Jun 30, 2020 09:21 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 30 Juni 2020

Daru Quthni Meninggal Dunia

1056 tahun yang lalu, tanggal 8 Dzulqadah 385 HQ, Ali bin Umar Daru Quthni, seorang penulis yang ahli hadis dan fiqih muslim, meninggal dunia di kota Bagdad.

 

Setelah menempuh pendidikan dasarnya, Daru Quthni melakukan perjalanan ke Mesir dan Suriah untuk mencari ilmu.

 

Selain menguasai hadis dan fiqih, Daru Quthni juga mahir di bidang sastra dan syair.

 

Di antara karya-karya yang ditinggalkan Daru Quthni adalah kitab kumpulan hadis Rasulullah, berjudul "Sunan Daru Quthni." Karyanya yang  lain berjudul "al-Mukhtalif wal Mu'talaf".

 

Ayatullah Sayid Hassan Mousavi Bojnourdi Wafat

 

45 tahun yang lalu, tanggal 10 Tir 1354 HS, Ayatullah Sayid Hassan Mousavi Bojnourdi meninggal dunia di usia 80 tahun di kota Najaf dan dimakamkan di sisi gurunya Sayid Abolhassan Isfahani.

 

Sayid Ulama wa Mujtahidin Ayatullah Mirza Hassan Mousavi Bojnourdi yang dikenal dengan Sayid Agha Bozourg lahir di sebuah desa Bojnourd, provinsi Khorasan dan besar di sana. Setelah itu beliau pergi ke Mashad dan belajar ilmu-ilmu aqli dan naqli dari guru-guru besar seperti Sheikh Agha Bozourg Hakim, Mirza Mohammad Ayatullahzadeh Khorasani dan Adib Neishabouri awwal.

 

Menginjak usia 27 tahun, Sayid Agha Bozourg pergi ke Najaf, Irak untuk melanjutkan pendidikan agamanya. Di sana beliau belajar pada guru-guru besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani, Mirza Naini dan Agha Dhiyauddin al-Iraqi. Sayid Agha Bozourg terkenal memiliki hapalan yang luar biasa dan penguasaannya sangat luas akan sastra Persia dan Arab, filsafat, teologi, tafsir, hadis, fiqih dan ushul fiqih. Dengan kemampuannya ini, beliau segera disejajarkan dengan pengajar dan mujtahid Najaf.

 

Setelah meninggalnya Ayatullah Boroujerdi pada 1340 Hs, beliau menjadi marji terbesar Syiah di seluruh dunia, tapi beliau mengesampingkan posisi itu karena beliau merasa dirinya sebagai seorang filsuf yang bebas dan faqih yang punya kebebasan berpikir. Dengan penuh kesederhanaan, beliau memilih menjadi peneliti, penulis dan pengajar.

 

Ayatullah Bojnourdi menciptakan metode baru untuk pendidikan mujtahid dan sebagai dasarnya beliau mengusulkan kaidah fiqih. Setelah menjelaskan dalil dan sejarah terbentuknya kaidah itu, beliau lalu menerapkannya dalam kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini sangat berperan besar dalam proses pendidikan dan kemajuan seorang calon mujtahid. Beliau kemudian mengumpulkan metode ini dalam sebuah buku al-Qawaid al-Fiqhiyah dalam 7 jilid. Buku ini merupakan referensi terpenting dan terperinci mengenai Kaidah Fiqih Syiah yang pernah ditulis selama ini.

 

Kuliah Ayatullah Bojnourdi di Najaf dihadiri banyak ulama dan beliau sendiri memiliki hubungan dengan pusat-pusat keilmuan dunia Islam seperti Universitas al-Azhar, Mesir. Beliau meninggalkan banyak karya tulis tak ternilai seperti Qaulnaqi al-Hikmah yang terhitung sebagai syarah terbaik buku al-Asfar al-Arba'ah Mulla Sadra, Muntahal Ushul, catatan pinggi buku al-Urwah al-Wutsqa dan Dzakhirah al-Ma'ad.

 

Kudeta Jenderal Omar Hassan Ahmad Al-Bashir

 

31 tahun yang lalu, tanggal 30 Juni 1989, Jenderal Omar Hassan Ahmad al-Bashir melakukan kudeta tanpa pertumpahan darah untuk menggulingkan pemerintahan Sadiq al-Mahdi.

 

Sadiq al-Mahdi sendiri meraih kekuasaan melalui kudeta terhadap Presiden Jaafar al-Numeiry.

 

Sudan merdeka dari penjahahan bersama Inggris dan Mesir pada tahun 1956 dan pemerintahan di negara itu silih berganti digulingkan oleh kudeta. Tahun 1969, Kolonel Numeiry melakukan kudeta dan memimpin Sudan selama 16 tahun kemudian. Presiden Numeiry pada tahun 1983 memproklamasikan Sudan sebagai Republik Islam. Namun, berbagai krisis dan demonstrasi terus mengguncang pemerintahannya.

 

Akhirnya, tahun 1985, Numeiry dikudeta oleh Jenderal al-Dahab yang kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Sadiq Al-Mahdi. Tahun 1989, Sadiq Al-Mahdi pun dikudeta oleh Jenderal Omar Hassan Ahmad al-Bashir.