Lintasan Sejarah 25 November 2020
-
Lintasan Sejarah 25 November 2020
Najibuddin Samarqandi Tewas
832 tahun yang lalu, tanggal 9 Rabiul Tsani 610 HQ, Najibuddin Abu Ahmid Ali bin Umar Samarqandi, seorang dokter dan ahli obat-obatan muslim tewas terbunuh.
Ia tewas akibat serangan yang dilakukan pasukan Mongol terhadap kota Herat, Afganistan. Samarqandi adalah seorang tabib yang terkemuka pada zamannya dan banyak melakukan penelitian di bidang obat-obatan.
Samarqandi mencatat semua hasil penelitiannya itu dalam berbagai kitab dan makalah. Salah satu karya terpenting Samarqandi berjudul al-Asbab wa al-Alamat, yang berisi sebab dan ciri-ciri berbagai penyakit. Karya Samarqandi yang lain berjudul Kitab al-Baab yang merupakan buku bidang kedokteran.

Tentara Rakyat Mustadhafin, Basij Dibentuk
41 tahun yang lalu, tanggal 5 Azar 1358 HS, menyusul dikeluarkannya perintah dari Imam Khomeini, Pemimpin Revolusi Islam Iran, mengenai pembentukan 20 juta tentara di Iran, dibentuklah Tentara Rakyat Mustadh'afin.
Tentara Rakyat yang disebut sebagai Basij ini, dengan berbekal keimanan yang kuat, semangat pengorbanan, dan semangat juang yang tinggi, memainkan peran besar dalam perjuangan rakyat Iran melawan invasi Irak. Hingga hari itu, Basij tetap berperan aktif dalam bidang sosial, budaya, dan militer di Iran.
Imam Khomeini dalam pernyataannya mengenai Basij mengatakan, "Basij merupakan manifestasi dari etika tinggi Islam dan tempat untuk berkhidmat kepada Tuhan."
Kabinet Turki Dijatuhkan Kasus Korupsi
22 tahun yang lalu, tanggal 25 November 1998, pemerintahan Turki pimpinan Perdana Menteri Mesut Yilmaz dijatuhkan oleh parlemen melalui mosi tidak percaya. Penyebabnya, mayoritas anggota parlemen menilai kabinet Turki telah tercemar korupsi.
Dengan komposisi suara 314 banding 214, parlemen Turki sepakat untuk menyatakan mosi tidak percaya bagi pemerintahan koalisi pimpinan Yilmaz. Dia dituduh terlibat korupsi penjualan sebuah bank milik negara senilai US$600 juta dan punya hubungan dengan sindikat mafia Turki.
Yilmaz membantah semua tuduhan itu. Dia bahkan mengaku dijebak oleh mafia dan berupaya membersihkan reputasinya melalui jalur hukum.
Dia saat itu memperingatkan kepentingan ekonomi dan luar negeri Turki akan terancam bila pemerintahannya sampai dibubarkan. "Bila pemerintahan ini dijatuhkan, para sindikat akan tertawa. Pemerintahan kami lah yang paling bertekad memburu para sindikat," kata Yilmaz saat itu.
Baru memerintah hampir 17 bulan, Yilmaz tidak bisa mempertahankan kabinetnya dari mosi tidak percaya. Apalagi, Turki saat itu menderita krisis ekonomi. Tingkat inflasi tahunan mencapai 62 persen dan pemerintah menghadapi utang yang tinggi.
Setelah membubarkan kabinet Yilmaz, Turki mengalami krisis politik selama enam pekan karena para politisi berjuang membentuk kabinet koalisi. Pada akhirnya Turki saat itu berhasil membentuk pemerintahan baru di bawah pimpinan Bulent Ecevit, yang juga pernah menjadi perdana menteri. Ecevit memerintah hingga 2002.
Mantan PM Yilmaz akhirnya didakwa oleh penuntut umum di pengadilan atas kasus korupsi. Namun, pada akhirnya Yilmaz dinyatakan tidak bersalah oleh Mahkamah Agung pada 2006. Setahun kemudian, setelah sempat pensiun dari gelanggang politik, Yilmaz terpilih menjadi anggota parlemen.[]