Okt 27, 2020 16:45 Asia/Jakarta

Rusia dan China mengecam Amerika Serikat karena mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap negara mana pun yang berdagang senjata dengan Republik Islam Iran. Berdasarkan resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB, embargo senjata terhadap Iran berakhir pada Minggu, 18 Oktober 2020.

Rusia dan China pada hari Senin, 19 Oktober 2020 mengecam AS atas ancamannya untuk mengenakan sanksi terhadap negara-negara yang berurusan dengan Iran, terutama atas senjata.

"Pendekatan yang salah lagi. AS memainkan peran sebagai 'polisi dunia', menggantikan Dewan Keamanan PBB adalah peran yang tidak diinginkan, " kata Deputi Perwakilan Tetap Pertama Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy dalam tweetnya.

Tweet Polyanskiy menanggapi tweet Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang menargetkan entitas daratan-China dan Hong Kong terkait dengan Jalur Pengiriman Republik Islam Iran.

"Peringatan kami jelas: Jika Anda berbisnis dengan IRISL atau anak perusahaannya, Anda berisiko terkena sanksi AS," tulis Pompeo.

Polyanskiy menambahkan, kami sedang melakukan dan akan berbisnis dengan Iran dan bukan terserah AS untuk memberi tahu kami atau orang lain apa yang dapat atau tidak dapat mereka lakukan.

"Berhentilah mempermalukan AS dalam usaha sia-sia ini!" pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Menlu Rusia Sergey Ryabkov dalam statemen terbaru juga mengomentari berakhirnya embargo senjata PBB terhadap Iran.

"Kerja sama di bidang militer-teknis Rusia-Iran akan berlanjut tergantung pada [kebutuhan] para pihak dan kesiapan bersama. untuk [melakukan] kerja sama semacam itu dengan cara yang tenang," ujarnya,

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada hari Senin mengatakan bahwa "tidak masuk akal" jika AS memperingatkan negara-negara terhadap kesepakatan senjata dengan Iran.

"China menentang sanksi sepihak yang diberlakukan oleh AS," kata Zhao kepada wartawan pada konferensi pers regulernya pada hari Senin.

Dia menambahkan, AS bahkan mengklaim China akan mengekspor senjata dalam jumlah besar ke Iran. Faktanya, kebijakan dan praktik China tentang ekspor artikel militer mencerminkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (RA)