgari menuturkan, cara ICE memandang orang-orang ini bukanlah seperti mereka memandang sebagai manusia, tetapi sebagai benda yang harus disingkirkan.

"Cara mereka telah memperlakukan kami benar-benar menakutkan. Saya tidak berpikir banyak orang di AS tahu apa yang terjadi di dalam kotak hitam ini," ujarnya.

Ilmuwan Iran itu menjelaskan, tidak ada cukup makanan, dan hanya ada satu makanan panas pada jam 5 sore dan dua kali lebih kecil saat sarapan dan makan siang, serta tidak ada cara untuk membeli makanan lain. Ada enam kamar mandi dan orang-orang kesulitan membersihkan diri, dan bahkan tidak bisa mengakses pakaian bersih.

Asgari lebih lanjut mengatakan, kondisi di fasilitas tersebut tidak layak untuk masa tinggal jangka panjang. Tahanan baru dibawa masuk setiap saat, di mana ini artinya tidak mungkin untuk bisa tidur, bahkan ada hingga 100 orang di ranjang susun di satu kamar. Saya kesulitan untuk istirahat dan sekarang memiliki gangguan tidur.

Menurut the Guardian, situasi di fasilitas tersebut sangat mengkhawatirkan bagi Asgari, yang berisiko terkena pneumonia jika terinfeksi penyakit dan virus seperti Covid-19 dan mencapai paru-parunya.

"Saya tidak berpikir saya akan bertahan hidup," kata Asgari ketika menyinggung kemungkinan tertular Covid-19.

Menurut para Advokat, kasus Asgari sangat meresahkan mengingat tidak ada pembenaran hukum atau logika untuk penahanannya yang berkelanjutan.

Asgari tiba di AS pada tahun 2017 bersama istrinya dan dengan paspor dan visa yang sah tetapi pada saat kedatangan dia dituntut oleh pemerintah AS karena dugaan pelanggaran hukum atas sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran. (RA)

Tags