Lintasan Sejarah 17 Oktober 2020
Mirza Abdul Qasim Farahani Meninggal Dunia
191 tahun yang lalu, tanggal 29 Shafar 1251 HQ, Mirza Abdul Qasim Qaim Maqam Farahani, seorang penulis dan politikus Iran periode Qajar, meninggal dunia akibat dibunuh.
Mirza Qaim Maqam Farahani merupakan putra mahkota Dinasti Qajar dan kemudian diangkat menjadi penasehat Shah Muhammad. Ia banyak melakukan reformasi dalam berbagai bidang di Iran. Namun, para lawan politiknya dan imperialis asing melihat bahwa kebijakan yang diambil Farahani membahayakan kepentingan ilegal mereka, sehingga mereka merencanakan pembunuhan atas Farahani.
Farahani banyak meninggalkan karya penulisan, di antaranya berjudul "Mansha`at", "Jalayer Nameh" dan "Kumpulan Syair".
Negara Arab Pengekspor Minyak Embargo Amerika dan Inggris
47 tahun yang lalu, tanggal 17 Oktober 1973, negara-negara arab produsen minyak memulai embargo minyaknya terhadap Amerika, Inggris, dan negara-negara lain yang menjual minyaknya kepada Israel.
Embargo ini dilakukan karena Amerika dan Inggris memberikan bantuan militer secara besar-besaran kepada Zionis Israel dalam perang antara rezim ini dengan Suriah dan Mesir yang dimulai pada tanggal 6 Oktober tahun itu.
Sehari setelah pengumuman dinaikkannya harga minyak oleh OPEC, negara-negara Arab mengumumkan embargonya terhadap Amerika, Inggris, dan Israel. Akibatnya, harga minyak menjadi semakin tinggi. Negara-negara Barat mendapat kesulitan besar akibat embargo ini dan periode ini disebut sebagai "Oil Shock".
Pada bulan Maret 1974, embargo ini ditarik kembali setelah Menlu AS, Henry Kissinger berhasil menegoisasi perjanjian gencatan senjata antara Israel dan suriah. Peristiwa ini membuktikan bahwa sesungguhnya negara-negara Timur Tengah memiliki senjata yang kuat untuk menekan AS dan Barat pada umumnya agar tidak terus melindungi rezim Zionis.
Syahid Mohammad Rajaee Berpidato di Depan Majelis Umum PBB
40 tahun yang lalu, tanggal 26 Mehr 1359 HS, Syahid Mohammad Rajaee, Perdana Menteri Republik Islam Iran saat itu, menyampaikan pidatonya di depan Majelis Umum PBB.
Dalam pidatonya itu, Mohammad Rajaee menyampaikan kritikannya terhadap perang yang dipaksakan oleh rezim Irak kepada Iran. Selain itu, beliau juga membicarakan masalah penting dunia lainnya seperti penjajahan Palestina oleh rezim Zionis Israel, dan politik busuk yang diterapkan negara-negara imperialis di seluruh dunia.
Setelah menyampaikan pidato tersebut, wakil-wakil dari Amerika meminta untuk bertemu dengan Syahid Rajaee, namun beliau menolaknya karena politik kriminal Amerika di seluruh dunia.